Rabu, 08 Mei 2024

Cerita Seks Aku dan Mama Hiking di Sebuah Hutan 2

"Sini non, tiduran di samping mama," kata mama dengan senyum penuh maksud.

"Baik Ma," sahutku.

Aku berjalan mendekati ranjangku, lalu aku berbaring perlahan di sampingnya mama. Mama tiba - tiba membelai pipiku yang mulus.

"Kamu tadi siang mimpiin apa?" tanya mama dengan lembut.

"Hah?? Aku gak mimpi apa - apa kok," jawabku dengan gestur salah tingkah.

Mama tersenyum kepadaku, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kiriku. "Kalo mama mimpiin kamu lhoo."

Aku tersentak saat mendengarnya, lalu aku iseng bertanya, "Mimpi apaan Ma?"

"Sesuatu yang menarik dan ... menggairahkan hihihihi," jawab mama.

Aku malah jadi khawatir, jangan - jangan mama melihat mimpi yang sama denganku. Tiba - tiba, mama membelai perutku yang tertutup piyama, kemudian turun ke paha.

"Mama kenapa?" tanyaku.

"Mama cuma gemes aja sama kamu," jawab mama yang mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Tiba - tiba, mama membuka kancing atas piyamaku. 

"Ehhh!? Mama ngapain!!" seruku.

"Kalo kamu gak mau cerita mimpimu tadi siang, kamu bakal mama telanjangin hihihi," ujar mama.

"Ehhh!? Masak gitu sih!!" protesku.

"Hihihihi, makanya cepetan cerita," kata mama dengan senyumnya yang nyebelin.

Aku akhirnya menyerah dan menceritakan mimpi anehku tadi siang. Bukannya terkejut, mama malah tertawa kecil mendengarnya.

"Kamu nakal juga yaa," ucap mama, "bukannya melindungi mama, kamu malah asik nonton."

"Habisnya di dalam mimpi itu, aku seperti tidak bisa berbuat apapun selain menonton aja," ucapku.

"Hihihihi, gapapa," ucap mama, "lagian mama juga menikmatinya kok."

Aku tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan oleh mamaku sendiri. Berarti mama mengalami mimpi yang sama denganku, yang membedakan hanyalah sudut pandangnya saja.

"Mama ini nakal banget yaa ternyata," kataku dengan agak kesal, "bukannya melawan, malah pasrah aja dicabuli 4 pria sekaligus."

"Ssshhhh!!" Mama meletakkan jari telunjuknya di bibirku. "Jangan terlalu keras non."

"Habisnya, mama kelakuannya kayak gitu, meski itu cuma di dalam mimpi," kataku dengan kesal.

"Sebenarnya mama punya alasannya," kata mama sembari membelai rambut poniku.

Mama lalu mulai cerita kalau papa sudah 3 bulan lamanya tidak menjamah mama, dan itu membuatnya frustrasi akan seks. Beberapa hari yang lalu, mama sedang berkumpul dengan teman - temannya di sebuah kafe. Salah satu temannya entah bagaimana, tau kalau mama sedang stress soal seks. Temannya itu lalu menghampiri mama dan menceritakan mengenai tempat hiking tersebut, yang konon bisa memberikan semacam kepuasan seks bagi mereka yang menginginkannya.
Temannya juga memberitahukan arah pendakian yang harus mama ambil, kemudian memintanya mencari sebuah gubuk, dimana mama harus tidur disitu, dan nantinya akan ada beberapa sosok pria yang akan memberikan servis seks yang sangat nikmat.

"Ohhh, gitu ceritanya," ucapku, "truss, kenapa aku juga diajak??"

"Buat nemenin mama hihihihi," jawab mama, "mama agak takut kalo hiking sendirian."

"Dasar mama ini!" kataku dengan sebal.

Mama hanya tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Kami terdiam sejenak dalam posisi tiduran. Tiba - tiba, mama setengah beranjak lalu menatapku dengan senyum aneh.

"Kamu di dalam mimpi berciuman sama mama, kan?" tanya mama.

"Ehh!? Ummm ... iyaa," jawabku dengan agak salah tingkah.

"Mau mengulanginya lagi?" tanya mama yang wajahnya semakin mendekat ke wajahku.

Aku tersentak saat mendengar tawaran gila dari mamaku. Tapi entah kenapa aku malah jadi agak sange mengingat momen saat kita berciuman di dalam mimpi. Tiba - tiba mama menciumku dengan lembut. Bukannya menolak, aku malah membalas ciuman mamaku dengan lembut. Mama mulai membuka kancing piyamaku satu per satu, dan payudaraku yang besar dan kenyal terpampang di hadapan mamaku. Mama kemudian membuka jubah tidurnya, dan dibaliknya ternyata tidak ada apa - apa selain tubuh telanjangnya yang seksi dan langsing.

"Mama seksi banget deh," bisikku dengan nakal.

"Hihihi, kamu juga gak kalah seksi dari mama," balas mama sambil mengecup pipiku.

Aku lalu melepas celana piyamaku dan lanjut melepas CD-ku. Aku sebenarnya masih agak malu - malu telanjang di depan mamaku. Mama lalu menindihku dan kita saling berpelukan sambil berpagutan bibir. Puas berciuman, mama beranjak lalu meraba - raba vaginaku dan rambut kemaluanku.

"Tipis juga yaa jembutmu," kata mama, "dan memekmu juga imut banget, pink pula."

"Mama juga masih imut vaginanya, cuma gak ada rambut aja," ucapku.

"Mama lebih suka gak berjembut, biar makin seksi hihihihi," ujar mama.

Mama kemudian menunduk ke arah vaginaku dan dia mulai menjilatinya seraya memainkan klitorisku dengan jarinya. Aku dibuat mendesah dengan perlakuan dari mama kandungku itu.

"Kamu tau 69 gak?" tanya mama.

"Enggak," jawabku.

"Oke deh, mama ajarin yaa," kata mama.

Mama lalu menungging di atasku dengan posisi selangkangannya berada di atas wajahku. Kemudian mama menurunkan vaginanya dan ditempelkan di mulutku.

"Jilatin memek mama yaa," pinta mama.

Aku menurut dan mulai memberikan jilatan di lubang tempat dimana dulu aku lahir. Jilatan dari mama membuatku merasa seperti melayang di udara. Mama emang benar - benar sudah sangat berpengalaman kalau soal seks. Tidak lama kemudian, aku merasa ingin pipis.

"Ma, aku kayaknya mau pipis nih," kataku.

"Keluarin aja non," kata mama yang mempercepat jilatannya di area vaginaku.

Aku mendesah makin keras dan dari vaginaku, menyemburlah cairan dalam jumlah yang cukup banyak. Semburannya terasa seperti air mancur.

"Hihihihi, kamu ternyata squirt yaa," kata mama sembari tertawa renyah.

Aku langsung lemas setelah cairan dari vaginaku menyembur keluar. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini.

"Gimana? Mama jago kan, hihihihi," kata mama.

"Mama luar biasa," ucapku dengan nafas terengah - engah.

Mama kemudian mengambil posisi diantara pahaku, kemudian dia menempelkan selangkangannya ke selangkanganku. Kaki kanannya menindih pinggul kiriku, sementara kaki kirinya berada di bawah kaki kananku.

"Nah ini namanya posisi scissor," kata mama, "biasanya ini dilakukan oleh pasangan lesbian."

"Lahh!? Berarti kita pasangan lesbian dong," kataku.

"Hihihihi, kalo kita itu mama dan anak," ucap mama dengan senyum genit.

"Mana ada mama dan anak melakukan hal seperti ini!" kataku.

"Ehhh, jangan salah non, banyak lhooo yang melakukan kayak gini. Entah itu mama dan anaknya, atau papa dan anaknya," kata mama.

"Lahhh, jangan - jangan yang nge-homo juga ada?" tanyaku dengan agak merinding.

Mama menggenggam payudara kiriku. "Jelas ada dong, kakak cowo dengan adik cowo, atau papa dengan anak cowonya hihihihi."

"Ihhhh, gak bisa bayangin aku," kataku sambil menutup mataku dengan kedua tanganku.

"Kalo yang ngentot mama dan anak ceweya, kamu bisa bayangin brarti?" ujar mama.

"Husss!! Mama ini- Ahhhhkkk!!" Belum selesain bicara, mama udah ngegesek - gesek vaginanya ke vaginaku.

Badanku menggeliat keenakan akibat ulah dari mamaku yang binal ini. Dia terus melakukan gesek - gesek ke vaginaku dengan vaginanya. Berselang 5 menit kemudian, mama menyudahi posisi scissor-nya, lalu menindihku dan menciumi mulutku dengan buas. Aku kali ini lebih aktif dan aku membalas mencium bibir mamaku dengan penuh nafsu. Kami saling berpelukan diikuti dengan saling meraba punggung kami yang licin karena keringat.

"Ada gaya lain gak Ma?" tanyaku.

"Ada dong," jawab mama, "sekarang kamu nungging non."

Aku menuruti perintah dari mamaku dan langsung menungging membelakanginya, kupamerkan vagina perawanku kepada mama. Mama lalu meraba - raba vaginaku, kemudian dia masukkan satu jarinya ke dalam vaginaku.

"Ahhh!! Jangan dimasukin dong Ma, nanti perawanku pecah gimana ...," ucapku.

"Santai aja, gak mungkin pecah kalo cuma dimasukin jari. Kalo dimasukin kontol, baru bisa pecah hihihi," ujar mama.

Aku mendesah keenakan diservis oleh mamaku sendiri. Mama benar - benar ahli menggunakan jari dan lidahnya untuk memuaskan pasangannya, papa harusnya bersyukur punya istri yang pintar di ranjang gini. Aku perlu belajar banyak dari mama nih hihihihi. Tidak lama kemudian, mama menghentikan permainannya di vaginaku.

"Sekarang kamu yang puasin mama yaa," ucap mama yang segera mengambil posisi menungging di sampingku.

Aku lalu merangkak menuju ke pantatnya mama, kemudian aku raba - raba pantatnya yang montok dan seksi itu. Mama memiliki vagina dan pantat yang indah, putih mulus dan empuk pula. Vaginanya yang tidak berambut juga menambah keindahan area selangkangannya. Semua laki - laki pasti kepengen untuk memasukkan penis mereka ke vaginanya sambil meremas - remas bongkahan pantatnya.

"Kok diem aja?" tanya mama.

"Bentar Ma, aku lagi mengagumi keindahan vagina dan pantat mama," jawabku.

"Hihihihi, kalo mengagumi, yaa dimainin lahh," ucap mama.

"Mama emang nakal banget deh," kataku sambil meremas pantatnya dengan keras.

"Ouchhh!! Nakal yaa hihihihi," kata mama.

Aku lalu meraba perlahan bibir vagina mamaku, kemudian aku masukkan satu jariku ke liang kenikmatannya.

"Ahhh ... kok cuma satu jari aja no," ujar mama.

"Truss, mau berapa jari?" tanyaku dengan senyum nakal.

"Tiga dong, hihihihi," jawab mama.

Aku tarik jari telunjukku keluar dari vaginanya mama, kemudian aku masukkan ketiga jariku secara bersamaan ke dalam liang kenikmatannya.

"Nah, begitu non," kata mama.

Aku maju-mundurkan jariku dengan cepat di liang senggamnya, hingga menimbulkan suara becek. Mama mendesah dengan binalnya akibat perbuatan dari anak perempuannya. Sambil mengocok vaginanya, aku juga menampar pantat mulus mamaku.

"Ehh, non, jangan keras - keras," ucap mama, "kalo papamu denger, bisa berabe nanti."

"Ohh iyaa, hihihi," ucapku.

Aku lanjut mengobok - ngobok vaginanya mama hingga tidak tau berapa lama kita saling memuaskan. Yang jelas setelah orgasme bersamaan, kita berdua terkapar di ranjang yang penuh dengan peluh, lalu tertidur dengan pulas. Paginya, aku tidak menemukan mama saat bangun dari tidur.

"Kayaknya mama udah bangun duluan deh," kataku.

Aku lalu beranjak dari kasur dan kukenakan pakaian rumahku. Baru pertama ini aku tidur telanjang, bareng sama mamaku pula. Aku keluar kamar dan berjalan menuju ke ruang makan. Di ruang makan, sudah ada papa yang asik membaca koran dan mama yang sibuk memasak.

"Kamu ada kelas ndak hari ini?" tanya papa.

"Cuma satu kelas aja," jawabku, "siang nanti sih."

Mama kemudian menghampiri meja makan dengan membawakan hidangan sup.

"Yuk dimakan dulu, biar dapat energi," katanya sembari melirik ke diriku.

Aku senyum - senyum saat ditatap oleh mamaku yang mesum itu. Kami bertiga sarapan bersama seraya mengobrolkan hal - hal receh.

"Lhoo? Aku baru sadar kalo Jason belum turun," ucapku.

"Dia pergi jam 5 pagi tadi," kata mama, "ada acara basket sama temen - temennya."

"Ouwww." Aku hanya mengangguk - angguk saja.

Selesai sarapan, aku berjalan kembali ke kamar untuk mandi. Papa menuju ke ruang keluarga, sementara mama membersihkan peralatan makan dan masak. Di dalam kamar, kubuka semua bajuku, lalu aku masuk ke kamar mandi dengan hanya memakai handuk. Aku memejamkan mata saat air dari shower menyembur membasahi tubuhku yang seksi. Tiba - tiba, seseorang mengetuk pintu kamar mandiku.

"Sapa yaa??" seruku.

"Mama!" seru mama dari balik pintu.

"Lhooo!? Mama ngapain kesini??" tanyaku.

"Udah gak usah banyak tanya. Cepet bukain pintunya," ucap mama.

Aku membuka pintu kamar mandiku, dan mama langsung nyelonong aja ke dalam. 

"Mama ikutan mandi bareng sama kamu yaa hihihihi," ucap mama sembari membuka bajunya.

"Halah, bilang aja mama mau gesek - gesek vaginaku," kataku dengan muka datar.

"Yaa itu skalian hihihihi," kata mama yang sudah telanjang bulat di depanku.

Aku dan mama lalu mengguyur badan kita dengan air yang mengucur dari shower. Mama mengambil sabun cair lalu memintaku untuk menyabuninya. Aku mengiyakannya dan mulai kusabuni punggungnya yang mulus.

"Habis itu bagian depan yaa," pinta mama.

"Oke," sahutku.

Aku lanjut menyabuni area perut dan payudara mamaku. Mama memiliki perut yang rata dan kencang, ditambah dengan kedua payudara besarnya yang masih kencang. 

"Sekarang sabunin memek dan pantat mama yaa hihihi," ucap mama dengan senyum genit.

Aku oleskan sedikit sabun cair di permukaan pantatnya, lalu aku gosok - gosok dengan air. Pantatnya jadi mengkilat dan licin, membuatku ingin menamparnya keras - keras. Plakkk!

"Ahhhh!!! Nakal banget sih kamu," ucap mama, "masak pantat mamamu sendiri kamu tampar hihihihi."

"Biarin, habisnya mama nakal," ucapku.

Tiba - tiba mama memelukku, kemudian meremas - remas pantat montokku. Aku dibuat mendesah keenakan akibat dari ulah mesum mamaku sendiri. Setelahnya, aku meminta mama menyudahi kegiatan mesumnya, karena aku mau belajar buat kelas nanti. 

"Yahhhh." Mama terlihat sedikit kecewa.

"Sepulang kelas aja yaa," kataku.

"Okee deh," sahut mama, "sekalian kita fitness bareng yaa nanti."

"Yaa," sahutku.

Aku keluar dari kamar mandi, lanjut berpakaian dan segera menuju ke meja belajar. Sepanjang siang hari, aku sedikit kesulitan berkonsentrasi karena vaginaku gatal trus. Gara - gara mama, aku malah kepikiran hal ngeres terus sekarang. Selesai jam sekolah, pacarku mengajakku makan siang bersama. Saat berjalan sama dia, entah kenapa aku terus menatap ke arah selangkangannya.

"Aduh!! Apa aku sudah gila yaa!" jeritku dalam hati.

Ketika makan siang bareng, aku jadi salah tingkah saat menatapnya, padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini. Selesai menikmati makan siang, aku buru - buru pamit pulang sama pacarku dengan alasan mau pergi sama mama. Dalam perjalanan pulang, vaginaku terasa makin gatal, ingin rasanya kuobok - obok vaginanya mama untuk menyalurkan nafsuku saat ini. Setibanya di rumah, aku langsung menuju ke kamar orang tuaku untuk mencari mamaku yang seksi. Saat kubuka pintu kamarnya, aku mendapati mama sedang ganti baju.

"Ehh, udah pulang," ucap mama, "kamu siap - siap sana, kita fitness bareng yaa."

"Oke, tapi sebelumnya boleh main bentar?? hihihihi," tanyaku.

"Nanti aja, udah jamnya ini," tolak mama dengan halus.

"Yahhh, oke deh," kataku dengan kecewa.

"Kamu sekarang nakal banget yaa hihihi," kelakar mama.

"Kan mama yang ngajarin," balasku dengan senyum genit.

Aku menuju ke kamarku dan menyiapkan pakaian olahraga, kemudian menuju ke bawah untuk menemui mama yang sudah siap di bawah. Supir kami sudah menunggu dan langsung mengantar kami ke gym langganan mama. Tiba di tempat fitness, aku dan mama menuju ke ruang ganti untuk berganti pakaian olahraga. Aku hanya terpana saat melihat mama hanya memakai bra sport dan celana legging ketat.

"Nakal yaa kamu ngeliatin mama dengan nafsu gitu hihihihi," ucap mama.

"Kan mama yang bikin aku kayak gini," balasku dengan senyum genit.

Kami keluar dari ruang ganti dan menuju ke ruang fitness. Selama melakukan fitness, aku fokus menatap mamaku yang sedang ber-fitness ria. Kuperhatikan ada beberapa cowo yang menatap diriku dan mamaku. 

"Dasar mata keranjang!" umpatku dalam hati.

45 menit berlalu, mama menghampiriku dan mengajakku untuk sauna.

"Emang disini ada tempat untuk sauna?" tanyaku.

"Ada dong," jawab mama.

Mama menarik tanganku dan membawaku menuju ke koridor yang ada di belakang ruang ganti. Terdapat sebuah pintu kayu yang tertulis 'Sauna' di atasnya. Kami lalu masuk dan menuju ke meja administrasi. Mama memesan satu ruang dan si admin menyerahkan sebuah kunci beserta keranjang berisi dua handuk besar. Kami lalu masuk ke ruang yang sesuai dengan nomor kunci. Di dalam ruang tersebut, terdapat loker pakaian berjumlah 8 dan sebuah dinding kayu yang didalamnya adalah tempat sauna. Mama kemudian melepas pakaian olahraganya sampai tidak ada yang tersisa di tubuhnya, aku juga turut menanggalkan pakaianku, lalu kuambil handuk yang diberikan oleh si admin tadi.

"Eittt, ngapain pake handuk," kata mama sembari memegang tanganku.

"Bukannya biasanya gitu yaa kalo sauna?" kataku.

"Kalo itu misal sama orang lain," ujar mama, "lagian kita kan mama sama anak, jadi kita telanjang aja gapapa."

"Hmmm ... bener juga sih hihihihi," kataku.

Mama mengunci pintu ruangan terlebih dahulu, supaya aman hihihihi, lalu menarikku masuk ke dalam ruang sauna dan segera menutup pintunya yang terbuat dari kayu.

"Aku nyalain yaa pemanasnya," kataku.

"Jangan terlalu panas yaa," kata mama.

Kami berdua duduk saling berdempetan sembari menunggu uap memenuhi ruangan. Tiba - tiba, mama menyambar bibirku dan mengulumnya dengan penuh nafsu. Tubuh kami dibanjiri oleh keringat akibat suhu ruangan yang panas.

"Mama cantik deh kalo badannya penuh keringat gini," pujiku. 

"Kamu juga non, hihihihi," ucap mama.

Mama kemudian berdiri, lalu duduk di atas pangkuanku, dan kami kembali berciuman sambil saling meraba punggung. Mama menyudahi aksi saling cium kami, lalu dia berlutut di depanku.

"Hmmmm, ini perlu digundul biar makin cantik hihihihi," kata mama sambil meraba - raba rambut kemaluanku.

"Hah!? Maksudnya dicukur sampai botak kayak punyanya mama?" tanyaku.

"Lebih tepatnya di wax, non," kata mama, "besok yaa mama ajak kamu ke tempat mama melakukan waxing."

"Ohh, oke deh," sahutku.

Mama menggunakan lidahnya untuk mempermainkan bibir vagina dan klitorisku. Aku dibuat merinding dengan servis lidah dari mamaku sendiri. Tanpa kusadari, aku memegangi kepalanya mama dan menekannya ke vaginaku.

"Aku mau keluarrrr," kataku dengan tertahan, takut terdengar dari luar.

Aku semprotkan cairan cintaku ke wajahnya mama, dan kulihat mama tersenyum dengan wajah mesum. Aku langsung ambruk di atas kursi sauna.

"Yahh, udah keluar hihihihi," kata mama sambil menjilati cairan cintaku dari jarinya.

"Habisnya Mama bikin aku keenakan," balasku.

"Kan mama udah berpengalaman," ucap mama, "toh kalo kamu udah sering main, nanti kamu juga bakal berpengalaman hihihihi."

Aku berbaring sejenak selama 2 menit-an, setelahnya, mama memintaku untuk menyodok - nyodok vaginanya dengan tiga jariku. Aku dengan kasar mengobel - ngobel liang senggama mamaku dalam posisi berbaring, sedangkan mamaku dalam posisi berdiri.

"Ahhhh ... yeah, terusin non," desah mama.

Aku iseng memasukkan tiga jari dari tanganku yang satunya ke dalam vaginanya mama. Tindakanku membuat mama makin mendesah. 

"Nakal banget yaa kamu hihihi," kata mama.

Aku bertekad mengocok vaginanya mama sampai dia mendapatkan orgasme dahsyat. Sudah 5 menit-an aku mengocok vaginanya mama, belum ada tanda - tanda mama akan orgasme, meski cairan cintanya sudah menetes banyak ke lantai, belum termasuk tubuh seksinya yang basah kuyup akibat keringat.

"Ohhh, yang kenceng non ... mama mau keluar," racau mama.

Jari - jari tanganku terasa hangat akibat disembur cairan orgasmenya mama. Dia langsung ambruk di lantai dengan wajah puas. Mama kemudian memberikan gestur tangan untuk turun ke bawah. Aku beranjak berdiri, kemudian mendorong badannya mama hingga telentang di lantai, lalu aku duduki selangkangannya dan mulai aku melakukan gerakan gesek - gesek.

"Nakal yaa kamu," ucap mama, "mama baru orgasme, malah dah digesek - gesek aja."

"Tapi mama suka kan dibeginiin?" kataku dengan centil.

"Hihihihi, iya dong," jawab mama.

Mama kemudian menggapai kedua payudaraku, lalu mulai meremasnya. 

"Ahhh ... enak banget Ma," desahku.

Aku kemudian meremas payudaranya mama, dan kami saling mendesah bersahutan. Kami benar - benar menikmati perbuatan tabu ini. Beberapa saat kemudian, mama menarikku hingga jatuh dia atas badannya yang basah, kemudian memelukku sambil meremas pantatku. Mama kemudian mengajakku berguling - guling sambil berpelukan di lantai yang terbuat dari kayu itu, sampai membuatnya jadi basah.

"Kok kita jadi kayak anak kecil gini sih," kataku.

"Biar makin hot, hihihihi," ucap mama.

Setelah puas berguling - guling, mama mengganti posisi kita menjadi posisi scissor. Kami saling gesek organ intim dengan wajah mesum. Mungkin sekitar 15 menit kami bertingkah seperti ini, dan diakhiri dengan kita berdua orgasme bersama. Aku dan mama terbaring di lantai dengan nafas ngos - ngosan. Ruang sauna terasa begitu pengap, lantai basah akibat dari keringat kami berdua dan kami berdua sangat kelelahan.

"Aku buka aja yaa pintunya," kataku.

"Buka aja non, badan mama gerah banget ini," ucap mama dengan wajah lelah.

Saking lelahnya, aku sampai ngesot untuk meraih pintu sauna yang ada di samping ku. Saat kubuka pintunya, badanku terasa sejuk akibat udara segar dari luar yang masuk ke dalam ruang sauna.

"Segarnya ...," kataku seraya terbaring kembali ke lantai.

Mama mengacungkan jempolnya kepadaku, kemudian dia perlahan bangkit berdiri dan duduk di kursi kayu yang menempel di dinding. Kami beristirahat sejenak, kemudian keluar dari ruang sauna untuk mengelap tubuh kami yang bau akibat keringat.

"Yuk kita balik ke ruang fitness buat mandi," ajak mama.

"Bentar Ma," ucapku, "itu ruang sauna jadi bau dan basah gitu. Gapapa yaa?"

"Gapapa hihihi," jawab mama.

Setelah berpakaian, kami berjalan keluar untuk mengembalikan handuk, lalu kami kembali ke ruang ganti perempuan untuk mandi sebentar. Mama mengajakku mandi bersama, tapi sebelumnya aku meminta mama untuk tidak grepe - grepe badanku. Ketika tiba di rumah, aku langsung terkapar di ranjangku saking lelahnya. Besok paginya, mama mengajakku ke tempat dimana dia melakukan waxing. Aku penasaran bagaimana rasanya vagina gundul itu. Setelah selesai melakukan waxing, tidak perlu ditanya lagi kelanjutannya. Mama langsung mendorongku ke kamarnya, menelanjangiku, kemudian melakukan tindakan cabul kepadaku. Hampir setiap hari mama selalu mengerjaiku, entah pagi, siang sore, ataupun malam, kalau ada kesempatan. Bahkan, mama pernah mengajakku menginap di hotel ketika kita selesai nge-gym. 

"Lahhh!? Ngapain nginep di hotel?? Kalo mau bermesum ria, kan nanti bisa di kamarku," kataku.

"Sesekali nyoba suasana baru lahh," ucap mama.

Aku akhirnya nurut aja dan kita pun check-in hotel. Baru masuk saja aku langsung dipeluk dan diciumi dengan buas. Mamaku memang seorang wanita mesum dan hyperseks. Hampir semalaman aku digarap oleh mama kandungku sendiri, AC dalam kamar bahkan tidak mampu membuat kita merasa sejuk. Dua hari kemudian, saat sedang sibuk belajar di kamar, mama menghampiriku dengan senyum aneh.

"Non, tiga hari lagi kita pergi ke tempat hiking itu lagi yuk," kata mama.

Aku hanya geleng - geleng kepala dengan senyum mesum. Aku jadi tidak sabar melihat mama disetubuhi oleh ketiga pria misterius itu lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar