Tidak kusangka kegiatan naik gunung sendirian bisa berakhir seperti ini. Aku adalah seorang ibu 2 anak berumur 38 tahun, dan aku saat ini bekerja di online shop untuk membantu keuangan keluarga kita. Sejak remaja aku suka sekali naik gunung bersama teman - temanku meski terkadang aku mendaki sendirian untuk melatih kemampuanku menemukan jalan dan kemampuan survival. Kali ini aku akan mendaki gunung xxxx sendirian karena sebelumnya aku dua kali mendakinya bersama dengan temanku. Pendakian awal berjalan dengan mulus tanpa hambatan hingga aku mencapai suatu tempat yang entah kenapa terasa asing untukku. Aku berusaha tidak panik untuk menemukan jalan menuju puncak, tetapi akhirnya aku benar - benar tersesat.
"Yaa ampun kok bisa begini ya. Duh jangan panik, jangan panik," kataku dalam hati.
Karena sedikit kelelahan, aku putuskan beristirahat sebentar di dekat sebuah pohon besar. Saat aku sedang minum dan meregangkan tubuh, aku merasa seperti diawasi sesuatu. Kucoba menoleh ke kiri dan kanan tetapi tidak ada siapa pun, mungkin hanya perasaanku saja batinku. Setelah badanku terasa lebih ringan, aku beranjak dan mencoba mencari jalan keluar, dan saat berjalan di jalan yang cukup curam tiba - tiba aku terpeleset dan jatuh. Badanku terasa sakit semua dan beruntungnya aku dalam kondisi sadar. Saat aku mencoba untuk bangun, tiba - tiba kulihat ada 2 makhluk hijau dari kejauhan menuju ke arahku. Aku sendiri berusaha bangkit untuk melihat lebih jelas tetapi karena badanku terasa berat, aku tidak dapat berbuat banyak hingga mereka sekarang berada di dekat kakiku. Mereka rupanya berukuran cebol dengan muka yang sedikit menyeramkan. Ingin rasanya aku bangkit dan lari atau berteriak, tetapi aku tidak bisa. Salah satu dari mereka mendekatiku dan dia meniupkan sesuatu yang membuatku berputar - putar. Mereka lalu menarik tubuhku dan setelah itu aku benar - benar tidak sadarkan diri. Aku terbangun dengan kepala yang sedikit berputar, kucoba melihat kiri dan kanan.
"Hah!? Dimana aku??" batinku.
Aku melihat kalau diriku saat ini berada di suatu ruangan yang terlihat seperti gudang yang ditinggalkan. Aku lalu menyadari diriku sedang berbaring dengan tangan dan kaki terikat, dalam posisi tanganku terikat ke atas dan kaki terikat ke bawah.
"Apakah aku korban penculikan?? Apa yang harus aku lakukan??" pikirku dengan panik.
Tidak lama kemudian, 2 makhluk hijau cebol itu mendekatiku entah darimana.
"Ka-kalian siapa??" tanyaku gemetar.
"Hehehe ... kamu memasuki wilayah kami dan itu adalah suatu pelanggaran," kata salah satu makhluk itu.
"Maaf kalau begitu, aku tidak tahu soalnya," ucapku.
"Yaa, kita maafkan. Tapi kamu harus melakukan sesuatu untuk kami dulu, ditambah saat ini kamu tersesat dan hanya kami yang bisa membawamu keluar dari sini hehehe ...," kata makhluk hijau yang satunya.
Aku tidak tahu harus bagaimana, di satu sisi aku tersesat dan saat ini mereka meminta sesuatu dariku dan tanpa banyak berpikir lagi aku menyanggupinya.
"Baiklah aku akan menuruti keinginan kalian, apa yang kalian minta dariku?" tanyaku.
Mereka saling berpandangan dengan senyuman yang mencurigakan dan salah satu dari mereka pun berkata, "Cukup mudah, untuk 1 hari ini saja kamu harus menyerahkan tubuhmu kepada kami hehehe ...."
"Aa-" Belum selesai berbicara makhluk hijau itu menimpali, "Kalau tidak mau tidak masalah kok. Tapi kamu bakal terjebak di sini selamanya."
Sial mereka memberiku pilihan yang sangat sulit. Suami dan kedua anakku pasti bakal panik kalau aku sampai gak pulang. Akhirnya aku tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan mereka, dan mereka pun bersorak senang. Mereka lalu segera memperkenalkan diri, yang di kiri bernama Zed dan satunya bernama Got. Mereka lalu melepas ikatan di tangan dan kakiku, kemudian menyuruhku berdiri.
"Nah sekarang buka seluruh bajumu, biar kita bisa melihat tubuhmu yang montok itu," kata Zed.
Meski aku sudah berumur 38, tetapi aku masih punya body yang bagus, ditambah wajahku yang awet muda berkat kegiatan senam yang sering aku ikuti, sampai - sampai banyak yang mengira aku masih gadis abg. Saat ini, dua makhluk aneh ini juga kepincut sama bodyku dan mereka ingin melihat aku telanjang. Aku segera melepas sepatu dan kaos kakiku, diikuti jaket, kaos lengan panjang, celana legging-ku dan terakhir pakaian dalamku. Tubuh telanjangku yang putih mulus terpampang di hadapan dua makhluk hijau jelek ini.
"Wow seksi sekali nih betina," puji Got.
"Hahahaha ... kita beneran dapet harta karun," imbuh Zed.
Aku sedikit mengernyitkan alis saat mendengar obrolan mereka berdua.
"Sekarang kamu nungging di lantai dan ikuti kami sambil merangkak," perintah Got.
Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, aku menuruti perintahnya dan mengikuti mereka dengan cara merangkak. Sungguh memalukan sekali berjalan dengan cara seperti ini. Setelah merangkak cukup jauh, Zed menyuruhku berhenti, lalu dia dan Got mengambil sebuah balok kayu dan Got naik ke atasnya. Aku diminta memposisikan diriku di sampingnya Got. Got lalu menaiki punggungku seperti dia menaiki seekor kuda.
"Jangan bilang kalian ingin aku menjadi kuda kalian," kataku.
Zed menampar pantat montokku. "Udah diam!"
Zed berjalan ke depan dan dia memintaku untuk membuka mulut. Aku nurut saja dan dia memasangkan sebuah bit gag dari besi di mulutku. Secara otomatis aku menutup mulutku saat bit gag itu berada di antara gigi atas dan gigi bawahku. Zed kemudian memasang tali di ujung kiri dan kanan bit gag tersebut, lalu tali itu diserahkan kepada Got yang duduk di atas punggungku.
"Ayo jalan!" perintah Got seraya menghentakkan tali kekangnya.
Seperti seekor kuda, aku merangkak ke depan mengikuti arahan dari makhluk jelek itu. Zed mengikuti dari samping dengan tertawa terkekeh - kekeh. Aku merasa dipermalukan dengan perlakuan seperti ini. Seorang wanita seksi dengan wajah cantik, yang selalu tampil anggun, sekarang tengah menjadi 'kuda' dan ditunggangi oleh seorang makhluk cebol jelek, udah gitu aku disuruh telanjang pula. Beruntung tidak ada manusia disini. Aku lalu tiba di sebuah ruangan, dan Got menarik tali kekangnya, membuat kepalaku terdongak sedikit.
"Sebentar," kata si Got.
Aku lihat Zed menuju ke sebuah lemari da dia membukanya untuk mengambil sesuatu di dalamnya. Zed kemudian kembali dengan membawa sebuah ekor kuda.
"Sekarang kamu diam sebentar," ucap Zed yang sudah berdiri di belakangku.
Zed membuka belahan pantatku, dan hal tersebut membuatku terkejut.
"Ehhh!? Kamu mau ngapain??" tanyaku dengan agak panik.
"Kamu diam sebentar!" seru Zed seraya menampar pantatku.
Sebuah benda logam didorong masuk ke dalam lubang pantatku. Terasa sedikit sakit saat benda logam itu masuk ke dalam anusku.
"Dengan begini, kamu sudah menjadi kuda sungguhan hehehehe," kata Zed.
Kalau kurasakan, benda logam itu terhubung dengan ekor kuda tadi. Sialan, mereka menancapkan ekor kuda - kudaan di lubang pantatku, sungguh memalukan sekali. Got kembali menghentakkan tali kekang yang dia pegang, dan aku kembali berjalan sesuai arahannya. Kita kembali ke tempat semula, dan kali ini giliran Zed yang menaikiku.
"Ayo jalan!" seru Zed sembari menghentakkan tali kekang yang tersambung ke bit gag di mulutku.
"Kapan hal memalukan ini akan berakhir," kataku dalam hati.
Aku dibawa berkeliling di gudang kosong yang agak kotor itu. Setelah puas, Zed kembali ke tempat semula dan dia mengijinkanku untuk beristirahat sejenak di kasur yang telah disediakan oleh Got. Aku langsung rebahan di kasur kotor itu dan baru kusadari kalau ekor kuda mainan itu masih menancap di lubang pantatku. Saat aku mau mencabutnya, Got langsung mencegahnya.
"Jangan dilepas!" seru Got.
Aku hanya bisa menghela nafas dan lanjut mengistirahatkan badanku. Tak lama kemudian, Zed dan Got menghampiriku dengan membawa sebuah gerobak yang terdapat kursi di dalamnya.
"Ayo kembali merangkak!" perintah Zed.
Aku kembali ke posisi merangkak, lalu kedua makhluk jelek itu mengikatkan sebuah tali di area perut dan bahuku, kemudian aku lihat kalau tali itu dihubungkan ke gerobak yang mereka bawa tadi.
"Astaga, sekarang aku disuruh menarik gerobak," batinku.
Sebelum Zed dan Got naik ke atas gerobak, mereka kembali memasangkan bit gag ke mulutku. Tidak ketinggalan, Got memasang penjepit ke dua puting payudaraku. Terdapat sebuah lonceng yang tergantung di bawah penjepit, dan lonceng itu akan berbunyi jika aku bergerak.
"Ayo jalan!" perintah Zed seraya menghentakkan tali kekang yang ia pegang.
Seperti seekor kuda yang jinak, aku berjalan mengikuti arahan dari jokiku. Aku tidak bisa membayangkan semisal suami dan anakku melihatku diperlakukan seperti. Aku bakal mengurung diri seumur hidup saking malunya. Rasa maluku bertambah karena lonceng yang tergantung di penjepit yang menjepit kedua putingku, selalu berbunyi setiap kali aku berjalan merangkak. Tail plug yang menancap di lubang pantatku mulai memberikan rangsangan kepada diriku.
"Sialan!" umpatku dalam hati.
Aku diarahkan menuju ke sebuah ruangan yang cukup besar dan agak gelap. Lantainya sedikit becek, membuat lutut dan tanganku basah. Got menarik tali kekang yang dia pegang, pertanda aku harus berhenti berjalan. Mereka berdua lalu turun dari gerobak dan menuju ke salah satu sudut di ruangan ini. Zed dan Got kembali dengan membawa dua kotak kayu yang cukup besar, dan mereka menaruhnya di atas gerobak. Kedua makhluk jelek itu lalu naik ke atas gerobak dan aku diminta untuk bergerak lagi. Gerobak yang aku tarik menjadi semakin berat gara - gara ketambahan dua kotak kayu itu. Aku dituntun menuju ke tempat lain yang tidak begitu jauh dari tempat mereka mengambil kotak kayu itu. Mereka membongkar kotak itu yang berisi peralatan mendaki.
"Kok mereka bisa punya kayak gitu??" batinku.
Mereka lalu kembali ke gerobak dan aku kembali merangkak mengikuti arahan mereka berdua. Aku dituntun menuju ke sebuah koridor yang cukup gelap dan lembap. Setelah merangkak cukup jauh, kita tiba di suatu ruangan dimana di tempat itu terdapat sebuah tempat penampungan air yang cukup keruh. Mereka lalu melepas bit gag di mulutku, lanjut tali yang terikat melingkar di tengah perutku, dan yang terakhir adalah tail plug di lubang pantatku. Rasanya lega sekali bit gag dan tail plug terkutuk itu dilepaskan dari mulut dan lubang anusku.
"Sekarang kamu berdiri" perintah Zed.
Aku lalu berdiri menuruti perintahnya.
"Sekarang kamu berenang disitu," perintah Zed sambil menunjuk tempat penampungan air tersebut.
Gila apa aku harus berenang di air keruh begitu.
"Ehhh?? Aku harus berenang disitu?" tanyaku.
"Kamu mau bebas gak!! Sudah jangan banyak tanya turuti saja!!" seru Zed dengan nada tinggi.
Aku tidak punya pilihan lain selain menuruti kata-katanya, aku melangkah menuju kolam yang berbentuk kotak itu. Air di dalamnya berwarna coklat tetapi beruntungnya tidak berbau sama sekali. Perlahan aku memasukkan diriku ke dalam kolam itu, dimulai dari kakiku dulu, terasa tidak begitu dingin, kemudian lanjut seluruh tubuhku. Kolam tersebut cukup dalam dan hanya menyisakan setengah dadaku sampai kepala saja yang tidak terkena air.
"Heh betina, bisa renang kan? Ayo berenang mengitari nih kolam!" perintah Got.
Aku berenang mengelilingi kolam yang tidak terlalu besar ini. Sambil berenang aku dapat mendengar tertawa cekikikan mereka melecehkan diriku. Tidak lama kemudian, Zed memintaku berhenti. Dia menyuruh Got untuk memutar sebuah valve pipa berbentuk bundar. Tiba - tiba, air di kolam itu surut dan perlahan tubuhku yang basah mulai tampak lagi di depan mereka. Setelah surut sampai kering, mereka berdua lalu turun dengan membawa sebuah tali.
"Sekarang kamu berlutut dengan tangan di belakang punggung!" perintah Zed.
Aku menurut saja lalu Got membelakangiku dan mengikat kedua tanganku.
"Sekarang kamu berdiri!" perintah Zed.
Aku berdiri dan diminta menghadap ke arah sebuah lorong yang berada di samping kiriku. Lorong itu sebelumnya tertutup air dan sekarang tampak begitu jelas.
"Sekarang kamu jalan kesana!" perintah Got sambil mengayunkan tali yang terhubung ke tali yang mengikat kedua tanganku. Aku tidak bisa membayangkan reaksi anak dan suamiku melihat istri sekaligus mama mereka diperlakukan seperti ini. Dengan kondisi tubuh basah aku berjalan menyusuri lorong yang remang - remang, diikuti oleh dua makhluk jelek yang berada di belakangku. Lorong itu sedikit berair dan sepertinya lantainya terbuat dari logam. Di depan sana. terdapat dua jalur lorong, ke kiri dan kanan.
"Kamu pilih mau kemana dulu?" tanya Got.
Kuputuskan menyusuri lorong kiri dulu. Lorong ini cukup berair yang tingginya setara dengan pergelangan kakiku. Tidak begitu jauh terlihat sebuah ruangan yang hanya berisi kumpulan kotak saja. Mereka berdua lalu memintaku berhenti dan keduanya lalu mengecek kotak-kotak itu. Aku hanya bisa berdiri melihat mereka dengan tangan terikat di belakang. Tidak pakai lama, mereka segera memintaku berbalik, dan tali yang dipegang oleh Got terayun pertanda aku harus berjalan lagi. Jelas aku mulai berjalan kembali dan kali ini menuju lorong yang satunya. Berjalan menyusuri lorong ini, kita kembali bertemu dengan persimpangan. Kali ini persimpangannya ke kiri atau lurus.
"Ke kiri dulu aja," usul Zed sambil menghentakkan tali yang terikat ke ikatan yang mengikat kedua tanganku.
Aku berjalan menyusuri lorong kiri, yang nyaris gelap karena minim penerangan. Kalau kupikir-pikir kenapa di tempat seperti ini ada lorong aneh begini yaa. Dan juga ini lorong seperti dibuat oleh orang jaman sekarang. Lorong ini cukup panjang dan kurasakan aku ingin buang air kecil.
"Hey, bisa berhenti sebentar? Aku perlu buang air," kataku.
"Sampai kita tiba di ruangan, kau boleh mengeluarkan air senimu," ujar Got.
Aku hanya mengangguk saja. Beruntungnya, tidak jauh dari tempat kami berjalan, terlihat ada sebuah ruangan. Ruangan itu terlihat cukup besar dan sama seperti tadi berisi berbagai macam kotak yang aku sendiri tidak tahu isinya apa. Zed lalu memintaku berlutut dan dia melepas tali yang mengikat tanganku dan menyuruhku untuk kencing disini. Aku mencoba mencari tempat yang pas dan kutemukan sudut ruang yang penuh dengan kotak - kotak besar yang terbuat dari kayu. Aku segera kencing disana dan setelah selesai aku cukup terkejut Got menghampiri memberikan se-ember air.
"Gunakan ini untuk membersihkan kemaluanmu," katanya.
Ternyata mereka baik juga, air yang diberikan juga bersih. Setelah membersihkan vaginaku aku menghampiri mereka dan tanpa dikomando mereka, aku berlutut dengan memposisikan tanganku di belakang punggung. Zed langsung mengikat kedua tanganku kembali dan aku menunggu mereka menyelesaikan inspeksi di ruangan itu. Setelah selesai, mereka kembali menyuruhku berjalan di depan mereka menuju lorong satunya lagi. Sesampai di persimpangan, aku berbelok ke kiri menuju lorong baru. Di lorong ini, kurasakan udara cukup dingin. Dengan diriku yang telanjang bulat dan tubuh yang masih basah, tentu hal ini membuatku sedikit kedinginan. Tapi aku tetap terus berjalan ke depan supaya bisa segera bebas dari mereka. Selama berjalan menyusuri lorong dingin yang berair ini, suasana terasa hening, tidak ada obrolan sama sekali diantara kita bertiga. Jadi yang bisa kulakukan adalah terus berjalan saja, menyusuri lorong ini dengan tangan terikat di belakang dan dipandu dari belakang oleh kedua makhluk cebol dan jelek itu. Di depan sana, terdapat persimpangan 4 arah.
"Pilih lurus, kiri atau kanan?" tanya Zed.
Kali ini aku memilih lurus dan mereka menurut saja. Di depan sana, kembali ada persimpangan kiri dan kanan. Kali ini aku langsung memilih kiri dan tepat di depan, terdapat sebuah ruangan.
Setibanya disana aku sempat bertanya ke mereka, "Apakah ini labirin?"
"Benar sekali ...," jawab Zed.
Kali ini mereka memintaku duduk di salah satu kotak yang ada disitu. Sambil duduk - duduk, kuperhatikan ruangan ini sama seperti ruangan-ruangan yang sebelumnya, hanya berisi kotak-kotak kayu yang aku sendiri tidak tahu isinya apa. Got lalu menghampiriku dengan membawa kain yang cukup lebar. Dia lalu memintaku berlutut dan langsung mengelap tubuhku yang masih basah.
"Pasti kamu tadi kedinginan kan," kata Got.
Aku hanya mengangguk saja sambil tersenyum. Lega rasanya badanku sekarang kering. Got kemudian menyuruhku berdiri dan kami lanjut berjalan lagi. Selanjutnya, kami menuju arah sebaliknya, yang dimana di ujung lorong tidak ada apa - apa selain jalan buntu.
"Ayo berbalik!" perintah Got.
Aku langsung berbalik dan menuju persimpangan 4 lorong yang sebelumnya. Sesampai disana, aku memilih ke lorong kiri. Lorong ini rupanya memiliki genangan air yang cukup tinggi, ditambah penerangan yang sangat minim membuat lorong ini lebih gelap. Di depan sana, ada sebuah pintu dengan sebuah jeruji di tengahnya. Dibalik jeruji itu, terdapat cahaya yang cukup terang. Mereka lalu memintaku berhenti dan Zed mencoba membukanya. Dengan sedikit usaha, Zed berhasil membuka pintu itu. Bagian dalamnya berbeda dari yang ruangan - ruangan yang sebelumnya. Disitu terdapat kasur yang lusuh, meja makan dan sebuah dapur. Got memintaku berlutut dan dia melepas ikatan di kedua tanganku.
"Kamu pasti lelah. Berbaring di kasur itu!" kata Got sambil menunjuk kasur putih lusuh yang ada di tengah ruangan. Aku langsung merebahkan badanku disana dan rasanya nyaman sekali.
"Enaknya ...," kataku dalam hati.
Akhirnya bisa beristirahat juga setelah disuruh berjalan terus. Aku lalu iseng melihat mereka berdua, yang ternyata tengah duduk beristirahat juga. Tidak kusadari aku tertidur sebentar. Aku terbangun ketika dibangunkan oleh Zed.
"Hey bangun! Ayo makan sebelum kita jalan lagi," ujarnya.
Di sampingku telah tersedia semangkok sup dan segelas air di atas kotak kayu. Aku sendiri mulai sadar jika aku lapar. Aku segera melahap makanan yang ada di sampingku itu. Jujur, soal rasa kurang tapi tetap kumakan daripada kelaparan. Selesai makan, kedua makhluk cebol itu menghampiriku dan melepas baju mereka.
"Hey, kami agak letih, pijat punggung kami," perintah Got.
Aku menurut saja dan membiarkan mereka berbaring telungkup di kasur yang aku pakai tadi. Aku mulai memberikan pijatan di punggung mereka yang agak kasar. Tidak kusangka aku harus memijat dua makhluk jelek itu, tapi seperti yang sebelumnya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhi perintah mereka.
Beberapa menit kemudian, Zed dan Got bangun dan mengenakan kembali baju mereka. Aku langsung berlutut dan menaruh tanganku di belakang punggung untuk kembali diikat oleh mereka. Kita mulai berjalan lagi dengan aku di depan seperti tadi. Tiba di persimpangan 4 lorong, kali ini aku memilih lurus karena itu lorong yang belum dijelajahi. Lorong ini cukup panjang dan pencahayaannya remang - remang. Di ujung lorong, terlihat ada pintu yang terbuat dari besi. Kami berhenti di depan pintu itu dan Got melangkah ke depan, mencoba membuka pintu tersebut. Rupanya pintu tersebut terkunci.
"Hmmm ... hey Zed, ini pintu apa sih, kok terkunci??" kata Got.
"Mana aku tahu, dobrak aja deh!" ucap Zed.
Mereka berdua lalu mencoba mendobrak pintu itu, tetapi gagal.
"Sepertinya disini ada lubang kunci. Pasti kuncinya ada di dekat sini," ujar Zed.
Kedua makhluk jelek itu melihat sekeliling untuk mencari petunjuk bagaimana membuka pintu tersebut. Sekitar 3 menit mereka mencoba mencari petunjuk dan berakhir tidak menemukan apapun. Zed lalu mengayunkan tali ikatanku dan menyuruhku berjalan kembali ke belakang untuk mencari sesuatu yang bisa membuka pintu itu. Aku sendiri jadi penasaran apa yang ada dibalik pintu itu. Kita kembali di persimpangan yang tadi dan kali ini Zed memintaku lurus menuju ruangan tempat kita beristirahat sebelumnya. Sesampai disana, Got menyuruhku menunggu sementara mereka mencari - cari kunci atau sesuatu yang bisa membuka pintu it. Kulihat mereka sedang membongkar berbagai barang disitu.
"Siapa sih yang mengunci tuh pintu!! Sialan memang!!" umpat Zed.
"Mungkin penghuni sebelumnya, brengsek!!" umpat Got dengan nada marah.
Aku disini hanya bisa menatap sambil bertanya-tanya ada apa dengan pintu itu, apakah ada sesuatu yang menarik dibaliknya. Cukup lama mereka mencari - cari, Got kemudian datang membawa sesuatu bersama dengan Zed.
"Sudah kita pakai ini saja," ujarnya sambil menunjukkan palu yang dia bawa.
"Hehehe ... ide bagus itu," ucap Zed dengan bangga.
Mereka segera menghampiriku dan memintaku jalan kembali menuju ke pintu yang terkunci tadi. Sesampai disana, mereka berdua mencoba menjebol bagian yang terdapat lubang kunci dengan palu. Usaha kedua makhluk cebol itu berhasil dan pintu itu terbuka. Dibalik pintu itu, terdapat lorong lagi yang kali ini dengan tangga menuju ke bawah. Lorong itu tidak terlalu tinggi dan begitu gelap karena tidak ada penerangan.
"Tunggu sebentar ... nah ini dia," ujar Zed yang ternyata sedang mengeluarkan senter.
Aku jadi bisa melihat dengan jelas tangga di lorong itu berkat cahaya senter dari Zed. Kuperhatikan tinggi anak tangganya pendek, cocok untuk naik turun buat kedua makhluk itu.
"Ayo cepat jalan betina!" perintah Zed sembari mengayunkan tali yang dia pegang.
Aku perlahan berjalan menuju lorong dengan tangga menuju ke bawah itu. Aku menuruni tangga tersebut dengan menundukkan badanku dan menekukkan kakiku akibat lorong tersebut tidak cukup tinggi untukku. Aku bisa berjalan dengan mudah berkat dibantu cahaya senter dari belakang. Lorong ini memang begitu gelap dan juga pengap, mungkin karena tidak ada sirkulasi udara disini. Menyusuri lorong ini membuatku seperti menjadi tawanan dari dua makhluk hijau itu, tapi kalau kupikir - pikir lagi, aku memang sedang jadi tawanan mereka. aku terus berjalan menuruni tangga yang sepertinya tidak berujung ini. Aku sampai kepikiran apakah tangga ini akan membawa kita ke dunia bawah tanah, karena kuperkirakan sudah 10 menit-an aku menuruni tangga ini bersama dengan kedua makhluk cebol itu.
"Hey, ini tangga gak ada ujungnya deh," ujar Got.
"Sepertinya memang jauh untuk menuju ke sana," ucap Zed, "hey betina kamu capek gak?"
"Aku tidak apa-apa," jawabku.
Keluhanku satu-satunya adalah suasana pengap disini, ditambah dengan tubuhku yang telanjang bulat membuat keringat di badanku semakin banyak. Tidak berapa lama, akhirnya terlihat ujung dari anak tangga itu. Terlihat ada sebuah ruangan yang gelap gulita akibat tidak adanya cahaya disini. Mereka menyuruhku berjalan menuju ruangan gelap itu yang perlahan mulai menampakkan isinya berkat cahaya senter si Zed. Got lalu menyuruhku berlutut dan dia membuka ikatan tali yang mengikat kedua tanganku.
"Kamu bebas kalau mau liat-liat tempat ini," kata Got.
Sku lalu berdiri dan kulihat sekelilingku. Dengan bermodalkan cahaya redup, aku dapat melihat kiri dan kananku. Terdapat dua ruangan yang dibatasi jeruji besi, persis seperti penjara.
"Aduh ... jangan-jangan mereka mau ngurung aku disini." Seketika diriku diselimuti perasaaan horor. Aku sangat takut sekali jika itu sampai terjadi,
"Hey! Kenapa kamu tiba-tiba jadi kayak ketakutan gitu hah??" tanya Zed.
Saking takutnya aku sampai tidak bisa berkata-kata.
"Mungkin si betina itu berpikir kita mau ngurung dia disini," ujar Got.
"Hahaha ... hey betina, jangan berpikir yang aneh-aneh. Kita disini cuma mau mencari-cari sesuatu aja," kata Zed.
"Ohhh, syukurlah ...," kataku dengan nada lega.
Ternyata mereka tidak se-jahat yang aku pikirkan. Aku lalu mencoba melihat-lihat isi ruang penjara itu. Di dalamnya kosong, hanya ada beberapa rantai saja. Di sisi yang satunya kulihat Zed dan Got tengah mencari sesuatu di sudut ujung. Cahaya semakin redup akibat senter yang dibawa Zed menjauhi diriku.
"Hey! Coba kamu sini," panggil Zed.
Aku lalu menuju ke arahnya dengan penasaran.
"Karena kamu berpikir yang aneh-aneh, mau coba tidak sensasi dipenjara disini? gelap tanpa penerangan sambil telanjang bulat, hanya sebentar saja," kata Zed.
"Ummm ... sebentar aja yaa," kataku.
Zed dan Got membukakan jeruji besi itu dan aku didorong masuk ke dalamnya. Ruangannya sedikit luas dan lantainya sendiri terbuat dari besi. Mereka lalu menutup pintu jeruji besi itu dan segera pergi ke sudut lain yang berlawanan, membuat sekitarku menjadi gelap. Sambil memegangi jeruji besi. Aku bisa merasakan hawa horor dipenjara di bawah tanah dengan kondisi gelap gulita seperti ini. Dan yang membuat makin tidak nyaman adalah dikurung dalam kondisi telanjang bulat. Aku dikurung selama sekitar 6 menit sebelum akhirnya mereka kembali dan membukakan pintu jeruji besi ini. Aku lalu keluar dan mencari tempat untuk duduk karena sedari tadi aku berjalan dan berdiri terus. Kutemukan sebuah kotak kayu yang terlihat kokoh lalu aku duduk di atasnya. Kotak itu memang agak kotor tapi aku bodo amat karena kakiku sudah capek. Baru beberapa detik aku duduk, Zed memanggilku. Seperti anjing yang penurut, aku berdiri dan menghampirinya.
"Ayo sini kita mau menunjukkan sesuatu," kata Zed.
Rupanya ada lorong dengan tangga menuju ke bawah. Anehnya tangga tersebut terbuat dari batu dan dinding lorong tersebut juga terbuat dari batu. Saking penasarannya dengan lorong ini sampai tidak sadar aku sudah berlutut dan meletakkan kedua tanganku di belakang punggungku. Seperti tadi, kedua pergelangan tanganku diikat dan ayunan tali dari belakang menandakan aku harus berjalan. Dibantu cahaya senter, aku menuruni tangga batu itu tanpa perlu menundukkan badan karena lorong tersebut cukup tinggi. Aku terus menuruni anak tangga ini hingga tiba di sebuah lorong baru. Sama seperti sebelumnya, lorong ini gelap tanpa pencahayaan. Zed mengarahkan senter ke dinding yang juga terbuat dari batu dan terdapat sebuah obor di kiri dan kanannya. Obor tersebut ada bekas gosong yang berarti dahulu pernah ada yang menggunakan ruangan ini.
"Hey kenapa ruangan ini berbeda jauh dari sebelumnya, yang satu logam, sedangkan yang ini batu," omel Zed.
"Hmmm ... aneh juga," kata Got, "Ohh yaa, kamu ada korek gak?"
"Oh iyaa, bentar," -Zed merogoh saku celananya- "ehhh, kamu lepasin ikatan tangan si betina itu, biar dia yang menyalakan obornya."
Tanpa dikomando, aku langsung berlutut dan Got melepas ikatan di tanganku. Zed memberikan korek api kepadaku dan aku menyalakan obor itu satu per satu. Ternyata cukup mudah, hanya dengan mendekatkan korek yang sudah menyala dan obor itu langsung menyala terang. Dengan adanya cahaya dari obor tersebut, ruangan ini dapat terlihat cukup jelas. Zed memintaku mengambilkan salah satu obor itu dan kuberikan kepadanya. Di depan kami, terdapat pintu lagi yang sepertinya tidak terkunci. Saat dibuka, ruangan tersebut juga gelap gulita. Zed memberikan obornya kepadaku dan memintaku menyalakan obor di ruangan ini. Dibantu cahaya senter, aku nyalakan satu per satu obor di ruang ini hingga seluruhnya menyala. Aku terkejut ketika melihat ruangan yang cukup luas ini. Terdapat berbagai macam alat yang sepertinya digunakan untuk menyiksa seseorang.
"Wow ...." Zed dan Got sepertinya terpukau.
"Hey, sepertinya aku tau alat ini," kata Got, "hey betina, coba kemari, kau juga Zed."
"Kamu sekarang berlutut, kami mau mencoba sesuatu," kata got.
Kulihat dia memegang sebuah batang kayu yang cukup panjang dengan ujung kiri dan kanannya terdapat borgol. Setelah berlutut, mereka meletakkan batang kayu yang cukup berat itu di punggungku lalu mereka memintaku merentangkan kedua tanganku selaras dengan batang kayu itu. Aku turuti si Got, lalu mereka berdua mengikat rantai di ujung kiri dan kanan batang kayu itu, mengikat kedua pergelangan tanganku. Kali ini tanganku terikat terentang mengikuti batang kayu itu, yang sepertinya memang digunakan untuk membelenggu tahanan. Mereka lalu menyuruhku berdiri dan aku mencoba berdiri, cukup berat juga ternyata. Zed menyuruhku untuk mencoba berjalan sebentar. Aku tentu saja menurutinya, dan mereka tertawa terkekeh melihat diriku berjalan seperti seorang tahanan.
"Oke sudah cukup, kita lepaskan," kata Zed.
Mereka segera melepaskan batang kayu itu dan memintaku melihat - lihat ruangan itu. Ada 3 pintu disitu yang sudah berkarat.
"Hey betina, coba kesini!" panggil Got.
Aku menuju kesana dan mereka kali ini berdiri di sebuah kursi kayu dengan borgol besi di bagian sandaran tangan dan area atas yang kuperkirakan untuk leher.
"Coba kamu duduk disini," ujar Got.
Aku menurut saja dan duduk di kursi kotor itu. Zed dan Got lalu mengunci borgol besi yang berada di samping kedua pergelangan tanganku, membuat tanganku tidak bisa kemana-mana, lalu lanjut borgol besi di dekat leherku, dan berikutnya adalah mengunci kedua kakiku dengan borgol besi yang tertanam di kaki kursi tersebut. Aku jelas tidak bisa menggerakkan badanku, hanya bisa memutar kepalaku dan menggerakkan jari-jari tangan dan kakiku. Mereka kembali beraktivitas setelah mengunciku di kursi kayu ini. Aku mulai membayangkan tahanan atau entah siapa pun, yang pernah didudukkan disini. Pasti mereka tengah di-interogasi ataupun hanya sekedar dibelenggu aja. Aku juga penasaran apakah yang dibelenggu di kursi ini berpakaian lengkap atau telanjang bulat sepertiku.
"Enak kan akhirnya bisa duduk hehehe ...," ucap Got dengan nada meledek.
"Hmmm, iyaa," sahutku.
"Oke kau disitu dulu, kita masih mau liat-liat," kata Zed yang kubalas dengan anggukan. Udara yang cukup panas akibat api obor membuat badanku berkeringat cukup banyak. Debu-debu di kursi kayu itu menempel di punggung akibat keringat yang mulai keluar dengan banyak. Pantat dan pahaku juga tidak ketinggalan ketempelan oleh debu.
"Bodo amat lah, yang penting aku bisa duduk mengistirahatkan kakiku," batinku.
Aku duduk di kursi ini sekitar 12 menit-an. Mereka berdua datang menghampiriku, lalu melepas ikatan borgol di tangan, kaki dan leherku.
"Nah ayo ikut kami ke ruangan itu," kata Got yang menunjuk ke sebuah pintu yang terbuka.
Di dalamnya terdapat ruangan lain. Saat aku masuk, terlihat di tengah ruangan itu terdapat tiang kayu yang tingginya setara dengan pinggulku, dengan sebuah tali rantai yang tergeletak di lantai dan terhubung dengan tiang itu. Di sekitar situ, terdapat sebuah meja yang terbuat dari batu dan di atasnya terdapat beberapa buah cambuk. Aku langsung tahu bahwa ini adalah ruangan untuk mencambuk tahanan. Zed lalu mengambil salah satu cambuk di meja itu dan menunjukkannya kepadaku.
"Nih coba kamu liat, cambuknya ada duri-duri halus disini," katanya dengan senyum seram.
Jika dilihat secara biasa memang tidak terlihat, tapi jika diperhatikan lebih seksama memang benar ada bulu-bulu halus yang ternyata adalah duri yang terbuat dari besi. Melihatnya saja membuatku ngeri mengingat benda ini digunakan untuk mencambuk orang.
"Hey, mau mencoba rasanya diikat dengan ini? Tenang, tidak akan kami cambuk kok, kami tidak se-jahat itu," kata Got.
Aku mengangguk dan berjalan ke arahnya. Aku lalu berlutut dan dia mengikat tali rantai tersebut ke kedua pergelangan tanganku. Rantai tersebut berukuran kecil dan sedikit berkarat. Selesai mengikat kedua tanganku, aku berdiri dan menghadap ke tiang kayu tersebut. Kali ini tanganku terikat ke depan dan posisiku berjarak sekitar satu meter dari tiang tersebut. Dengan posisi ini, aku jadi membayangkan ketika seorang tahanan berdiri terikat menghadap tiang kayu tersebut menunggu ayunan cambuk mendarat di punggungnya. Tidak dapat kubayangkan rasa sakitnya dicambuk dengan cambuk yang ditunjukkan Zed tadi. Aku kembali penasaran apakah tahanan yang akan dicambuk hanya telanjang punggung ataukah telanjang bulat sepertiku. Aku lalu melihat-lihat sekitar kalau dengan posisi begini, memang sih tahanan bisa menghindar karena hanya sebatas diikat bebas seperti ini, bukan diikat ke tiang kayu tersebut. Yapi mungkin disitu kengeriannya, karena meski mencoba menghindar, pada akhirnya pasti akan terkena ayunan cambuk sampai hanya bisa berjalan tertatih ke depan untuk berpegangan atau sekedar menyandarkan tubuh. Aku yang dari tadi diam saja mencoba berjalan mengelilingi tiang kayu ini, tentu aku hanya sebatas bisa bergerak sesuai dengan panjang tali rantai ini. Semakin banyak memutari tiang kayu itu, tali rantai itu akan tergulung di tiang itu hingga jarak tubuhku dengan tiang kayu itu sangat dekat.
"Sepertinya kamu sedang melakukan simulasi yaa hahahaha ...," kata Zed sambil tertawa.
Aku hanya membalasnya dengan senyuman saja. Got lalu menghampiriku dan melepaskan ikatan tali rantai itu di kedua pergelangan tanganku. Mereka mengajakku kembali ke ruangan lain. Kali ini ruangan tersebut tidak begitu besar dan di tengahnya terdapat sebuah palang, dimana bagian yang horizontal sejajar dengan bahuku, dengan ujung kiri dan kanannya terdapat belenggu besi dan di bagian palang yang vertikal terdapat borgol juga. Sudah kutebak jika borgol-borgol itu untuk membelenggu tangan dan kaki seseorang. Entah kenapa aku langsung tahu apa yang diinginkan kedua makhluk cebol itu. Aku berjalan ke depan dan memposisikan badanku membelakangi palang itu hingga punggung dan pantatku menempel ke palang yang terbuat dari kayu itu, lalu kurentangkan kedua tanganku se-arah dengan palang horizontal yang ada di belakangku. Kulihat mereka berdua tertawa dan bertepuk tangan ke arahku. Zed dan Got menghampiriku sambil membawa sebuah balok kayu. Pertama mereka memborgol kakiku, setelah itu dengan bantuan balok kayu yang mereka bawa, Zed dan Got berdiri di atasnya dan memborgol kedua tanganku ke borgol besi yang tertanam di palang kayu itu. Sekarang aku terikat sempurna ke palang kayu di belakangku ini dengan tangan terentang dan tubuh telanjang yang penuh dengan keringat. Mereka lalu pergi entah kemana meninggalkanku sendirian disini. Tidak habis pikir seorang istri sekaligus ibu dua orang anak yang cantik dan seksi, menjadi bahan percobaan dua makhluk cebol dan jelek itu. Tidak terasa aku dalam posisi ini selama lebih dari 10 menit. Mereka berdua lalu kembali dan melepas borgol di tangan dan kakiku.
"Baik, jalan-jalan kita disini sudah selesai. Kita kembali ke atas dan kamu secara resmi telah bebas," kata Zed.
Aku sangat senang ketika mendengar bahwa aku akan segera bebas. Seperti tadi di awal, mereka mengikat kembali kedua tanganku yang baru saja bebas di belakang punggungku dan aku kembali berjalan di depan mereka. Perjalanan kali ini tanpa adanya pemberhentian, langsung menuju ke kolam tempat dimana aku sebelumnya disuruh berenang oleh mereka. Aku kembali menyusuri tangga dan lorong yang sebelumnya aku lewati, kemudian tiba di lorong labirin yang lantainya berair. Berjalan dengan udara yang sedikit dingin dan setelah cukup lama berjalan akhirnya kita tiba di ruang kolam tempat dimana kita memulai perjalanan. Zed dan Got lalu melepas ikatan tali di tanganku, lanjut kita berjalan bersama ke tempat dimana aku dikerjain oleh mereka sebelumnya.
"Baik, terima kasih sudah menemani kita jalan-jalan menyusuri tempat yang dari dulu ingin kita kunjungi itu. Sekarang silahkan ambil pakaianmu dan pakailah lalu temui kami," kata Zed.
Aku segera memungut pakaianku yang masih berceceran di lantai, dan mulai aku kenakan kembali. Lega juga akhirnya bisa berpakaian lagi. Setelah aku selesai berpakaian dan memastikan tidak ada barangku yang tertinggal, aku temui mereka.
"Nah, sekarang duduk pejamkan matamu," kata Got.
Aku duduk di kursi yang mereka sediakan dan mereka melepaskan sebuah bau - bau-an yang membuatku tertidur. Tidak berapa lama aku terbangun dan kulihat di sekitarku adalah hutan yang tadi aku jelajahi. Sepertinya mereka tidak ingin aku mengetahui tempat mereka bernaung. Aku putuskan turun dari hutan di gunung ini dan kembali ke pos pendakian. Sesampainya disana, aku menuju ke penginapanku dan segera mandi untuk membersihkan badanku yang sedari tadi telanjang dan terkena debu dan air. Selesai mandi aku segera berbaring di ranjang yang empuk dan mengingat - ingat lagi kejadian aneh yang menimpaku saat tersesat di hutan gunung itu. Karena kejadian ini, aku memutuskan untuk berikutnya harus mendaki sama teman - temanku saja daripada sendirian, tersesat, diculik oleh makhluk aneh lalu dipaksa melakukan hal aneh bersama mereka. Aku menelpon rumah dan memberitahu jika besok aku akan balik ke rumah. Malamnya, aku kepikiran lagi tentang kedua makhluk jelek itu. Sebenarnya siapa kedua makhluk itu. Sudah jelas mereka bukan hantu ataupun jin. Mereka jelas makhluk hidup bahkan bisa sampai menyentuhku. Lalu lorong labirin dan ruangan kuno yang kita jelajahi tadi, sebenarnya apa dan siapa yang membuatnya. Entah kenapa aku malah jadi penasaran dengan mereka beserta tempat misterius yang dijelajahi tadi. Bodo lah. yang penting aku sudah bebas dan besok bisa pulang.