Friday 17 May 2024

Cerita 18++ Tersesat di Hutan

Tidak kusangka kegiatan naik gunung sendirian bisa berakhir seperti ini. Aku adalah seorang ibu 2 anak berumur 38 tahun, dan aku saat ini bekerja di online shop untuk membantu keuangan keluarga kita. Sejak remaja aku suka sekali naik gunung bersama teman - temanku meski terkadang aku mendaki sendirian untuk melatih kemampuanku menemukan jalan dan kemampuan survival. Kali ini aku akan mendaki gunung xxxx sendirian karena sebelumnya aku dua kali mendakinya bersama dengan temanku. Pendakian awal berjalan dengan mulus tanpa hambatan hingga aku mencapai suatu tempat yang entah kenapa terasa asing untukku. Aku berusaha tidak panik untuk menemukan jalan menuju puncak, tetapi akhirnya aku benar - benar tersesat. 

"Yaa ampun kok bisa begini ya. Duh jangan panik, jangan panik," kataku dalam hati. 

Karena sedikit kelelahan, aku putuskan beristirahat sebentar di dekat sebuah pohon besar. Saat aku sedang minum dan meregangkan tubuh, aku merasa seperti diawasi sesuatu. Kucoba menoleh ke kiri dan kanan tetapi tidak ada siapa pun, mungkin hanya perasaanku saja batinku. Setelah badanku terasa lebih ringan, aku beranjak dan mencoba mencari jalan keluar, dan saat berjalan di jalan yang cukup curam tiba - tiba aku terpeleset dan jatuh. Badanku terasa sakit semua dan beruntungnya aku dalam kondisi sadar. Saat aku mencoba untuk bangun, tiba - tiba kulihat ada 2 makhluk hijau dari kejauhan menuju ke arahku. Aku sendiri berusaha bangkit untuk melihat lebih jelas tetapi karena badanku terasa berat, aku tidak dapat berbuat banyak hingga mereka sekarang berada di dekat kakiku. Mereka rupanya berukuran cebol dengan muka yang sedikit menyeramkan. Ingin rasanya aku bangkit dan lari atau berteriak, tetapi aku tidak bisa. Salah satu dari mereka mendekatiku dan dia meniupkan sesuatu yang membuatku berputar - putar. Mereka lalu menarik tubuhku dan setelah itu aku benar - benar tidak sadarkan diri. Aku terbangun dengan kepala yang sedikit berputar, kucoba melihat kiri dan kanan. 

"Hah!? Dimana aku??" batinku. 

Aku melihat kalau diriku saat ini berada di suatu ruangan yang terlihat seperti gudang yang ditinggalkan. Aku lalu menyadari diriku sedang berbaring dengan tangan dan kaki terikat, dalam posisi tanganku terikat ke atas dan kaki terikat ke bawah. 

"Apakah aku korban penculikan?? Apa yang harus aku lakukan??" pikirku dengan panik. 

Tidak lama kemudian, 2 makhluk hijau cebol itu mendekatiku entah darimana. 

"Ka-kalian siapa??" tanyaku gemetar. 

"Hehehe ... kamu memasuki wilayah kami dan itu adalah suatu pelanggaran," kata salah satu makhluk itu. 

"Maaf kalau begitu, aku tidak tahu soalnya," ucapku. 

"Yaa, kita maafkan. Tapi kamu harus melakukan sesuatu untuk kami dulu, ditambah saat ini kamu tersesat dan hanya kami yang bisa membawamu keluar dari sini hehehe ...," kata makhluk hijau yang satunya. 

Aku tidak tahu harus bagaimana, di satu sisi aku tersesat dan saat ini mereka meminta sesuatu dariku dan tanpa banyak berpikir lagi aku menyanggupinya. 

"Baiklah aku akan menuruti keinginan kalian, apa yang kalian minta dariku?" tanyaku. 

Mereka saling berpandangan dengan senyuman yang mencurigakan dan salah satu dari mereka pun berkata, "Cukup mudah, untuk 1 hari ini saja kamu harus menyerahkan tubuhmu kepada kami hehehe ...." 

"Aa-" Belum selesai berbicara makhluk hijau itu menimpali, "Kalau tidak mau tidak masalah kok. Tapi kamu bakal terjebak di sini selamanya."

Sial mereka memberiku pilihan yang sangat sulit. Suami dan kedua anakku pasti bakal panik kalau aku sampai gak pulang. Akhirnya aku tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan mereka, dan mereka pun bersorak senang. Mereka lalu segera memperkenalkan diri, yang di kiri bernama Zed dan satunya bernama Got. Mereka lalu melepas ikatan di tangan dan kakiku, kemudian menyuruhku berdiri. 

"Nah sekarang buka seluruh bajumu, biar kita bisa melihat tubuhmu yang montok itu," kata Zed. 

Meski aku sudah berumur 38, tetapi aku masih punya body yang bagus, ditambah wajahku yang awet muda berkat kegiatan senam yang sering aku ikuti, sampai - sampai banyak yang mengira aku masih gadis abg. Saat ini, dua makhluk aneh ini juga kepincut sama bodyku dan mereka ingin melihat aku telanjang. Aku segera melepas sepatu dan kaos kakiku, diikuti jaket, kaos lengan panjang, celana legging-ku dan terakhir pakaian dalamku. Tubuh telanjangku yang putih mulus terpampang di hadapan dua makhluk hijau jelek ini. 

"Wow seksi sekali nih betina," puji Got. 

"Hahahaha ... kita beneran dapet harta karun," imbuh Zed.

Aku sedikit mengernyitkan alis saat mendengar obrolan mereka berdua.

"Sekarang kamu nungging di lantai dan ikuti kami sambil merangkak," perintah Got. 

Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, aku menuruti perintahnya dan mengikuti mereka dengan cara merangkak. Sungguh memalukan sekali berjalan dengan cara seperti ini. Setelah merangkak cukup jauh, Zed menyuruhku berhenti, lalu dia dan Got mengambil sebuah balok kayu dan Got naik ke atasnya. Aku diminta memposisikan diriku di sampingnya Got. Got lalu menaiki punggungku seperti dia menaiki seekor kuda.

"Jangan bilang kalian ingin aku menjadi kuda kalian," kataku.

Zed menampar pantat montokku. "Udah diam!"

Zed berjalan ke depan dan dia memintaku untuk membuka mulut. Aku nurut saja dan dia memasangkan sebuah bit gag dari besi di mulutku. Secara otomatis aku menutup mulutku saat bit gag itu berada di antara gigi atas dan gigi bawahku. Zed kemudian memasang tali di ujung kiri dan kanan bit gag tersebut, lalu tali itu diserahkan kepada Got yang duduk di atas punggungku.

"Ayo jalan!" perintah Got seraya menghentakkan tali kekangnya.

Seperti seekor kuda, aku merangkak ke depan mengikuti arahan dari makhluk jelek itu. Zed mengikuti dari samping dengan tertawa terkekeh - kekeh. Aku merasa dipermalukan dengan perlakuan seperti ini. Seorang wanita seksi dengan wajah cantik, yang selalu tampil anggun, sekarang tengah menjadi 'kuda' dan ditunggangi oleh seorang makhluk cebol jelek, udah gitu aku disuruh telanjang pula. Beruntung tidak ada manusia disini. Aku lalu tiba di sebuah ruangan, dan Got menarik tali kekangnya, membuat kepalaku terdongak sedikit.

"Sebentar," kata si Got.

Aku lihat Zed menuju ke sebuah lemari da dia membukanya untuk mengambil sesuatu di dalamnya. Zed kemudian kembali dengan membawa sebuah ekor kuda.

"Sekarang kamu diam sebentar," ucap Zed yang sudah berdiri di belakangku.

Zed membuka belahan pantatku, dan hal tersebut membuatku terkejut.

"Ehhh!? Kamu mau ngapain??" tanyaku dengan agak panik.

"Kamu diam sebentar!" seru Zed seraya menampar pantatku.

Sebuah benda logam didorong masuk ke dalam lubang pantatku. Terasa sedikit sakit saat benda logam itu masuk ke dalam anusku.

"Dengan begini, kamu sudah menjadi kuda sungguhan hehehehe," kata Zed.

Kalau kurasakan, benda logam itu terhubung dengan ekor kuda tadi. Sialan, mereka menancapkan ekor kuda - kudaan di lubang pantatku, sungguh memalukan sekali. Got kembali menghentakkan tali kekang yang dia pegang, dan aku kembali berjalan sesuai arahannya. Kita kembali ke tempat semula, dan kali ini giliran Zed yang menaikiku.

"Ayo jalan!" seru Zed sembari menghentakkan tali kekang yang tersambung ke bit gag di mulutku.

"Kapan hal memalukan ini akan berakhir," kataku dalam hati. 

Aku dibawa berkeliling di gudang kosong yang agak kotor itu. Setelah puas, Zed kembali ke tempat semula dan dia mengijinkanku untuk beristirahat sejenak di kasur yang telah disediakan oleh Got. Aku langsung rebahan di kasur kotor itu dan baru kusadari kalau ekor kuda mainan itu masih menancap di lubang pantatku. Saat aku mau mencabutnya, Got langsung mencegahnya.

"Jangan dilepas!" seru Got.

Aku hanya bisa menghela nafas dan lanjut mengistirahatkan badanku. Tak lama kemudian, Zed dan Got menghampiriku dengan membawa sebuah gerobak yang terdapat kursi di dalamnya. 

"Ayo kembali merangkak!" perintah Zed.

Aku kembali ke posisi merangkak, lalu kedua makhluk jelek itu mengikatkan sebuah tali di area perut dan bahuku, kemudian aku lihat kalau tali itu dihubungkan ke gerobak yang mereka bawa tadi. 

"Astaga, sekarang aku disuruh menarik gerobak," batinku.

Sebelum Zed dan Got naik ke atas gerobak, mereka kembali memasangkan bit gag ke mulutku. Tidak ketinggalan, Got memasang penjepit ke dua puting payudaraku. Terdapat sebuah lonceng yang tergantung di bawah penjepit, dan lonceng itu akan berbunyi jika aku bergerak.

"Ayo jalan!" perintah Zed seraya menghentakkan tali kekang yang ia pegang.

Seperti seekor kuda yang jinak, aku berjalan mengikuti arahan dari jokiku. Aku tidak bisa membayangkan semisal suami dan anakku melihatku diperlakukan seperti. Aku bakal mengurung diri seumur hidup saking malunya. Rasa maluku bertambah karena lonceng yang tergantung di penjepit yang menjepit kedua putingku, selalu berbunyi setiap kali aku berjalan merangkak. Tail plug yang menancap di lubang pantatku mulai memberikan rangsangan kepada diriku.

"Sialan!" umpatku dalam hati.

Aku diarahkan menuju ke sebuah ruangan yang cukup besar dan agak gelap. Lantainya sedikit becek, membuat lutut dan tanganku basah. Got menarik tali kekang yang dia pegang, pertanda aku harus berhenti berjalan. Mereka berdua lalu turun dari gerobak dan menuju ke salah satu sudut di ruangan ini. Zed dan Got kembali dengan membawa dua kotak kayu yang cukup besar, dan mereka menaruhnya di atas gerobak. Kedua makhluk jelek itu lalu naik ke atas gerobak dan aku diminta untuk bergerak lagi. Gerobak yang aku tarik menjadi semakin berat gara - gara ketambahan dua kotak kayu itu. Aku dituntun menuju ke tempat lain yang tidak begitu jauh dari tempat mereka mengambil kotak kayu itu. Mereka membongkar kotak itu yang berisi peralatan mendaki.

"Kok mereka bisa punya kayak gitu??" batinku.

Mereka lalu kembali ke gerobak dan aku kembali merangkak mengikuti arahan mereka berdua. Aku dituntun menuju ke sebuah koridor yang cukup gelap dan lembap. Setelah merangkak cukup jauh, kita tiba di suatu ruangan dimana di tempat itu terdapat sebuah tempat penampungan air yang cukup keruh. Mereka lalu melepas bit gag di mulutku, lanjut tali yang terikat melingkar di tengah perutku, dan yang terakhir adalah tail plug di lubang pantatku. Rasanya lega sekali bit gag dan tail plug terkutuk itu dilepaskan dari mulut dan lubang anusku.

"Sekarang kamu berdiri" perintah Zed. 

Aku lalu berdiri menuruti perintahnya. 

"Sekarang kamu berenang disitu," perintah Zed sambil menunjuk tempat penampungan air tersebut. 

Gila apa aku harus berenang di air keruh begitu. 

"Ehhh?? Aku harus berenang disitu?" tanyaku. 

"Kamu mau bebas gak!! Sudah jangan banyak tanya turuti saja!!" seru Zed dengan nada tinggi. 

Aku tidak punya pilihan lain selain menuruti kata-katanya, aku melangkah menuju kolam yang berbentuk kotak itu. Air di dalamnya berwarna coklat tetapi beruntungnya tidak berbau sama sekali. Perlahan aku memasukkan diriku ke dalam kolam itu, dimulai dari kakiku dulu, terasa tidak begitu dingin, kemudian lanjut seluruh tubuhku. Kolam tersebut cukup dalam dan hanya menyisakan setengah dadaku sampai kepala saja yang tidak terkena air. 

"Heh betina, bisa renang kan? Ayo berenang mengitari nih kolam!" perintah Got. 

Aku berenang mengelilingi kolam yang tidak terlalu besar ini. Sambil berenang aku dapat mendengar tertawa cekikikan mereka melecehkan diriku. Tidak lama kemudian, Zed memintaku berhenti. Dia menyuruh Got untuk memutar sebuah valve pipa berbentuk bundar. Tiba - tiba, air di kolam itu surut dan perlahan tubuhku yang basah mulai tampak lagi di depan mereka. Setelah surut sampai kering, mereka berdua lalu turun dengan membawa sebuah tali. 

"Sekarang kamu berlutut dengan tangan di belakang punggung!" perintah Zed. 

Aku menurut saja lalu Got membelakangiku dan mengikat kedua tanganku. 

"Sekarang kamu berdiri!" perintah Zed. 

Aku berdiri dan diminta menghadap ke arah sebuah lorong yang berada di samping kiriku. Lorong itu sebelumnya tertutup air dan sekarang tampak begitu jelas. 

"Sekarang kamu jalan kesana!" perintah Got sambil mengayunkan tali yang terhubung ke tali yang mengikat kedua tanganku. Aku tidak bisa membayangkan reaksi anak dan suamiku melihat istri sekaligus mama mereka diperlakukan seperti ini. Dengan kondisi tubuh basah aku berjalan menyusuri lorong yang remang - remang, diikuti oleh dua makhluk jelek yang berada di belakangku. Lorong itu sedikit berair dan sepertinya lantainya terbuat dari logam. Di depan sana. terdapat dua jalur lorong, ke kiri dan kanan. 

"Kamu pilih mau kemana dulu?" tanya Got. 

Kuputuskan menyusuri lorong kiri dulu. Lorong ini cukup berair yang tingginya setara dengan pergelangan kakiku. Tidak begitu jauh terlihat sebuah ruangan yang hanya berisi kumpulan kotak saja. Mereka berdua lalu memintaku berhenti dan keduanya lalu mengecek kotak-kotak itu. Aku hanya bisa berdiri melihat mereka dengan tangan terikat di belakang. Tidak pakai lama, mereka segera memintaku berbalik, dan tali yang dipegang oleh Got terayun pertanda aku harus berjalan lagi. Jelas aku mulai berjalan kembali dan kali ini menuju lorong yang satunya. Berjalan menyusuri lorong ini, kita kembali bertemu dengan persimpangan. Kali ini persimpangannya ke kiri atau lurus. 

"Ke kiri dulu aja," usul Zed sambil menghentakkan tali yang terikat ke ikatan yang mengikat kedua tanganku. 

Aku berjalan menyusuri lorong kiri, yang nyaris gelap karena minim penerangan. Kalau kupikir-pikir kenapa di tempat seperti ini ada lorong aneh begini yaa. Dan juga ini lorong seperti dibuat oleh orang jaman sekarang. Lorong ini cukup panjang dan kurasakan aku ingin buang air kecil. 

"Hey, bisa berhenti sebentar? Aku perlu buang air," kataku. 

"Sampai kita tiba di ruangan, kau boleh mengeluarkan air senimu," ujar Got. 

Aku hanya mengangguk saja. Beruntungnya, tidak jauh dari tempat kami berjalan, terlihat ada sebuah ruangan.  Ruangan itu terlihat cukup besar dan sama seperti tadi berisi berbagai macam kotak yang aku sendiri tidak tahu isinya apa. Zed lalu memintaku berlutut dan dia melepas tali yang mengikat tanganku dan menyuruhku untuk kencing disini. Aku mencoba mencari tempat yang pas dan kutemukan sudut ruang yang penuh dengan kotak - kotak besar yang terbuat dari kayu. Aku segera kencing disana dan setelah selesai aku cukup terkejut Got menghampiri memberikan se-ember air. 

"Gunakan ini untuk membersihkan kemaluanmu," katanya. 

Ternyata mereka baik juga, air yang diberikan juga bersih. Setelah membersihkan vaginaku aku menghampiri mereka dan tanpa dikomando mereka, aku berlutut dengan memposisikan tanganku di belakang punggung. Zed langsung mengikat kedua tanganku kembali dan aku menunggu mereka menyelesaikan inspeksi di ruangan itu. Setelah selesai, mereka kembali menyuruhku berjalan di depan mereka menuju lorong satunya lagi. Sesampai di persimpangan, aku berbelok ke kiri menuju lorong baru. Di lorong ini, kurasakan udara cukup dingin. Dengan diriku yang telanjang bulat dan tubuh yang masih basah, tentu hal ini membuatku sedikit kedinginan. Tapi aku tetap terus berjalan ke depan supaya bisa segera bebas dari mereka. Selama berjalan menyusuri lorong dingin yang berair ini, suasana terasa hening, tidak ada obrolan sama sekali diantara kita bertiga. Jadi yang bisa kulakukan adalah terus berjalan saja, menyusuri lorong ini dengan tangan terikat di belakang dan dipandu dari belakang oleh kedua makhluk cebol dan jelek itu. Di depan sana, terdapat persimpangan 4 arah. 

"Pilih lurus, kiri atau kanan?" tanya Zed. 

Kali ini aku memilih lurus dan mereka menurut saja. Di depan sana, kembali ada persimpangan kiri dan kanan. Kali ini aku langsung memilih kiri dan tepat di depan, terdapat sebuah ruangan. 

Setibanya disana aku sempat bertanya ke mereka, "Apakah ini labirin?" 

"Benar sekali ...," jawab Zed. 

Kali ini mereka memintaku duduk di salah satu kotak yang ada disitu. Sambil duduk - duduk, kuperhatikan ruangan ini sama seperti ruangan-ruangan yang sebelumnya, hanya berisi kotak-kotak kayu yang aku sendiri tidak tahu isinya apa. Got lalu menghampiriku dengan membawa kain yang cukup lebar. Dia lalu memintaku berlutut dan langsung mengelap tubuhku yang masih basah. 

"Pasti kamu tadi kedinginan kan," kata Got. 

Aku hanya mengangguk saja sambil tersenyum. Lega rasanya badanku sekarang kering. Got kemudian menyuruhku berdiri dan kami lanjut berjalan lagi. Selanjutnya, kami menuju arah sebaliknya, yang dimana di ujung lorong tidak ada apa - apa selain jalan buntu. 

"Ayo berbalik!" perintah Got. 

Aku langsung berbalik dan menuju persimpangan 4 lorong yang sebelumnya. Sesampai disana, aku memilih ke lorong kiri. Lorong ini rupanya memiliki genangan air yang cukup tinggi, ditambah penerangan yang sangat minim membuat lorong ini lebih gelap. Di depan sana, ada sebuah pintu dengan sebuah jeruji di tengahnya. Dibalik jeruji itu, terdapat cahaya yang cukup terang. Mereka lalu memintaku berhenti dan Zed mencoba membukanya. Dengan sedikit usaha, Zed berhasil membuka pintu itu. Bagian dalamnya berbeda dari yang ruangan - ruangan yang sebelumnya. Disitu terdapat kasur yang lusuh, meja makan dan sebuah dapur. Got memintaku berlutut dan dia melepas ikatan di kedua tanganku. 

"Kamu pasti lelah. Berbaring di kasur itu!" kata Got sambil menunjuk kasur putih lusuh yang ada di tengah ruangan. Aku langsung merebahkan badanku disana dan rasanya nyaman sekali.

"Enaknya ...," kataku dalam hati. 

Akhirnya bisa beristirahat juga setelah disuruh berjalan terus. Aku lalu iseng melihat mereka berdua, yang ternyata tengah duduk beristirahat juga. Tidak kusadari aku tertidur sebentar. Aku terbangun ketika dibangunkan oleh Zed. 

"Hey bangun! Ayo makan sebelum kita jalan lagi," ujarnya. 

Di sampingku telah tersedia semangkok sup dan segelas air di atas kotak kayu. Aku sendiri mulai sadar jika aku lapar. Aku segera melahap makanan yang ada di sampingku itu. Jujur, soal rasa kurang tapi tetap kumakan daripada kelaparan. Selesai makan, kedua makhluk cebol itu menghampiriku dan melepas baju mereka. 

"Hey, kami agak letih, pijat punggung kami," perintah Got. 

Aku menurut saja dan membiarkan mereka berbaring telungkup di kasur yang aku pakai tadi. Aku mulai memberikan pijatan di punggung mereka yang agak kasar. Tidak kusangka aku harus memijat dua makhluk jelek itu, tapi seperti yang sebelumnya, aku tidak punya pilihan lain selain mematuhi perintah mereka. 

Beberapa menit kemudian, Zed dan Got bangun dan mengenakan kembali baju mereka. Aku langsung berlutut dan menaruh tanganku di belakang punggung untuk kembali diikat oleh mereka. Kita mulai berjalan lagi dengan aku di depan seperti tadi. Tiba di persimpangan 4 lorong, kali ini aku memilih lurus karena itu lorong yang belum dijelajahi. Lorong ini cukup panjang dan pencahayaannya remang - remang. Di ujung lorong, terlihat ada pintu yang terbuat dari besi. Kami berhenti di depan pintu itu dan Got melangkah ke depan, mencoba membuka pintu tersebut. Rupanya pintu tersebut terkunci. 

"Hmmm ... hey Zed, ini pintu apa sih, kok terkunci??" kata Got. 

"Mana aku tahu, dobrak aja deh!" ucap Zed. 

Mereka berdua lalu mencoba mendobrak pintu itu, tetapi gagal. 

"Sepertinya disini ada lubang kunci. Pasti kuncinya ada di dekat sini," ujar Zed. 

Kedua makhluk jelek itu melihat sekeliling untuk mencari petunjuk bagaimana membuka pintu tersebut. Sekitar 3 menit mereka mencoba mencari petunjuk dan berakhir tidak menemukan apapun. Zed lalu mengayunkan tali ikatanku dan menyuruhku berjalan kembali ke belakang untuk mencari sesuatu yang bisa membuka pintu itu. Aku sendiri jadi penasaran apa yang ada dibalik pintu itu. Kita kembali di persimpangan yang tadi dan kali ini Zed memintaku lurus menuju ruangan tempat kita beristirahat sebelumnya. Sesampai disana, Got menyuruhku menunggu sementara mereka mencari - cari kunci atau sesuatu yang bisa membuka pintu it. Kulihat mereka sedang membongkar berbagai barang disitu. 

"Siapa sih yang mengunci tuh pintu!! Sialan memang!!" umpat Zed. 

"Mungkin penghuni sebelumnya, brengsek!!" umpat Got dengan nada marah. 

Aku disini hanya bisa menatap sambil bertanya-tanya ada apa dengan pintu itu, apakah ada sesuatu yang menarik dibaliknya. Cukup lama mereka mencari - cari, Got kemudian datang membawa sesuatu bersama dengan Zed. 

"Sudah kita pakai ini saja," ujarnya sambil menunjukkan palu yang dia bawa. 

"Hehehe ... ide bagus itu," ucap Zed dengan bangga. 

Mereka segera menghampiriku dan memintaku jalan kembali menuju ke pintu yang terkunci tadi. Sesampai disana, mereka berdua mencoba menjebol bagian yang terdapat lubang kunci dengan palu. Usaha kedua makhluk cebol itu berhasil dan pintu itu terbuka. Dibalik pintu itu,  terdapat lorong lagi yang kali ini dengan tangga menuju ke bawah. Lorong itu tidak terlalu tinggi dan begitu gelap karena tidak ada penerangan. 

"Tunggu sebentar ... nah ini dia," ujar Zed yang ternyata sedang mengeluarkan senter. 

Aku jadi bisa melihat dengan jelas tangga di lorong itu berkat cahaya senter dari Zed. Kuperhatikan tinggi anak tangganya pendek, cocok untuk naik turun buat kedua makhluk itu. 

"Ayo cepat jalan betina!" perintah Zed sembari mengayunkan tali yang dia pegang. 

Aku perlahan berjalan menuju lorong dengan tangga menuju ke bawah itu. Aku menuruni tangga tersebut dengan menundukkan badanku dan menekukkan kakiku akibat lorong tersebut tidak cukup tinggi untukku. Aku bisa berjalan dengan mudah berkat dibantu cahaya senter dari belakang. Lorong ini memang begitu gelap dan juga pengap, mungkin karena tidak ada sirkulasi udara disini. Menyusuri lorong ini membuatku seperti menjadi tawanan dari dua makhluk hijau itu, tapi kalau kupikir - pikir lagi, aku memang sedang jadi tawanan mereka. aku terus berjalan menuruni tangga yang sepertinya tidak berujung ini. Aku sampai kepikiran apakah tangga ini akan membawa kita ke dunia bawah tanah, karena kuperkirakan sudah 10 menit-an aku menuruni tangga ini bersama dengan kedua makhluk cebol itu. 

"Hey, ini tangga gak ada ujungnya deh," ujar Got. 

"Sepertinya memang jauh untuk menuju ke sana," ucap Zed, "hey betina kamu capek gak?" 

"Aku tidak apa-apa," jawabku. 

Keluhanku satu-satunya adalah suasana pengap disini, ditambah dengan tubuhku yang telanjang bulat membuat keringat di badanku semakin banyak. Tidak berapa lama, akhirnya terlihat ujung dari anak tangga itu. Terlihat ada sebuah ruangan yang gelap gulita akibat tidak adanya cahaya disini. Mereka menyuruhku berjalan menuju ruangan gelap itu yang perlahan mulai menampakkan isinya berkat cahaya senter si Zed. Got lalu menyuruhku berlutut dan dia membuka ikatan tali yang mengikat kedua tanganku. 

"Kamu bebas kalau mau liat-liat tempat ini," kata Got. 

Sku lalu berdiri dan kulihat sekelilingku. Dengan bermodalkan cahaya redup, aku dapat melihat kiri dan kananku. Terdapat dua ruangan yang dibatasi jeruji besi, persis seperti penjara. 

"Aduh ... jangan-jangan mereka mau ngurung aku disini." Seketika diriku diselimuti perasaaan horor. Aku sangat takut sekali jika itu sampai terjadi, 

"Hey! Kenapa kamu tiba-tiba jadi kayak ketakutan gitu hah??" tanya Zed. 

Saking takutnya aku sampai tidak bisa berkata-kata. 

"Mungkin si betina itu berpikir kita mau ngurung dia disini," ujar Got. 

"Hahaha ... hey betina, jangan berpikir yang aneh-aneh. Kita disini cuma mau mencari-cari sesuatu aja," kata Zed.

"Ohhh, syukurlah ...," kataku dengan nada lega. 

Ternyata mereka tidak se-jahat yang aku pikirkan. Aku lalu mencoba melihat-lihat isi ruang penjara itu. Di dalamnya kosong, hanya ada beberapa rantai saja. Di sisi yang satunya kulihat Zed dan Got tengah mencari sesuatu di sudut ujung. Cahaya semakin redup akibat senter yang dibawa Zed menjauhi diriku. 

"Hey! Coba kamu sini," panggil Zed. 

Aku lalu menuju ke arahnya dengan penasaran. 

"Karena kamu berpikir yang aneh-aneh, mau coba tidak sensasi dipenjara disini? gelap tanpa penerangan sambil telanjang bulat, hanya sebentar saja," kata Zed. 

"Ummm ... sebentar aja yaa," kataku. 

Zed dan Got membukakan jeruji besi itu dan aku didorong masuk ke dalamnya. Ruangannya sedikit luas dan lantainya sendiri terbuat dari besi. Mereka lalu menutup pintu jeruji besi itu dan segera pergi ke sudut lain yang berlawanan, membuat sekitarku menjadi gelap. Sambil memegangi jeruji besi. Aku bisa merasakan hawa horor dipenjara di bawah tanah dengan kondisi gelap gulita seperti ini. Dan yang membuat makin tidak nyaman adalah dikurung dalam kondisi telanjang bulat. Aku dikurung selama sekitar 6 menit sebelum akhirnya mereka kembali dan membukakan pintu jeruji besi ini. Aku lalu keluar dan mencari tempat untuk duduk karena sedari tadi aku berjalan dan berdiri terus. Kutemukan sebuah kotak kayu yang terlihat kokoh lalu aku duduk di atasnya. Kotak itu memang agak kotor tapi aku bodo amat karena kakiku sudah capek. Baru beberapa detik aku duduk, Zed memanggilku. Seperti anjing yang penurut, aku berdiri dan menghampirinya. 

"Ayo sini kita mau menunjukkan sesuatu," kata Zed. 

Rupanya ada lorong dengan tangga menuju ke bawah. Anehnya tangga tersebut terbuat dari batu dan dinding lorong tersebut juga terbuat dari batu. Saking penasarannya dengan lorong ini sampai tidak sadar aku sudah berlutut dan meletakkan kedua tanganku di belakang punggungku. Seperti tadi, kedua pergelangan tanganku diikat dan ayunan tali dari belakang menandakan aku harus berjalan. Dibantu cahaya senter, aku menuruni tangga batu itu tanpa perlu menundukkan badan karena lorong tersebut cukup tinggi. Aku terus menuruni anak tangga ini hingga tiba di sebuah lorong baru. Sama seperti sebelumnya, lorong ini gelap tanpa pencahayaan. Zed mengarahkan senter ke dinding yang juga terbuat dari batu dan terdapat sebuah obor di kiri dan kanannya. Obor tersebut ada bekas gosong yang berarti dahulu pernah ada yang menggunakan ruangan ini. 

"Hey kenapa ruangan ini berbeda jauh dari sebelumnya, yang satu logam, sedangkan yang ini batu," omel Zed. 

"Hmmm ... aneh juga," kata Got, "Ohh yaa, kamu ada korek gak?" 

"Oh iyaa, bentar," -Zed merogoh saku celananya- "ehhh, kamu lepasin ikatan tangan si betina itu, biar dia yang menyalakan obornya." 

Tanpa dikomando, aku langsung berlutut dan Got melepas ikatan di tanganku. Zed memberikan korek api kepadaku dan aku menyalakan obor itu satu per satu. Ternyata cukup mudah, hanya dengan mendekatkan korek yang sudah menyala dan obor itu langsung menyala terang. Dengan adanya cahaya dari obor tersebut, ruangan ini dapat terlihat cukup jelas. Zed memintaku mengambilkan salah satu obor itu dan kuberikan kepadanya. Di depan kami, terdapat pintu lagi yang sepertinya tidak terkunci. Saat dibuka, ruangan tersebut juga gelap gulita. Zed memberikan obornya kepadaku dan memintaku menyalakan obor di ruangan ini. Dibantu cahaya senter, aku nyalakan satu per satu obor di ruang ini hingga seluruhnya menyala. Aku terkejut ketika melihat ruangan yang cukup luas ini. Terdapat berbagai macam alat yang sepertinya digunakan untuk menyiksa seseorang.

"Wow ...." Zed dan Got sepertinya terpukau. 

"Hey, sepertinya aku tau alat ini," kata Got, "hey betina, coba kemari, kau juga Zed."

"Kamu sekarang berlutut, kami mau mencoba sesuatu," kata got. 

Kulihat dia memegang sebuah batang kayu yang cukup panjang dengan ujung kiri dan kanannya terdapat borgol. Setelah berlutut, mereka meletakkan batang kayu yang cukup berat itu di punggungku lalu mereka memintaku merentangkan kedua tanganku selaras dengan batang kayu itu. Aku turuti si Got, lalu mereka berdua mengikat rantai di ujung kiri dan kanan batang kayu itu, mengikat kedua pergelangan tanganku. Kali ini tanganku terikat terentang mengikuti batang kayu itu, yang sepertinya memang digunakan untuk membelenggu tahanan. Mereka lalu menyuruhku berdiri dan aku mencoba berdiri, cukup berat juga ternyata. Zed menyuruhku untuk mencoba berjalan sebentar. Aku tentu saja menurutinya, dan mereka tertawa terkekeh melihat diriku berjalan seperti seorang tahanan. 

"Oke sudah cukup, kita lepaskan," kata Zed. 

Mereka segera melepaskan batang kayu itu dan memintaku melihat - lihat ruangan itu. Ada 3 pintu disitu yang sudah berkarat. 

"Hey betina, coba kesini!" panggil Got. 

Aku menuju kesana dan mereka kali ini berdiri di sebuah kursi kayu dengan borgol besi di bagian sandaran tangan dan area atas yang kuperkirakan untuk leher. 

"Coba kamu duduk disini," ujar Got. 

Aku menurut saja dan duduk di kursi kotor itu. Zed dan Got lalu mengunci borgol besi yang berada di samping kedua pergelangan tanganku, membuat tanganku tidak bisa kemana-mana, lalu lanjut borgol besi di dekat leherku, dan berikutnya adalah mengunci kedua kakiku dengan borgol besi yang tertanam di kaki kursi tersebut. Aku jelas tidak bisa menggerakkan badanku, hanya bisa memutar kepalaku dan menggerakkan jari-jari tangan dan kakiku. Mereka kembali beraktivitas setelah mengunciku di kursi kayu ini. Aku mulai membayangkan tahanan atau entah siapa pun, yang pernah didudukkan disini. Pasti mereka tengah di-interogasi ataupun hanya sekedar dibelenggu aja. Aku juga penasaran apakah yang dibelenggu di kursi ini berpakaian lengkap atau telanjang bulat sepertiku. 

"Enak kan akhirnya bisa duduk hehehe ...," ucap Got dengan nada meledek. 

"Hmmm, iyaa," sahutku. 

"Oke kau disitu dulu, kita masih mau liat-liat," kata Zed yang kubalas dengan anggukan. Udara yang cukup panas akibat api obor membuat badanku berkeringat cukup banyak. Debu-debu di kursi kayu itu menempel di punggung akibat keringat yang mulai keluar dengan banyak. Pantat dan pahaku juga tidak ketinggalan ketempelan oleh debu. 

"Bodo amat lah, yang penting aku bisa duduk mengistirahatkan kakiku," batinku. 

Aku duduk di kursi ini sekitar 12 menit-an. Mereka berdua datang menghampiriku, lalu melepas ikatan borgol di tangan, kaki dan leherku. 

"Nah ayo ikut kami ke ruangan itu," kata Got yang menunjuk ke sebuah pintu yang terbuka. 

Di dalamnya terdapat ruangan lain. Saat aku masuk, terlihat di tengah ruangan itu terdapat tiang kayu yang tingginya setara dengan pinggulku, dengan sebuah tali rantai yang tergeletak di lantai dan terhubung dengan tiang itu. Di sekitar situ, terdapat sebuah meja yang terbuat dari batu dan di atasnya terdapat beberapa buah cambuk. Aku langsung tahu bahwa ini adalah ruangan untuk mencambuk tahanan. Zed lalu mengambil salah satu cambuk di meja itu dan menunjukkannya kepadaku. 

"Nih coba kamu liat, cambuknya ada duri-duri halus disini," katanya dengan senyum seram. 

Jika dilihat secara biasa memang tidak terlihat, tapi jika diperhatikan lebih seksama memang benar ada bulu-bulu halus yang ternyata adalah duri yang terbuat dari besi. Melihatnya saja membuatku ngeri mengingat benda ini digunakan untuk mencambuk orang. 

"Hey, mau mencoba rasanya diikat dengan ini? Tenang, tidak akan kami cambuk kok, kami tidak se-jahat itu," kata Got. 

Aku mengangguk dan berjalan ke arahnya. Aku lalu berlutut dan dia mengikat tali rantai tersebut ke kedua pergelangan tanganku. Rantai tersebut berukuran kecil dan sedikit berkarat. Selesai mengikat kedua tanganku, aku berdiri dan menghadap ke tiang kayu tersebut. Kali ini tanganku terikat ke depan dan posisiku berjarak sekitar satu meter dari tiang tersebut. Dengan posisi ini, aku jadi membayangkan ketika seorang tahanan berdiri terikat menghadap tiang kayu tersebut menunggu ayunan cambuk mendarat di punggungnya. Tidak dapat kubayangkan rasa sakitnya dicambuk dengan cambuk yang ditunjukkan Zed tadi. Aku kembali penasaran apakah tahanan yang akan dicambuk hanya telanjang punggung ataukah telanjang bulat sepertiku. Aku lalu melihat-lihat sekitar kalau dengan posisi begini, memang sih tahanan bisa menghindar karena hanya sebatas diikat bebas seperti ini, bukan diikat ke tiang kayu tersebut. Yapi mungkin disitu kengeriannya, karena meski mencoba menghindar, pada akhirnya pasti akan terkena ayunan cambuk sampai hanya bisa berjalan tertatih ke depan untuk berpegangan atau sekedar menyandarkan tubuh. Aku yang dari tadi diam saja mencoba berjalan mengelilingi tiang kayu ini, tentu aku hanya sebatas bisa bergerak sesuai dengan panjang tali rantai ini. Semakin banyak memutari tiang kayu itu, tali rantai itu akan tergulung di tiang itu hingga jarak tubuhku dengan tiang kayu itu sangat dekat. 

"Sepertinya kamu sedang melakukan simulasi yaa hahahaha ...," kata Zed sambil tertawa. 

Aku hanya membalasnya dengan senyuman saja. Got lalu menghampiriku dan melepaskan ikatan tali rantai itu di kedua pergelangan tanganku. Mereka mengajakku kembali ke ruangan lain. Kali ini ruangan tersebut tidak begitu besar dan di tengahnya terdapat sebuah palang, dimana bagian yang horizontal sejajar dengan bahuku, dengan ujung kiri dan kanannya terdapat belenggu besi dan di bagian palang yang vertikal terdapat borgol juga. Sudah kutebak jika borgol-borgol itu untuk membelenggu tangan dan kaki seseorang. Entah kenapa aku langsung tahu apa yang diinginkan kedua makhluk cebol itu. Aku berjalan ke depan dan memposisikan badanku membelakangi palang itu hingga punggung dan pantatku menempel ke palang yang terbuat dari kayu itu, lalu kurentangkan kedua tanganku se-arah dengan palang horizontal yang ada di belakangku. Kulihat mereka berdua tertawa dan bertepuk tangan ke arahku. Zed dan Got menghampiriku sambil membawa sebuah balok kayu. Pertama mereka memborgol kakiku, setelah itu dengan bantuan balok kayu yang mereka bawa, Zed dan Got berdiri di atasnya dan memborgol kedua tanganku ke borgol besi yang tertanam di palang kayu itu. Sekarang aku terikat sempurna ke palang kayu di belakangku ini dengan tangan terentang dan tubuh telanjang yang penuh dengan keringat. Mereka lalu pergi entah kemana meninggalkanku sendirian disini. Tidak habis pikir seorang istri sekaligus ibu dua orang anak yang cantik dan seksi, menjadi bahan percobaan dua makhluk cebol dan jelek itu. Tidak terasa aku dalam posisi ini selama lebih dari 10 menit. Mereka berdua lalu kembali dan melepas borgol di tangan dan kakiku. 

"Baik, jalan-jalan kita disini sudah selesai. Kita kembali ke atas dan kamu secara resmi telah bebas," kata Zed.

Aku sangat senang ketika mendengar bahwa aku akan segera bebas. Seperti tadi di awal, mereka mengikat kembali kedua tanganku yang baru saja bebas di belakang punggungku dan aku kembali berjalan di depan mereka. Perjalanan kali ini tanpa adanya pemberhentian, langsung menuju ke kolam tempat dimana aku sebelumnya disuruh berenang oleh mereka. Aku kembali menyusuri tangga dan lorong yang sebelumnya aku lewati, kemudian tiba di lorong labirin yang lantainya berair. Berjalan dengan udara yang sedikit dingin dan setelah cukup lama berjalan akhirnya kita tiba di ruang kolam tempat dimana kita memulai perjalanan. Zed dan Got lalu melepas ikatan tali di tanganku, lanjut kita berjalan bersama ke tempat dimana aku dikerjain oleh mereka sebelumnya. 

"Baik, terima kasih sudah menemani kita jalan-jalan menyusuri tempat yang dari dulu ingin kita kunjungi itu. Sekarang silahkan ambil pakaianmu dan pakailah lalu temui kami," kata Zed. 

Aku segera memungut pakaianku yang masih berceceran di lantai, dan mulai aku kenakan kembali. Lega juga akhirnya bisa berpakaian lagi. Setelah aku selesai berpakaian dan memastikan tidak ada barangku yang tertinggal, aku temui mereka. 

"Nah, sekarang duduk pejamkan matamu," kata Got. 

Aku duduk di kursi yang mereka sediakan dan mereka melepaskan sebuah bau - bau-an yang membuatku tertidur. Tidak berapa lama aku terbangun dan kulihat di sekitarku adalah hutan yang tadi aku jelajahi. Sepertinya mereka tidak ingin aku mengetahui tempat mereka bernaung. Aku putuskan turun dari hutan di gunung ini dan kembali ke pos pendakian. Sesampainya disana, aku menuju ke penginapanku dan segera mandi untuk membersihkan badanku yang sedari tadi telanjang dan terkena debu dan air. Selesai mandi aku segera berbaring di ranjang yang empuk dan mengingat - ingat lagi kejadian aneh yang menimpaku saat tersesat di hutan gunung itu. Karena kejadian ini, aku memutuskan untuk berikutnya harus mendaki sama teman - temanku saja daripada sendirian, tersesat, diculik oleh makhluk aneh lalu dipaksa melakukan hal aneh bersama mereka. Aku menelpon rumah dan memberitahu jika besok aku akan balik ke rumah. Malamnya, aku kepikiran lagi tentang kedua makhluk jelek itu. Sebenarnya siapa kedua makhluk itu. Sudah jelas mereka bukan hantu ataupun jin. Mereka jelas makhluk hidup bahkan bisa sampai menyentuhku. Lalu lorong labirin dan ruangan kuno yang kita jelajahi tadi, sebenarnya apa dan siapa yang membuatnya. Entah kenapa aku malah jadi penasaran dengan mereka beserta tempat misterius yang dijelajahi tadi. Bodo lah. yang penting aku sudah bebas dan besok bisa pulang.

Friday 10 May 2024

Cerita Seks Aku dan Mama Hiking di Sebuah Hutan 3 (End)

"Hahh ... masih tiga hari yaa," gumamku.

Menurutku itu cukup dadakan, tapi aku gak masalah karena pertunjukan yang menanti disana sangat menarik hehehehe. Sekitar jam 5 sore, mama seperti biasa mengajakku mandi bersama di kamar mandi di dalam kamarku. 

"Ehhh, ini ada Jason sama papa lhoo," kataku dengan ekspresi takut, "kalo ketahuan gimana?"

"Santai aja, gak bakal ketahuan kok," kata mama dengan santai.

Aku nurut aja dan di dalam kamar mandi, sudah jelas terjadi peristiwa tak senonoh antara anak perempuan dengan mamanya sendiri. Saking bernafsunya, aku sampai dibuat tidak bisa berdiri oleh mama.

"Mama tanggung jawab nih! Gendong aku sampai ke kamar!" kataku.

"Hihihihi, iya - iya," jawab mama yang berjongkok di sampingku.

Mama menggendongku di punggungnya, lalu membawaku ke ranjang.

"Dah, sekarang mama cepetan keluar dari kamar, sebelum yang lain curiga," kataku.

"Iyaa yaa," sahut mama dengan senyum centil.

Mama mengenakan pakaiannya dan langsung pergi meninggalkan diriku yang berbaring telanjang di kasur. Malamnya, aku sengaja mengunci pintu kamarku agar aku tidak dicabuli oleh mamaku saat tengah malam. Besok paginya, saat aku membuka pintu kamar, aku terkejut mendapati mamaku berdiri di depan pintuku. Dia hari ini mengenakan tanktop biru dan celana hotpants berwarna putih.

"Kamu kok pake ngunci pintu segala kemarin malam?" tanya mama dengan wajah cemberut.

"Biar aku bisa tidur nyenyak hihihi," jawabku.

"Padahal memekku lagi gatel banget ini," kata mama, "pengen digaruk sama tanganmu."

"Hushh!! Jangan keras - keras Ma," ucapku. "kalo kedengaran papa sama Jason gimana?"

"Hihihihi, mereka lagi diluar sekarang," ujar mama, "mumpung cuma kita berdua, satu ronde yuk."

Mama tanpa rasa malu melepas pakaiannya di depanku, kemudian menarikku menuju ke ruang keluarga. Mama dengan kasar menelanjangiku, kemudian mendudukkan diriku ke sofa. Mama kemudian berlutut dan dia menjulurkan lidahnya ke bibir vaginaku. Aku dibuat mendesah keenakan saat mama mulai menjilati dan memainkan klitorisku dengan lidahnya.

"Memekmu gurih banget, rapet banget pula hihihihi," kata mama.

"Kan aku masih perawan," ucapku dengan senyum - senyum.

Vaginaku terasa makin sensitif sejak rambut kemaluanku diangkat sampai habis. Mama lalu menggunakan satu jarinya untuk menyodok - nyodok vagina perawanku. 

"Ohh yeah Ma, terusin ...," desahku.

Beberapa menit kemudian, mama menyudahi permainan lidah dan jarinya di liang senggamaku, kemudian dia berdiri dan naik ke lantai 2. Aku bingung kenapa mama tiba - tiba ngeluyur ke kamarnya. Tidak lama kemudian, mama kembali membawa beberapa barang yang asing di mataku.

"Apa itu Ma?" tanyaku.

"Kamu pegang ini," kata mama sambil menyerahkan sebuah benda yang bentuknya lonjong seperti sosis besar.

Mama kemudian berbaring di lantai seraya melebarkan pahanya. "Entotin mama pake tuh dildo yaa."

"Dildo?" kataku sembari menatap benda lonjong berwarna oranye yang aku pegang ini.

"Iyapp, mainan seks pengganti kontol hihihihi," ucap mama.

Dengan dipandu mama, aku arahkan dildo sepanjang 17 cm ini ke vaginanya mama yang sudah sangat becek. Dengan sekali dorongan, dildo tersebut masuk ke dalam liang senggamanya mama. Aku mulai melakukan gerakan mengocok, yang membuat mamaku mendesah diikuti dengan tubuh seksinya yang menggeliat dengan binalnya.

"Nyodoknya yang lebih keras non," pinta mama.

"Siap!!" seruku.

Dengan kasar, aku sodok - sodok vaginanya mama dengan dildo yang aku genggam. Mama mendesah makin keras, dan dari lubang kenikmatannya, keluar cairan dalam jumlah yang banyak.

"Wihhh udah orgasme," kataku.

"Habisnya enak banget hihihi," ujar mama.

Beberapa detik kemudian, mama mengambil posisi menungging dengan berpegangan pada sofa. 

"Sodok mama dari belakang yaa hihihi," pinta mama.

Aku melihat ke meja untuk mencari dildo lain, dan kutemukan jenis dildo yang menempel di sebuah celana dalam hitam model G-string.

"Kayaknya seru kalo pake yang ini," kataku dalam hati.

Aku memakai celana dalam itu, kemudian aku berlutut di belakangnya mama, lalu kuremas - remas pantatnya yang mulus dan montok itu. Dengan hati - hati, aku arahkan dildo yang menempel di celana dalam ini ke vaginanya.

"Lhooo??" -mama menoleh ke belakang- "ohh, kamu pake celana dalam itu yaa ...."

"Iyaa hihihihi," sahutku.

Mama membantuku mengarahkan dildo berwarna biru itu ke liang senggamanya, kemudian aku diminta untuk mendorongnya dengan kuat - kuat. Dengan sekali hentakan, langsung masuk ke dalam vaginanya mama dengan mudah, padahal dildo ini lebih besar dari yang aku pakai sebelumnya. Mama mendesah panjang menikmati liang senggamanya dimasukin dildo sepanjang 18 cm. Aku mulai melakukan gerakan maju-mundur seperti yang dilakukan oleh tiga pria misterius itu.

"Ohhh ... yeah ... ahhh, ahhh, ahhh ... terus non ...," desah mama.

Sambil kugenjot, aku sesekali menampar pantatnya mama, diikuti dengan meremas payudaranya yang bergoyang - goyang. Hanya butuh waktu 5 menit bagi mama untuk mendapatkan orgasme keduanya.

"Mama puas banget ini hihihihi," kata mama dengan wajah kelelahan.

"Dah kita pake baju lalu kembali beraktivitas seperti biasa," ujarku.

"Iyaa," sahut mama.

Kami berdua kembali ke kamarku untuk mengenakan kembali pakaian kami. Setelahnya, mama kembali ke dapur, sementara aku asik rebahan di kamar. Sekitar jam 4 sore, mama mengajakku untuk berenang di kolam renang di rumah kita.

"Oke deh," sahutku.

Aku melepas pakaianku, lalu kukenakan pakaian renang model one piece. Saat tiba di halaman belakang, aku terkejut mendapati mama hanya mengenakan bikini pink yang seksi.

"Gimana? Mama masih cocok kan pake beginian?" tanya mama dengan pose seksi.

"Cocok banget!" pujiku dengan riang.

"Sesekali kamu beli bikini lahh," kata mama, "badan seksi gitu masak gak dipamerin hihihihi."

"Mau dipamerin ke sapa coba," kataku.

"Ke pacarmu lahh hihihihi," ucap mama dengan genit.

"Hushhh!" semprotku.

Kami berdua masuk ke dalam kolam renang, lalu berenang dari ujung ke ujung dengan berbagai gaya. Aku dan mamaku memang jago kalo soal berenang, sementara adikku bisanya gaya batu hahahaha. Setelah melakukan 10 putaran, aku beristirahat sejenak di tepian. Saat aku berbalik, aku terkejut mendapati mamaku sudah berenang tanpa busana.

"Mama ngapain coba berenang bugil," kataku sambil geleng - geleng.

"Biar asik," sahut mama, "ayo kamu ikutan bugil lahh."

Aku mengangguk kemudian kulepaskan pakaian renangku, dan kulemparkan entah kemana. Aku lanjut berenang bersama mama dengan bertelanjang ria. Setelahnya, mama mentas dan menuju ke kursi santai. Aku turut mentas dari kolam renang, lalu berjalan menuju ke kamar mandi untuk bilas. Selesai bilas, aku keluar dan kudapati mama malah masih asik tiduran di kursi santai.

"Kok gak bilas?" tanyaku.

"Habis ini non," jawab mama.

"Hati - hati ketiduran lhoo," kataku sambil mencolek payudaranya.

"Santai hihihihi," sahut mama dengan senyum centilnya.

Aku kembali ke kamar dan langsung tiduran dengan posisi tengkurap. Malamnya, aku makan malam bersama dengan papa, mama dan adikku. Selama makan, mama terus memandangiku dengan tatapan penuh maksud. Aku hanya membalasnya dengan senyuman kecil. Selesai menyantap makan malam, aku menyempatkan diri nonton TV bareng bersama dengan adikku. 

"Belakangan ini, aku lihat kamu sama mama jadi lebih dekat dari biasanya," kata Jason.

"Masak?? Perasaanmu aja kali," timpalku.

Semoga mamaku gak coba - coba dekat sama adikku. Bisa - bisa dia dicabuli sama mama nanti. Cukup aku aja yaa, kamu jangan sampe deh. Sekitar jam 9 malam, aku kembali ke kamarku untuk rebahan sambil main HP. Sekitar 30 menit kemudian, aku mendapatkan chat dari mamaku sendiri.

"Habis ini mama ke kamarmu yaa," tulisnya.

"Oke," tulisku di pesan chat.

Sekitar jam 9.30 malam, mama langsung masuk begitu saja ke kamarku dengan membawa beberapa mainan seks-nya.

"Yuk kita main sekarang hihihi," kata mama seraya melepas baju tidurnya.

Aku juga melepas bajuku, kemudian kita foreplay sejenak untuk pemanasan. Kami saling berpelukan sembari berciuman dengan binalnya. Mama memintaku untuk menyudahi foreplay, lalu dia mengambil celana dalam hitam yang terdapat dildo di depannya dan sebuah dildo berwarna putih dan pink.

"Ini vibrator kamu masukin ke memeknya mama yaa," kata mama seraya menyerahkan dildo putih dan pink itu kepadaku.

Mama kemudian naik ke ranjangku lalu menungging membelakangiku. Sebelum kumasukkan, aku menggelitiki bibir vaginanya agar menjadi becek lebih dahulu. Setelahnya, aku sodok - sodok dengan tiga jariku. 

"Hmmm ... sudah lumayan becek nih," kataku.

"Cepet masukin non. Memek mama udah gatel nih pengen dientot," kata mama dengan nada mesum.

Aku arahkan vibrator ke liang senggamanya mama, kemudian dengan sekali dorongan, masuk setengahnya. Mama mendesah cukup panjang saat kunyalakan vibratornya.

"Sekarang kamu pake tuh celana dalam berdildo, lalu kamu entotin bool-nya mama yaa," kata mama.

"Hahh?? Serius mama mau disodok di lubang pantat?" tanyaku dengan ekspresi terkejut.

"Iyapp," jawab mama.

Aku memakai celana dalam hitam itu, kemudian aku naik ke ranjang, berlutut di belakangnya mama. Aku arahkan dildo tersebut ke lubang pantat mamaku. Dengan perlahan, aku dorong masuk ke dalamnya. Mama mendesah keenakan saat dildo tersebut masuk perlahan ke anusnya.

"Ouhhhh, non ... mama keenakan ini," ceracau mama.

Tidak kusangka mama sangat menikmati kedua lubangnya disumpal dengan dildo dan vibrator. Aku mulai mempercepat sodokanku setelah mama memintaku untuk mempercepatnya.

"Ouhhh yeahhh, mama mau keluar nih ...," ucap mama.

Aku percepat sodokanku agar mama segera menyemburkan cairan cintanya. Dan dalam hitungan dua menit, mama mendapatkan orgasmenya. Mama langsung ambruk ke samping kanan dengan tubuh basah karena keringat. Cairan dari vaginanya mengalir membasahi spreiku.

"Mama tidur disini yaa," kata mama dengan suara lirih.

"Enak aja!" seruku sambil menampar pantatnya.

"Auchhh! Nakal yaa kamu hihihi," ucap mama.

Mama perlahan bangkit sembari mencabut vibrator yang masih menancap di luabng vaginanya. Dia lalu mengenakan kembali pakaiannya dan kembali ke kamarnya.

"Dasar!!" kataku dalam hati.

Aku kemudian langsung tidur tanpa mengenakan piyamaku. Tanpa terasa, hari itu akhirnya tiba. Mama terlihat sangat bersemangat pergi hiking ke gunung itu, sedangkan aku antusias, tapi tidak terlihat terang - terangan.

"Sudah siap non?" tanya mama dengan wajah riang.

"Siap dong," sahutku.

Supir kami telah menyiapkan mobil dan tinggal menunggu kami datang. Aku dan mama menuju ke mobil dan supir kami langsung menjalankan mobil kami menuju ke lokasi tujuan.

"Kangen dengan tempat hiking itu yaa?" tanya pak supir.

"Iyaa," jawab mama.

"Tempatnya asik, jadi kita balik lagi," imbuhku seraya melirik mama.

"Ohhh, tiba - tiba saya malah jadi pengen hiking disana hahahaha," ujar supir kami.

"Kalo liburan aja coba kesana," kata mama.

"Hahahaha, siap nyonya," sahut si pak supir.

Tanpa terasa, kita akhirnya tiba di lokasi tujuan. Seperti sebelumnya, kami makan terlebih dahulu, lalu naik bis kecil untuk menuju ke lokasi hiking. Setibanya di lokasi tujuan, mama langsung menarikku menuju ke spot yang akan kita tuju.

"Semoga gak ada orang," kata mama.

"Gak seru dong kalo misal ada orang," kataku.

"Bener banget," sahut mama.

Kami berjalan dengan agak terburu - buru menuju ke lokasi dimana gubuk reyot itu berada. Beruntung, tidak ada siapapun di sekitar situ. Mama langsung menarikku masuk, dan dia menyiapkan terpal untuk tiduran.

"Sudah siap non?" tanya mama.

"Siap dong," jawabku.

Kami berdua langsung tiduran dan hanya butuh waktu semenit bagi kami untuk terbangun secara tiba - tiba. si X, Y, Z dan C sudah berada di dalam gubuk, dan mereka mengerubungi mamaku yang rebahan dengan wajah binal.

"Wahh, mereka dateng lagi nih hehehehe," ucap si Z.

"Hey lonte, ayo cepet bangun!" perintah si Y kepada mama.

Mama langsung bangkit berdiri dengan senyum mesum.

"Sekarang, buka semua pakaianmu!" perintah si C.

Mama menuruti perintahnya dan mulai menanggalkan pakaiannya hingga tak tersisa apapun di tubuh seksinya.

"Sekarang berlutut, dan lepaskan celana kami," kata si X dengan tegas.

Mama kembali menurutinya dan melepaskan celana dari keempat pria itu. Dia kemudian mulai mengocok satu per satu penis besar dan hitam mereka.

"Ohh yeahh, terusin ...," desah si X.

"Mulutnya juga dipake!" perintah si Z.

Mama membuka mulutnya dan si Z langsung menyorongkan penisnya ke mulut mungilnya mama. Bukannya terangsang, aku malah sedikit dongkol karena diacuhin oleh mereka. 5 menit berlalu, dan mama masih asik melakukan foreplay kepada 4 pria itu.

"Sudah cukup main - mainnya, sekarang kamu berdiri dan membelakangi kami!" perintah si Z.

Mama bangkit berdiri, lalu dia berbalik ke kanan. Si Z lalu mendorong punggungnya mama hingga membungkuk 90 derajat. Si Y menguak belahan pantatnya mama dan memainkan lubang anusnya dengan jari telunjuknya.

"Siapa dulu nih yang garap memeknya?" tanya si Z.

Mereka berempat berunding sebentar, kemudian diputuskan kalau si Z yang mendapatkan kehormatan untuk menyetubuhi mamaku lebih dulu. Si Z berada di belakangnya mama, dan dia menampar pantat seksi mamaku. Si Z mengarahkan penisnya ke lubang vaginanya mama, dan dia langsung menusukkannya dengan kuat, membuat tubuhnya mama terdorong ke depan. Pria berbadan gelap itu langsung menyodok - nyodok mamaku sembari menarik kedua tangannya ke belakang. Si C kemudian berjalan ke depan dan dia menyumpal mulutnya mama dengan penisnya. Si Y dan X kemudian mendekatiku dan memintaku untuk membuka bajuku. Aku menuruti permintaan mereka dan kulepaskan semua bajuku sampai tubuh seksiku tidak tertutup apa - apa lagi.

"Nah sekarang kamu push up 20 kali," perintah si Y.

"Hahh!? Serius??" tanyaku tidak percaya.

"Iya serius," jawab si Y, "cepetan!!"

Aku menurutinya dan segera melakukan push up bugil di depan kedua pria itu. Mereka berdua tertawa melihat aku push up. Setelah selesai push up, si X memintaku untuk menungging.

"Sekarang kamu berjalan merangkak mengelilingi ruangan ini," kata si X.

Seperti kerbau yang dicucuk, aku nurut - nurut aja dan mulai berjalan merangkak seperti seekor anjing. Si Y dan X mengikutiku dari belakang, dan sesekali mereka menampar pantat montokku. Setelah berjalan 3 putaran, si Y memintaku berhenti.

"Kamu sekarang duduk dan nikmati pemandangan si wanita lacur itu kita setubuhi," kata si Y.

"Oke," sahutku singkat.

Si X menghampiri si C dan memintanya untuk gantian. Si C mencabut penisnya dari mulutnya mama dan penis si X langsung menggantikannya. Si Z terlihat masih bersemangat menyodok mamaku dari belakang, sampai bersuara plok plok plok, akibat dari benturan antara pahanya si Z dengan pantat montok mamaku. Si C kemudian menghampiriku dan dia memintaku untuk berbaring tengkurap. Si C kemudian duduk di atas pantatku dan dia menggesek - gesekkan penisnya di belahan pantatku.

"Santai saja, aku tidak akan memasukkannya ke dalam boolmu," kata si C, "aku hanya ingin menggesek - gesek saja."

"Ahhh ... iyaa ...," sahutku sembari menikmati gesekan penisnya di belahan pantatku.

Aku melirik mama dan dia terlihat menikmati disetubuhi dengan posisi membungkuk. Si Y kulihat sibuk memilin putingnya mama diikuti dengan meremas - remas payudaranya yang gondal - gandul. Berselang beberapa menit kemudian, si Z melolong dan menancapkan penisnya dalam - dalam ke liang senggamanya mama. Dia lalu mencabut penisnya dan si Y langsung menggantikannya. Mama terlihat mengejang ketika si Y baru saja  menancapkan penisnya di vaginanya.

"Ehhh, udah mau keluar yaa hahahaha," kata si Y.

"Bangsat!! Aku juga mau keluar!" seru si C.

Si C mendorong penisnya hingga masuk seluruhnya ke dalam mulutnya mama. Kulihat mama agak terkejut penis yang panjangnya kira - kira 18 cm itu masuk semuanya ke dalam mulut mungilnya.

"Ayo, disedot sampe bersih huahahahahaha," ucap si C.

Si C mencabut penisnya dan aku bisa melihat sebagian dari cairan spermanya mengalir keluar dari mulutnya mama. Si Y lalu menarik badannya mama, membuat dia jadi setengah membungkuk, kemudian pria berwajah agak jelek itu meremas - remas kedua payudaranya mama sembari menggenjot vaginanya. Dari sisi kanan, si Z mendekatiku dan dia meraba - raba punggungku yang mulus.

"Terusin Pak ...," gumamku.

"Keenakan dia hahahaha," ucap si X yang duduk di samping kiriku.

"Ohh yaa, habis ini aku mau entot bool si pelacur itu hahahaha," ucap si C.

"Kalo aku mau ngentotin memeknya," celetuk si X.

"Tunggu si Y muncrat dulu, baru kita garap tuh lacur," kata si Z yang merendahkan mamaku.

Si Y cukup lama menggenjot mamaku yang badannya mulai penuh dengan peluh. 

"Anjing!!! Aku keluaarrr!!!" seru si Y.

Mereka berdua ambruk di atas terpal dengan penisnya yang tercabut dari vaginanya mama. Sperma menyembur dari penisnya si Y yang masih mengacung tegak.

"Huahahaha ... kayak air mancur aja," kata si Z menertawai orgasmenya si Y.

"Yuk, langsung kita garap aja lacur itu," ajak si X.

Si Z, X, dan C mengerubungi mamaku yang masih terbaring lelah, lalu mereka mulai meraba - raba tubuh seksinya mama. Mama merintih keenakan saat payudara, vagina dan perutnya dijamah para pria asing itu.

"Gass kita entot semua lubangnya," kata si Z.

Si Z mengambil posisi berbaring, lalu si X dan C mengangkat badannya mama, kemudian mereka membaringkannya telungkup di atas badannya si Z. 

"Cepat masukkan kontolku ke memekmu!" perintah si Z.

Mama mengangguk dan menggapai penisnya si Z, kemudian dia arahkan ke vaginanya. Mama sedikit menurunkan pinggulnya, dan blesss, masuk semua penis sepanjang 18 cm itu. Si C kemudian mengarahkan penisnya ke lubang pantatnya mama. Dengan beberapa kali dorongan, penisnya si C sudah menancap dengan sempurna di anusnya mama. Si X berjalan ke depan dan dia arahkan penisnya ke mulutnya mama. Sekarang semua lubang di tubuhnya mama telah dijejali oleh penis ketiga pria asing itu. Mereka menggenjot mamaku dengan berirama dan kasar. 

"Menarik kan nduk?" tanya si Y dari belakang seraya meraba payudaraku.

"Iya hehehe," jawabku.

"Sekarang kamu nungging yaa," kata si Y.

"Buat apa?" tanyaku sembari mengambil posisi menungging.

Si Y meraba - raba bongkahan pantatku, kemudian meremas - remasnya, membuatku mendesah kecil. Dari tempat lain, mama terlihat sangat menikmati disetubuhi oleh tiga pria sekaligus. Matanya terpejam seolah dia larut dalam kenikmatan yang tiada tara.

"Rasanya gimana yaa digangbang seperti itu," kataku.

"Kalo kamu sudah gak perawan, kamu nanti bisa datang ke kita untuk menikmati sensasinya hehe," ucap si Y.

Si Z, X dan C saling bertukar posisi untuk menikmati setiap lubang yang ada di tubuhnya mama. Aku mencoba mendekat dengan cara merangkak untuk melihat lebih dekat bagaimana mamaku. Tubuhnya penuh dengan peluh dan di sekitar mulutnya penuh dengan sperma yang mengalir ke dagu dan leher. 20 menit berlalu, kulihat si Z mau mengakhiri genjotannya di lubang anusnya mama.

"Nih!! Aku bikin anget boolmu!" seru si Z seraya menancapkan penisnya dalam - dalam ke pantatnya mama.

Si z mendiamkan penisnya sejenak di dalam lubang pantatnya mama, kemudian dia mencabutnya dan ambruk ke lantai. Terlihat cairan putih mengalir cukup banyak dari anusnya mama.

"Hehehe, sekarang kesempatanku," kata si Y.

Pria berbadan tegap itu berlutut di belakangnya mama, dan dia langsung menyorongkan penisnya ke dalam lubang anusnya mama. Mamaku terlihat sangat seksi saat digenjot dari tiga arah, membuatku makin horny. Aku tanpa sadar mulai mengusap - usap vaginaku yang telah becek. Semenit kemudian, si X mencabut penisnya dari mulutnya mama, dan dia semburkan spermanya ke wajah cantik mamaku.

"Rasain nih!!" seru si X.

"Sialan!! Aku mau keluar juga!!" seru si C yang penisnya menancap di vaginanya mama.

Aku bisa melihat ekspresi mesum si C saat dia mengalami orgasme, dan mamanya sepertinya juga turut orgasme kalau kulihat dari ekspresi wajahnya. 

"Berdiri dong," pinta si C.

Si Y mencabut penisnya dari lubang anusnya mama untuk memberikan kesempatan buat dia berdiri. Si C berguling ke samping dan dia terlihat kelelahan.

"Ayo nungging!" perintah si Y.

Mama menurut dan dia mengambil posisi menungging. Si Y kembali menusukkan penisnya ke lubang pantatnya mama dan dia menggenjot lubang itu selama 3 menit. Setelah si Y muncrat, mama ambruk ke samping, sedangkan si Y terduduk dengan wajah puas. 

Si Z kemudian menghampiriku dan bertanya, "Bolehkah kami meminjam ibumu untuk dipakai oleh teman - teman kita yang lain?"

"Hah?? Teman - teman yang lain?" Aku bingung dengan pertanyaannya. "Ummm ... gimana yaa ...."

"Cuma dua hari aja kok," kata si Z.

"waduh, itu lama dong," ucapku.

"Bentar, ini tidak memakai standar waktu duniamu, tapi dunia kita," kata si Z.

"Bakal lama gak yaa? Kalo kelamaan, bisa bingung kita nanti," ujarku.

"Ohh, tidak," ucap si Z, "bakal terasa cepat kok."

Setelah menimbang - nimbang, aku akhirnya memperbolehkan si Z untuk meminjam mamaku buat dijadikan pelampiasan nafsu oleh teman - temannya. Si Y dan X kemudian berdiri dan mengambil sebuah tali dan kain berbentuk persegi panjang. Si X memposisikan mamaku telungkup, kemudian dia mengikat kedua tangannya mama di belakang punggung. Si Y lalu menutup kedua matanya mama dengan kain putih yang dia pegang. Setelahnya, mereka memberdirikan mama yang terihat seperti seorang tawanan, berdiri dengan tangan terikat dan mata tertutup.

"Baik, kita permisi dulu yaa hehehe," kata si Z.

Keempat pria itu lalu membawa mama ke luar dari gubuk, sementara aku hanya bisa duduk menatap mereka kepergian mereka. Kemudian, aku merasa ngantuk dan segera diriku berbaring di terpal. Tak berselang lama, aku terbangun dan kulihat di sampingku hanya ada pakaiannya mama yang posisinya sama seperti ketika dia tiduran. Aku cek dalam kaosnya, terdapat BH-nya yang posisinya pas, lalu aku cek bagian dalam celana panjangnya, dan CD-nya juga di posisi yang pas. Kalau diliat, seolah tubuhnya mama menghilang, meninggalkan pakaiannya saja.

"Waduh, berapa lama yaa mama di dunia lain sana," gumamku.

Aku lalu bangkit berdiri dan berjalan keluar dari gubuk. Saat tiba di luar, aku terkejut mendapati mama terbaring menyamping di luar dengan kondisi telanjang bulat.

"Mama," panggilku.

Mama perlahan membuka matanya dan aku membantu dia untuk berdiri. Dengan cekatan, aku membawanya masuk ke dalam gubuk. 

"Ma, coba ceritakan apa yang mama alami," kataku.

Dengan wajah lesu, mama tersenyum kepadaku seraya mengacungkan jempolnya.

"Mama puas banget digarap sampe 10 orang," ucap mama.

"Dasar binal!" kataku.

Aku tidak bisa membayangkan kenikmatan dan kegilaan yang mama alami di dunia lain sana. Mama mengenakan kembali pakaiannya dan kita beristirahat sejenak sebelum kita kembali turun. Hiking hari ini terasa menyenangkan dan penuh dengan nuansa kemesuman. Kira - kira, apakah mama akan kembali lagi kesini? Aku juga tidak dapat memastikannya. Yang jelas, ketika aku sudah tidak perawan, aku akan mendapatkan giliran untuk digarap oleh keempat pria misterius itu. 

Tuesday 7 May 2024

Cerita Seks Aku dan Mama Hiking di Sebuah Hutan 2

"Sini non, tiduran di samping mama," kata mama dengan senyum penuh maksud.

"Baik Ma," sahutku.

Aku berjalan mendekati ranjangku, lalu aku berbaring perlahan di sampingnya mama. Mama tiba - tiba membelai pipiku yang mulus.

"Kamu tadi siang mimpiin apa?" tanya mama dengan lembut.

"Hah?? Aku gak mimpi apa - apa kok," jawabku dengan gestur salah tingkah.

Mama tersenyum kepadaku, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kiriku. "Kalo mama mimpiin kamu lhoo."

Aku tersentak saat mendengarnya, lalu aku iseng bertanya, "Mimpi apaan Ma?"

"Sesuatu yang menarik dan ... menggairahkan hihihihi," jawab mama.

Aku malah jadi khawatir, jangan - jangan mama melihat mimpi yang sama denganku. Tiba - tiba, mama membelai perutku yang tertutup piyama, kemudian turun ke paha.

"Mama kenapa?" tanyaku.

"Mama cuma gemes aja sama kamu," jawab mama yang mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Tiba - tiba, mama membuka kancing atas piyamaku. 

"Ehhh!? Mama ngapain!!" seruku.

"Kalo kamu gak mau cerita mimpimu tadi siang, kamu bakal mama telanjangin hihihi," ujar mama.

"Ehhh!? Masak gitu sih!!" protesku.

"Hihihihi, makanya cepetan cerita," kata mama dengan senyumnya yang nyebelin.

Aku akhirnya menyerah dan menceritakan mimpi anehku tadi siang. Bukannya terkejut, mama malah tertawa kecil mendengarnya.

"Kamu nakal juga yaa," ucap mama, "bukannya melindungi mama, kamu malah asik nonton."

"Habisnya di dalam mimpi itu, aku seperti tidak bisa berbuat apapun selain menonton aja," ucapku.

"Hihihihi, gapapa," ucap mama, "lagian mama juga menikmatinya kok."

Aku tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan oleh mamaku sendiri. Berarti mama mengalami mimpi yang sama denganku, yang membedakan hanyalah sudut pandangnya saja.

"Mama ini nakal banget yaa ternyata," kataku dengan agak kesal, "bukannya melawan, malah pasrah aja dicabuli 4 pria sekaligus."

"Ssshhhh!!" Mama meletakkan jari telunjuknya di bibirku. "Jangan terlalu keras non."

"Habisnya, mama kelakuannya kayak gitu, meski itu cuma di dalam mimpi," kataku dengan kesal.

"Sebenarnya mama punya alasannya," kata mama sembari membelai rambut poniku.

Mama lalu mulai cerita kalau papa sudah 3 bulan lamanya tidak menjamah mama, dan itu membuatnya frustrasi akan seks. Beberapa hari yang lalu, mama sedang berkumpul dengan teman - temannya di sebuah kafe. Salah satu temannya entah bagaimana, tau kalau mama sedang stress soal seks. Temannya itu lalu menghampiri mama dan menceritakan mengenai tempat hiking tersebut, yang konon bisa memberikan semacam kepuasan seks bagi mereka yang menginginkannya.
Temannya juga memberitahukan arah pendakian yang harus mama ambil, kemudian memintanya mencari sebuah gubuk, dimana mama harus tidur disitu, dan nantinya akan ada beberapa sosok pria yang akan memberikan servis seks yang sangat nikmat.

"Ohhh, gitu ceritanya," ucapku, "truss, kenapa aku juga diajak??"

"Buat nemenin mama hihihihi," jawab mama, "mama agak takut kalo hiking sendirian."

"Dasar mama ini!" kataku dengan sebal.

Mama hanya tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Kami terdiam sejenak dalam posisi tiduran. Tiba - tiba, mama setengah beranjak lalu menatapku dengan senyum aneh.

"Kamu di dalam mimpi berciuman sama mama, kan?" tanya mama.

"Ehh!? Ummm ... iyaa," jawabku dengan agak salah tingkah.

"Mau mengulanginya lagi?" tanya mama yang wajahnya semakin mendekat ke wajahku.

Aku tersentak saat mendengar tawaran gila dari mamaku. Tapi entah kenapa aku malah jadi agak sange mengingat momen saat kita berciuman di dalam mimpi. Tiba - tiba mama menciumku dengan lembut. Bukannya menolak, aku malah membalas ciuman mamaku dengan lembut. Mama mulai membuka kancing piyamaku satu per satu, dan payudaraku yang besar dan kenyal terpampang di hadapan mamaku. Mama kemudian membuka jubah tidurnya, dan dibaliknya ternyata tidak ada apa - apa selain tubuh telanjangnya yang seksi dan langsing.

"Mama seksi banget deh," bisikku dengan nakal.

"Hihihi, kamu juga gak kalah seksi dari mama," balas mama sambil mengecup pipiku.

Aku lalu melepas celana piyamaku dan lanjut melepas CD-ku. Aku sebenarnya masih agak malu - malu telanjang di depan mamaku. Mama lalu menindihku dan kita saling berpelukan sambil berpagutan bibir. Puas berciuman, mama beranjak lalu meraba - raba vaginaku dan rambut kemaluanku.

"Tipis juga yaa jembutmu," kata mama, "dan memekmu juga imut banget, pink pula."

"Mama juga masih imut vaginanya, cuma gak ada rambut aja," ucapku.

"Mama lebih suka gak berjembut, biar makin seksi hihihihi," ujar mama.

Mama kemudian menunduk ke arah vaginaku dan dia mulai menjilatinya seraya memainkan klitorisku dengan jarinya. Aku dibuat mendesah dengan perlakuan dari mama kandungku itu.

"Kamu tau 69 gak?" tanya mama.

"Enggak," jawabku.

"Oke deh, mama ajarin yaa," kata mama.

Mama lalu menungging di atasku dengan posisi selangkangannya berada di atas wajahku. Kemudian mama menurunkan vaginanya dan ditempelkan di mulutku.

"Jilatin memek mama yaa," pinta mama.

Aku menurut dan mulai memberikan jilatan di lubang tempat dimana dulu aku lahir. Jilatan dari mama membuatku merasa seperti melayang di udara. Mama emang benar - benar sudah sangat berpengalaman kalau soal seks. Tidak lama kemudian, aku merasa ingin pipis.

"Ma, aku kayaknya mau pipis nih," kataku.

"Keluarin aja non," kata mama yang mempercepat jilatannya di area vaginaku.

Aku mendesah makin keras dan dari vaginaku, menyemburlah cairan dalam jumlah yang cukup banyak. Semburannya terasa seperti air mancur.

"Hihihihi, kamu ternyata squirt yaa," kata mama sembari tertawa renyah.

Aku langsung lemas setelah cairan dari vaginaku menyembur keluar. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini.

"Gimana? Mama jago kan, hihihihi," kata mama.

"Mama luar biasa," ucapku dengan nafas terengah - engah.

Mama kemudian mengambil posisi diantara pahaku, kemudian dia menempelkan selangkangannya ke selangkanganku. Kaki kanannya menindih pinggul kiriku, sementara kaki kirinya berada di bawah kaki kananku.

"Nah ini namanya posisi scissor," kata mama, "biasanya ini dilakukan oleh pasangan lesbian."

"Lahh!? Berarti kita pasangan lesbian dong," kataku.

"Hihihihi, kalo kita itu mama dan anak," ucap mama dengan senyum genit.

"Mana ada mama dan anak melakukan hal seperti ini!" kataku.

"Ehhh, jangan salah non, banyak lhooo yang melakukan kayak gini. Entah itu mama dan anaknya, atau papa dan anaknya," kata mama.

"Lahhh, jangan - jangan yang nge-homo juga ada?" tanyaku dengan agak merinding.

Mama menggenggam payudara kiriku. "Jelas ada dong, kakak cowo dengan adik cowo, atau papa dengan anak cowonya hihihihi."

"Ihhhh, gak bisa bayangin aku," kataku sambil menutup mataku dengan kedua tanganku.

"Kalo yang ngentot mama dan anak ceweya, kamu bisa bayangin brarti?" ujar mama.

"Husss!! Mama ini- Ahhhhkkk!!" Belum selesain bicara, mama udah ngegesek - gesek vaginanya ke vaginaku.

Badanku menggeliat keenakan akibat ulah dari mamaku yang binal ini. Dia terus melakukan gesek - gesek ke vaginaku dengan vaginanya. Berselang 5 menit kemudian, mama menyudahi posisi scissor-nya, lalu menindihku dan menciumi mulutku dengan buas. Aku kali ini lebih aktif dan aku membalas mencium bibir mamaku dengan penuh nafsu. Kami saling berpelukan diikuti dengan saling meraba punggung kami yang licin karena keringat.

"Ada gaya lain gak Ma?" tanyaku.

"Ada dong," jawab mama, "sekarang kamu nungging non."

Aku menuruti perintah dari mamaku dan langsung menungging membelakanginya, kupamerkan vagina perawanku kepada mama. Mama lalu meraba - raba vaginaku, kemudian dia masukkan satu jarinya ke dalam vaginaku.

"Ahhh!! Jangan dimasukin dong Ma, nanti perawanku pecah gimana ...," ucapku.

"Santai aja, gak mungkin pecah kalo cuma dimasukin jari. Kalo dimasukin kontol, baru bisa pecah hihihi," ujar mama.

Aku mendesah keenakan diservis oleh mamaku sendiri. Mama benar - benar ahli menggunakan jari dan lidahnya untuk memuaskan pasangannya, papa harusnya bersyukur punya istri yang pintar di ranjang gini. Aku perlu belajar banyak dari mama nih hihihihi. Tidak lama kemudian, mama menghentikan permainannya di vaginaku.

"Sekarang kamu yang puasin mama yaa," ucap mama yang segera mengambil posisi menungging di sampingku.

Aku lalu merangkak menuju ke pantatnya mama, kemudian aku raba - raba pantatnya yang montok dan seksi itu. Mama memiliki vagina dan pantat yang indah, putih mulus dan empuk pula. Vaginanya yang tidak berambut juga menambah keindahan area selangkangannya. Semua laki - laki pasti kepengen untuk memasukkan penis mereka ke vaginanya sambil meremas - remas bongkahan pantatnya.

"Kok diem aja?" tanya mama.

"Bentar Ma, aku lagi mengagumi keindahan vagina dan pantat mama," jawabku.

"Hihihihi, kalo mengagumi, yaa dimainin lahh," ucap mama.

"Mama emang nakal banget deh," kataku sambil meremas pantatnya dengan keras.

"Ouchhh!! Nakal yaa hihihihi," kata mama.

Aku lalu meraba perlahan bibir vagina mamaku, kemudian aku masukkan satu jariku ke liang kenikmatannya.

"Ahhh ... kok cuma satu jari aja no," ujar mama.

"Truss, mau berapa jari?" tanyaku dengan senyum nakal.

"Tiga dong, hihihihi," jawab mama.

Aku tarik jari telunjukku keluar dari vaginanya mama, kemudian aku masukkan ketiga jariku secara bersamaan ke dalam liang kenikmatannya.

"Nah, begitu non," kata mama.

Aku maju-mundurkan jariku dengan cepat di liang senggamnya, hingga menimbulkan suara becek. Mama mendesah dengan binalnya akibat perbuatan dari anak perempuannya. Sambil mengocok vaginanya, aku juga menampar pantat mulus mamaku.

"Ehh, non, jangan keras - keras," ucap mama, "kalo papamu denger, bisa berabe nanti."

"Ohh iyaa, hihihi," ucapku.

Aku lanjut mengobok - ngobok vaginanya mama hingga tidak tau berapa lama kita saling memuaskan. Yang jelas setelah orgasme bersamaan, kita berdua terkapar di ranjang yang penuh dengan peluh, lalu tertidur dengan pulas. Paginya, aku tidak menemukan mama saat bangun dari tidur.

"Kayaknya mama udah bangun duluan deh," kataku.

Aku lalu beranjak dari kasur dan kukenakan pakaian rumahku. Baru pertama ini aku tidur telanjang, bareng sama mamaku pula. Aku keluar kamar dan berjalan menuju ke ruang makan. Di ruang makan, sudah ada papa yang asik membaca koran dan mama yang sibuk memasak.

"Kamu ada kelas ndak hari ini?" tanya papa.

"Cuma satu kelas aja," jawabku, "siang nanti sih."

Mama kemudian menghampiri meja makan dengan membawakan hidangan sup.

"Yuk dimakan dulu, biar dapat energi," katanya sembari melirik ke diriku.

Aku senyum - senyum saat ditatap oleh mamaku yang mesum itu. Kami bertiga sarapan bersama seraya mengobrolkan hal - hal receh.

"Lhoo? Aku baru sadar kalo Jason belum turun," ucapku.

"Dia pergi jam 5 pagi tadi," kata mama, "ada acara basket sama temen - temennya."

"Ouwww." Aku hanya mengangguk - angguk saja.

Selesai sarapan, aku berjalan kembali ke kamar untuk mandi. Papa menuju ke ruang keluarga, sementara mama membersihkan peralatan makan dan masak. Di dalam kamar, kubuka semua bajuku, lalu aku masuk ke kamar mandi dengan hanya memakai handuk. Aku memejamkan mata saat air dari shower menyembur membasahi tubuhku yang seksi. Tiba - tiba, seseorang mengetuk pintu kamar mandiku.

"Sapa yaa??" seruku.

"Mama!" seru mama dari balik pintu.

"Lhooo!? Mama ngapain kesini??" tanyaku.

"Udah gak usah banyak tanya. Cepet bukain pintunya," ucap mama.

Aku membuka pintu kamar mandiku, dan mama langsung nyelonong aja ke dalam. 

"Mama ikutan mandi bareng sama kamu yaa hihihihi," ucap mama sembari membuka bajunya.

"Halah, bilang aja mama mau gesek - gesek vaginaku," kataku dengan muka datar.

"Yaa itu skalian hihihihi," kata mama yang sudah telanjang bulat di depanku.

Aku dan mama lalu mengguyur badan kita dengan air yang mengucur dari shower. Mama mengambil sabun cair lalu memintaku untuk menyabuninya. Aku mengiyakannya dan mulai kusabuni punggungnya yang mulus.

"Habis itu bagian depan yaa," pinta mama.

"Oke," sahutku.

Aku lanjut menyabuni area perut dan payudara mamaku. Mama memiliki perut yang rata dan kencang, ditambah dengan kedua payudara besarnya yang masih kencang. 

"Sekarang sabunin memek dan pantat mama yaa hihihi," ucap mama dengan senyum genit.

Aku oleskan sedikit sabun cair di permukaan pantatnya, lalu aku gosok - gosok dengan air. Pantatnya jadi mengkilat dan licin, membuatku ingin menamparnya keras - keras. Plakkk!

"Ahhhh!!! Nakal banget sih kamu," ucap mama, "masak pantat mamamu sendiri kamu tampar hihihihi."

"Biarin, habisnya mama nakal," ucapku.

Tiba - tiba mama memelukku, kemudian meremas - remas pantat montokku. Aku dibuat mendesah keenakan akibat dari ulah mesum mamaku sendiri. Setelahnya, aku meminta mama menyudahi kegiatan mesumnya, karena aku mau belajar buat kelas nanti. 

"Yahhhh." Mama terlihat sedikit kecewa.

"Sepulang kelas aja yaa," kataku.

"Okee deh," sahut mama, "sekalian kita fitness bareng yaa nanti."

"Yaa," sahutku.

Aku keluar dari kamar mandi, lanjut berpakaian dan segera menuju ke meja belajar. Sepanjang siang hari, aku sedikit kesulitan berkonsentrasi karena vaginaku gatal trus. Gara - gara mama, aku malah kepikiran hal ngeres terus sekarang. Selesai jam sekolah, pacarku mengajakku makan siang bersama. Saat berjalan sama dia, entah kenapa aku terus menatap ke arah selangkangannya.

"Aduh!! Apa aku sudah gila yaa!" jeritku dalam hati.

Ketika makan siang bareng, aku jadi salah tingkah saat menatapnya, padahal sebelumnya tidak pernah seperti ini. Selesai menikmati makan siang, aku buru - buru pamit pulang sama pacarku dengan alasan mau pergi sama mama. Dalam perjalanan pulang, vaginaku terasa makin gatal, ingin rasanya kuobok - obok vaginanya mama untuk menyalurkan nafsuku saat ini. Setibanya di rumah, aku langsung menuju ke kamar orang tuaku untuk mencari mamaku yang seksi. Saat kubuka pintu kamarnya, aku mendapati mama sedang ganti baju.

"Ehh, udah pulang," ucap mama, "kamu siap - siap sana, kita fitness bareng yaa."

"Oke, tapi sebelumnya boleh main bentar?? hihihihi," tanyaku.

"Nanti aja, udah jamnya ini," tolak mama dengan halus.

"Yahhh, oke deh," kataku dengan kecewa.

"Kamu sekarang nakal banget yaa hihihi," kelakar mama.

"Kan mama yang ngajarin," balasku dengan senyum genit.

Aku menuju ke kamarku dan menyiapkan pakaian olahraga, kemudian menuju ke bawah untuk menemui mama yang sudah siap di bawah. Supir kami sudah menunggu dan langsung mengantar kami ke gym langganan mama. Tiba di tempat fitness, aku dan mama menuju ke ruang ganti untuk berganti pakaian olahraga. Aku hanya terpana saat melihat mama hanya memakai bra sport dan celana legging ketat.

"Nakal yaa kamu ngeliatin mama dengan nafsu gitu hihihihi," ucap mama.

"Kan mama yang bikin aku kayak gini," balasku dengan senyum genit.

Kami keluar dari ruang ganti dan menuju ke ruang fitness. Selama melakukan fitness, aku fokus menatap mamaku yang sedang ber-fitness ria. Kuperhatikan ada beberapa cowo yang menatap diriku dan mamaku. 

"Dasar mata keranjang!" umpatku dalam hati.

45 menit berlalu, mama menghampiriku dan mengajakku untuk sauna.

"Emang disini ada tempat untuk sauna?" tanyaku.

"Ada dong," jawab mama.

Mama menarik tanganku dan membawaku menuju ke koridor yang ada di belakang ruang ganti. Terdapat sebuah pintu kayu yang tertulis 'Sauna' di atasnya. Kami lalu masuk dan menuju ke meja administrasi. Mama memesan satu ruang dan si admin menyerahkan sebuah kunci beserta keranjang berisi dua handuk besar. Kami lalu masuk ke ruang yang sesuai dengan nomor kunci. Di dalam ruang tersebut, terdapat loker pakaian berjumlah 8 dan sebuah dinding kayu yang didalamnya adalah tempat sauna. Mama kemudian melepas pakaian olahraganya sampai tidak ada yang tersisa di tubuhnya, aku juga turut menanggalkan pakaianku, lalu kuambil handuk yang diberikan oleh si admin tadi.

"Eittt, ngapain pake handuk," kata mama sembari memegang tanganku.

"Bukannya biasanya gitu yaa kalo sauna?" kataku.

"Kalo itu misal sama orang lain," ujar mama, "lagian kita kan mama sama anak, jadi kita telanjang aja gapapa."

"Hmmm ... bener juga sih hihihihi," kataku.

Mama mengunci pintu ruangan terlebih dahulu, supaya aman hihihihi, lalu menarikku masuk ke dalam ruang sauna dan segera menutup pintunya yang terbuat dari kayu.

"Aku nyalain yaa pemanasnya," kataku.

"Jangan terlalu panas yaa," kata mama.

Kami berdua duduk saling berdempetan sembari menunggu uap memenuhi ruangan. Tiba - tiba, mama menyambar bibirku dan mengulumnya dengan penuh nafsu. Tubuh kami dibanjiri oleh keringat akibat suhu ruangan yang panas.

"Mama cantik deh kalo badannya penuh keringat gini," pujiku. 

"Kamu juga non, hihihihi," ucap mama.

Mama kemudian berdiri, lalu duduk di atas pangkuanku, dan kami kembali berciuman sambil saling meraba punggung. Mama menyudahi aksi saling cium kami, lalu dia berlutut di depanku.

"Hmmmm, ini perlu digundul biar makin cantik hihihihi," kata mama sambil meraba - raba rambut kemaluanku.

"Hah!? Maksudnya dicukur sampai botak kayak punyanya mama?" tanyaku.

"Lebih tepatnya di wax, non," kata mama, "besok yaa mama ajak kamu ke tempat mama melakukan waxing."

"Ohh, oke deh," sahutku.

Mama menggunakan lidahnya untuk mempermainkan bibir vagina dan klitorisku. Aku dibuat merinding dengan servis lidah dari mamaku sendiri. Tanpa kusadari, aku memegangi kepalanya mama dan menekannya ke vaginaku.

"Aku mau keluarrrr," kataku dengan tertahan, takut terdengar dari luar.

Aku semprotkan cairan cintaku ke wajahnya mama, dan kulihat mama tersenyum dengan wajah mesum. Aku langsung ambruk di atas kursi sauna.

"Yahh, udah keluar hihihihi," kata mama sambil menjilati cairan cintaku dari jarinya.

"Habisnya Mama bikin aku keenakan," balasku.

"Kan mama udah berpengalaman," ucap mama, "toh kalo kamu udah sering main, nanti kamu juga bakal berpengalaman hihihihi."

Aku berbaring sejenak selama 2 menit-an, setelahnya, mama memintaku untuk menyodok - nyodok vaginanya dengan tiga jariku. Aku dengan kasar mengobel - ngobel liang senggama mamaku dalam posisi berbaring, sedangkan mamaku dalam posisi berdiri.

"Ahhhh ... yeah, terusin non," desah mama.

Aku iseng memasukkan tiga jari dari tanganku yang satunya ke dalam vaginanya mama. Tindakanku membuat mama makin mendesah. 

"Nakal banget yaa kamu hihihi," kata mama.

Aku bertekad mengocok vaginanya mama sampai dia mendapatkan orgasme dahsyat. Sudah 5 menit-an aku mengocok vaginanya mama, belum ada tanda - tanda mama akan orgasme, meski cairan cintanya sudah menetes banyak ke lantai, belum termasuk tubuh seksinya yang basah kuyup akibat keringat.

"Ohhh, yang kenceng non ... mama mau keluar," racau mama.

Jari - jari tanganku terasa hangat akibat disembur cairan orgasmenya mama. Dia langsung ambruk di lantai dengan wajah puas. Mama kemudian memberikan gestur tangan untuk turun ke bawah. Aku beranjak berdiri, kemudian mendorong badannya mama hingga telentang di lantai, lalu aku duduki selangkangannya dan mulai aku melakukan gerakan gesek - gesek.

"Nakal yaa kamu," ucap mama, "mama baru orgasme, malah dah digesek - gesek aja."

"Tapi mama suka kan dibeginiin?" kataku dengan centil.

"Hihihihi, iya dong," jawab mama.

Mama kemudian menggapai kedua payudaraku, lalu mulai meremasnya. 

"Ahhh ... enak banget Ma," desahku.

Aku kemudian meremas payudaranya mama, dan kami saling mendesah bersahutan. Kami benar - benar menikmati perbuatan tabu ini. Beberapa saat kemudian, mama menarikku hingga jatuh dia atas badannya yang basah, kemudian memelukku sambil meremas pantatku. Mama kemudian mengajakku berguling - guling sambil berpelukan di lantai yang terbuat dari kayu itu, sampai membuatnya jadi basah.

"Kok kita jadi kayak anak kecil gini sih," kataku.

"Biar makin hot, hihihihi," ucap mama.

Setelah puas berguling - guling, mama mengganti posisi kita menjadi posisi scissor. Kami saling gesek organ intim dengan wajah mesum. Mungkin sekitar 15 menit kami bertingkah seperti ini, dan diakhiri dengan kita berdua orgasme bersama. Aku dan mama terbaring di lantai dengan nafas ngos - ngosan. Ruang sauna terasa begitu pengap, lantai basah akibat dari keringat kami berdua dan kami berdua sangat kelelahan.

"Aku buka aja yaa pintunya," kataku.

"Buka aja non, badan mama gerah banget ini," ucap mama dengan wajah lelah.

Saking lelahnya, aku sampai ngesot untuk meraih pintu sauna yang ada di samping ku. Saat kubuka pintunya, badanku terasa sejuk akibat udara segar dari luar yang masuk ke dalam ruang sauna.

"Segarnya ...," kataku seraya terbaring kembali ke lantai.

Mama mengacungkan jempolnya kepadaku, kemudian dia perlahan bangkit berdiri dan duduk di kursi kayu yang menempel di dinding. Kami beristirahat sejenak, kemudian keluar dari ruang sauna untuk mengelap tubuh kami yang bau akibat keringat.

"Yuk kita balik ke ruang fitness buat mandi," ajak mama.

"Bentar Ma," ucapku, "itu ruang sauna jadi bau dan basah gitu. Gapapa yaa?"

"Gapapa hihihi," jawab mama.

Setelah berpakaian, kami berjalan keluar untuk mengembalikan handuk, lalu kami kembali ke ruang ganti perempuan untuk mandi sebentar. Mama mengajakku mandi bersama, tapi sebelumnya aku meminta mama untuk tidak grepe - grepe badanku. Ketika tiba di rumah, aku langsung terkapar di ranjangku saking lelahnya. Besok paginya, mama mengajakku ke tempat dimana dia melakukan waxing. Aku penasaran bagaimana rasanya vagina gundul itu. Setelah selesai melakukan waxing, tidak perlu ditanya lagi kelanjutannya. Mama langsung mendorongku ke kamarnya, menelanjangiku, kemudian melakukan tindakan cabul kepadaku. Hampir setiap hari mama selalu mengerjaiku, entah pagi, siang sore, ataupun malam, kalau ada kesempatan. Bahkan, mama pernah mengajakku menginap di hotel ketika kita selesai nge-gym. 

"Lahhh!? Ngapain nginep di hotel?? Kalo mau bermesum ria, kan nanti bisa di kamarku," kataku.

"Sesekali nyoba suasana baru lahh," ucap mama.

Aku akhirnya nurut aja dan kita pun check-in hotel. Baru masuk saja aku langsung dipeluk dan diciumi dengan buas. Mamaku memang seorang wanita mesum dan hyperseks. Hampir semalaman aku digarap oleh mama kandungku sendiri, AC dalam kamar bahkan tidak mampu membuat kita merasa sejuk. Dua hari kemudian, saat sedang sibuk belajar di kamar, mama menghampiriku dengan senyum aneh.

"Non, tiga hari lagi kita pergi ke tempat hiking itu lagi yuk," kata mama.

Aku hanya geleng - geleng kepala dengan senyum mesum. Aku jadi tidak sabar melihat mama disetubuhi oleh ketiga pria misterius itu lagi.

Cerita Seks Aku dan Mama Hiking di Sebuah Hutan

Namaku Cynthia, seorang mahasiswi berumur 20 tahun. Aku memiliki wajah yang cantik, kulit putih mulus yang terawat dan body yang seksi, sombong dikit gapapa lahh yaa hehehe. Hari ini aku dan mamaku akan hiking di gunung xxx yang terkenal dengan jalurnya yang masih perawan dan sulit. Mamaku sendiri meskipun sudah berumur 40 tahun, tapi dia tidak kalah seksi dariku karena rajin perawatan, makan makanan bergizi dan olahraga. 

"Barang bawaan sudah lengkap?" tanya mama.

"Udah dong," jawabku.

Kami berangkat ke lokasi tujuan dengan diantar oleh supir pribadi kami. Jalanan terasa sepi karena kami memilih pergi di hari kerja, dan mamaku emang suka bepergian kalo pas bukan hari libur. Setelah melewati 2 jam perjalanan, kami pun tiba di lokasi tujuan.

"Gapapa yaa ini aku tinggal?" tanya supir kami yang terlihat agak khawatir.

"Gapapa Pak, santai aja," jawab mama.

"Oke deh, saya kembali ke rumah lhoo ini," ucap supir kami.

"Iyaa, hati - hati Pak!" seruku.

Kami memang dekat dengan supir kami yang sudah bekerja di keluargaku selama 8 tahun. Supir kami memang sangat loyal dan penuh rasa hormat.

"Ini kita kemana dulu Ma?" tanyaku.

"Kita mau ke pinggir pantai nyari seluncuran," jawab mama dengan muka datar.

"Ahhh! Mama bisa aja hahaha," ucapku dengan tawa lepas.

Mama lalu mengajakku untuk cari makan di dekat sini, karena setelah itu kita bakal menghabiskan banyak waktu di area hutan. Kami lalu menuju ke sebuah rumah makan yang menjajakan hidangan lokal. Di dalam, ada beberapa orang yang sepertinya akan mengisi perut mereka sebelum hiking. Aku memesan sup dan jeruk dingin, sementara mama hanya memesan nasi telur dengan sayur dan teh hangat. 

"Kalo misal kita laper pas di tengah hutan, gimana Ma?" tanyaku.

"Yaa kita berburu babi hutan lahh," jawab mama seenaknya.

"Kayak Mama bisa berburu aja," timpalku, "nangkep nyamuk aja ga bisa."

"Itu beda non," balas mama, "yang satu serangga, yang satunya lagi hewan.

"Halah, banyak alesan," celetukku.

Tidak berselang lama kemudian, makanan kami tiba dan kita berdua segera menyantapnya. Selesai makan, kami segera menuju ke halte untuk menunggu kendaraan yang akan membawa kami ke titik kumpul untuk orang - orang yang mau hiking. Tidak hanya kami berdua saja yang menunggu, ada 3 orang cowo yang juga menunggu jemputan. 5 menit kemudian, bis mini yang kami tunggu akhirnya tiba. Kami masuk dan duduk di samping kanan dengan aku duduk di samping jendela, sementara mama di samping kiriku. Bis mini tersebut mulai melaju dan melewati jalanan yang mulai menanjak. Tidak butuh waktu lama bagi bis mini tersebut untuk tiba di lokasi start untuk para wisatawan yang mau hiking.

"Sudah siap non?" tanya mama.

"Siap dong hehehe," jawabku.

Terdapat 3 jalur hiking disini, dan mama memilih jalur yang mengarah ke utara. Aku hanya ngikut aja dari belakang dan kita pun mulai memasuki area hutan. Suasana hutan terasa begitu asri, dengan suara burung dan serangga saling bersahutan.

"Nyaman banget yaa disini," ucapku.

"Gak salah kan mama memilih tempat ini," kata mama dengan ekspresi bangga.

Sambil berjalan, kami juga menatap sekitar, mengamati kumbang yang hinggap di batang pohon, dan bercanda aneh - aneh dengan mamaku yang gaul ini.

"Ehh, non, kamu pernah bayangin misal tiba - tiba muncul monyet dari atas, lalu grepe - grepe badan seksi kita," kata mama.

"Husss!! Jangan ngomong yang aneh - aneh!" ketusku.

"Hahahaha, mama bercanda," ucap mama sambil tertawa lepas.

Kami berdua lanjut menyusuri hutan yang sepertinya jarang dijamah manusia ini. Tanpa terasa, kita berdua telah berada di tengah - tengah hutan.

"Ehh Ma, ini dimana kita?" tanyaku sambil melihat sekeliling.

"Kita udah di area hutan yang masih perawan hehe," jawab mama.

"Gak bahaya nih kita masuk terlalu dalam?" tanyaku dengan agak cemas.

"Santai aja hehehe," jawab mama.

Mama lalu mengajakku masuk lebih dalam dan kami menemukan sebuah gubuk reyot berukuran kecil.

"Lahhh!? Kok ada gubuk di hutan yang katanya masih perawan??" kataku dengan mulut melongo.

"Hmmm ... kalo mama liat, ini gubuk sepertinya sudah lama berdiri disini," ucap mama sembari meraba bagian luar dari gubuk itu.

"Berarti nih hutan udah pernah dijelajahi orang dong," ujarku.

"Bisa jadi sih," kata mama, " toh ini gubuk bisa kita pake buat istirahat," lanjutnya.

Mama lalu masuk ke dalam gubuk yang reyot dan kotor itu, lalu dia mengeluarkan beberapa perlengkapan dari tasnya dan menatanya di lantai gubuk.

"Ayo sini masuk non," panggil mama.

Aku mengangguk dan melangkah masuk ke dalam gubuk itu. Sekelilingnya dipenuhi debu dan di dalam juga agak gelap karena jendelanya hanya ada satu, itupun ukurannya juga kecil. Mama lalu membentangkan terpal tenda di lantai, kemudian kita duduk di atasnya. 

"Dah, kita cuma duduk aja disini?" tanyaku.

"Iyapp, kita duduk - duduk bentar disini," jawab mama, "lagian kita udah berjalan satu jam-an lhoo."

"Iya juga sih," sahutku.

Aku lalu mengeluarkan botol minumku dan meminumnya, sementara mama mengeluarkan camilan dan membagikannya kepadaku.

"Sambil istirahat, mama mau tanya - tanya dong," ujar mama.

"Tanya apa Ma?" tanyaku.

"Kamu udah punya pacar, kan?" tanya mama dengan tatapan genit.

"Ummm, udah," jawabku singkat.

"Kamu udah pernah begituan sama pacarmu belum?" tanya mama dengan senyum penuh arti.

"Yaa gak pernah lahh!!" ketusku, "lagian kita masih kuliah dan belum menikah!"

"Hihihihi, kamu memang anak yang baik," ucap mama sembari menepuk bahuku.

"Apaan sih Mama ini! Pertanyaan kok kayak gitu!" ucapku dengan kesal.

"Hehehehe." Mama hanya tertawa kecil. "Yuk kita tiduran bentar disini, habis itu lanjut jalan."

"Hah!! Masak tiduran di tempat kayak gini??" seruku dengan mata terbelalak.

"Lhaa kamu mau tidur di tengah hutan berarti??" kata mama.

Aku sendiri hanya terdiam mendengar perkataannya mama, dan aku akhirnya menyetujui idenya. Kami lalu berbaring di atas terpal buat hiking dan kita tidur sejenak. Tiba - tiba, aku terbangun karena mendengar suara aneh dari mamaku. Saat aku melirik ke arahnya, betapa terkejutnya diriku saat mendapati seorang pria dengan kulit gelap tengah meraba - raba paha mamaku yang masih memakai celana panjang. Anehnya, bukannya aku berdiri dan menendang pria itu, aku malah masih berbaring dan menonton apa yang dilakukan pria asing tersebut kepada mamaku yang masih terlelap.

"Kamu menikmati yaa melihat ibumu dimesumin begitu?" kata seseorang yang sepertinya berada di kiriku.

Aku terkejut ketika mendapati ada pria lain di samping kiriku. Dia menjamah pipiku dengan tangannya yang kasar dan menatapku dengan senyum menyeringai.

"Ayo berdiri nduk," katanya dengan lembut.

Entah kenapa aku menuruti perkataannya dan beranjak dengan posisi duduk di atas terpal. Aku kembali menyaksikan pria yang ada di depanku meraba - raba perut dan payudara mamaku yang besar.

"Kamu suka yaa melihat adegan di depan?" bisik sosok pria yang ada di belakangku itu.

Aku hanya terdiam dengan perasaan malu seraya menatap adegan mesum yang ada di hadapanku. 

"Perkenalkan, namaku Z," ucap pria yang duduk di belakangku itu, "yang sedang mengerjai ibumu namanya X."

Aku melirik ke belakang dan hanya kubalas dengan senyuman saja. Kemudian, Z menepuk tangannya beberapa kali, dan dari arah pintu, masuklah dua pria lagi yang wajahnya terlihat samar - samar.

"Lahhh!? Siapa lagi mereka??" tanyaku dengan tatapan merinding.

"Mereka tukang las!" jawab Z, "yaa jelas mereka temen - temen saya lahhh!"

"Ta-tapi ... kenapa kamu panggil mereka?" tanyaku sembari menoleh menatap si Z.

"Mau saya ajak main tenis!" jawab Z, "yaa mau saya ajak menikmati ibumu lahh!!"

"Ohhh ...." Aku dengan begonya malah mengangguk - angguk saja.

Pandanganku kemudian beralih ke mamaku lagi, dan kulihat dua pendatang baru itu mulai menggrepe - grepe body seksi mama kandungku sendiri. Pria yang bernama X itu mulai melepas jaket yang dipakai oleh mama, diikuti dengan celananya yang dipelorotkan oleh pria yang satunya.

"Yang sedang melorotin celana ibumu bernama Y," ucap Z, "yang sedang meraba pipi ibumu bernama C."

Ketiga pria mesum itu melucuti pakaian luar mamaku, dilanjutkan dengan BH dan CD hitamnya. Aku dibuat terpana saat melihat vagina mamaku yang sama sekali tidak ada rambutnya. Pria yang bernama Y itu lalu meraba - raba vagina mamaku, membuatnya mendesah dalam tidur, pria berambut gondrong yang bernama X sibuk mengenyot payudara mamaku yang terlihat begitu indah, sementara pria satunya sibuk menciumi pipi mamaku dengan mulut tonggosnya. Tidak lama kemudian, aku melihat mama terbangun. Aku sedikit takut harus berbuat apa jika mama tersadar dirinya tengah dimesumin, sementara anak perempuannya malah diam saja. 

"Waduh gimana nih," bisikku kepada si Z.

"Santai aja," sahut si Z sembari menepuk bahuku.

Mama terlihat kebingungan saat melihat sekitarnya, tetapi dia sama sekali tidak menunjukkan tanda - tanda perlawanan. Dari sisi kanannya, kulihat si C sudah melepas celananya.

"Wahh udah bangun aja nih si cantik," ujar si C, "daripada bingung, sini kulum kontolku."

Pria tonggos itu mengarahkan penis hitamnya ke mulut mama, dan mama tanpa rasa jijik membuka mulutnya dan membiarkan batang hitam besar itu masuk ke mulut mungilnya. Mama terlihat sangat menikmati penis dari pria bernama C itu.

"Gileee!! Enak banget mulut nih cewe!!" seru si C sambil memaju-mundurkan penisnya.

Kedua pria lainnya kemudian juga turut melepas celana mereka dan mulai lanjut mesumin mamaku sendiri. 

"Kamu ndak ikut buka baju juga nduk?" tanya si Z seraya meraba - raba lenganku.

"Buat apa?" tanyaku.

"Biar lebih hot aja," jawab si Z, "kapan lagi ibu dan anak telanjang bareng hehehe."

Entah kenapa, aku menuruti perkataan dari pria yang tidak kukenal itu. Aku perlahan melepas jaket, kaos lengan panjangku, dilanjutkan dengan celana panjangku, dan terakhir BH dan CD-ku yang berwarna merah.

"Wihhh, kamu gak kalah seksi dari ibumu," puji si Z.

Aku hanya tersenyum dengan wajah tersipu. Dalam kondisi telanjang bulat, diriku malah semakin terangsang melihat mamaku yang tengah dicabuli oleh orang - orang tak dikenal ini. Saat ini, si X sedang asik memaju-mundurkan penisnya diantara kedua payudara mamaku yang dia himpitkan ke penisnya, sedangkan si Y sibuk menyodok vagina mamaku dengan kedua jarinya.

"Kok mama diem aja yaa?" pikirku.

Kemudian kurasakan ada yang meremas - remas buah dadaku dari belakang. Bukannya melawan, aku malah diam saja dilecehkan seperti ini.

"Toketmu kenyel juga yaa, besar pula hehehe," ucap si Z.

"Makasih," kataku dengan wajah tersipu.

Pria berwajah agak jelek itu mulai meraba - raba tubuhku, sementara diriku malah asik melihat mamaku yang tengah dicabuli oleh tiga pria tidak dikenal. 

"Jasik!!! Aku mau keluar!!" seru si C sambil mendorong seluruh penisnya masuk ke dalam mulut mamaku.

"Wahhh, kayaknya enak banget mulut nih cewe," ujar si X yang masih asik gesek - gesek penis di belahan payudara mamaku.

"Kamu harus nyobain habis ini," kata si C sembari mengacungkan jempolnya.

Aku lalu beralih ke si Y yang mulai mengambil posisi untuk menyetubuhi mamaku. Pria berwajah gelap itu melebarkan kaki mamaku, kemudian dia arahkan penis besarnya ke liang senggamanya mama. Aku jadi panas-dingin melihat penis dari si Y yang mulai ditempelkan di bibir vagina mamaku, kemudian perlahan masuk ke dalam. Kulihat mama memejamkan matanya sambil menggigit bibirnya, menikmati lubang vaginanya dimasuki oleh penis dari seorang pria yang bukan suaminya.

"Akkkhhh!!" jerit mama saat si Y menghentakkan pinggulnya, membuat penisnya masuk seutuhnya ke liang kenikmatannya mama.

Kemudian kurasakan tangan kanannya si Z meraba - raba vaginaku yang berbulu tipis.

"Wuihhh udah basah hehehe," kata si Z.

"Gimana gak basah kalo pemandangan di depanku menggairahkan," ucapku.

"Hehehe, itu namanya normal," kata Z, "ohh yaa nduk, kamu masih perawan yaa?" tanyanya kemudian.

"Kok tau??" tanyaku balik.

"Tau dong hehehe," jawab si Z, "kalo masih perawan, gak akan aku garap."

"Ternyata kamu baik juga yaa," kataku dengan pipi tersipu.

"Meskipun kita mesum, kita gak akan pernah ngentotin wanita yang masih perawan," ujar si Z, "kalo udah gak perawan, kamu bakal aku genjot disini hehehe."

Aku kembali lanjut melihat mamaku yang sedang menikmati disetubuhi oleh si Y. Tubuhnya terlihat bergoyang - goyang akibat disodok dengan keras oleh si Y.

"Mulutnya dari tadi nganggur, aku entot aja deh," kata si X sembari menyodorkan penisnya ke mulutnya mama.

Mama dengan senang hati membuka mulutnya dan si X langsung menyorongkannya sampai masuk semua. Aku menjadi makin terangsang melihat mamaku tengah disetubuhi oleh dua pria berwajah gak jelas. 5 menit berlalu, dan si Y mencabut penisnya dari vagina mama.

"Oyy, kamu cobain deh, aku mau nyobain toket besarnya," kata si Y kepada si C.

"Siappp!!" sahut si C.

Si C mengarahkan penisnya ke liang senggamanya mama, dan hanya dengan sekali hentakan, penisnya langsung tenggelam ke dalam vaginanya mama.

"Asem!!! Sempit banget!!" seru si C.

Sekarang ini, mamaku yang masih cantik dan seksi tengah dikerjain oleh tiga pria secara bersamaan. Si Y terdengar melolong dengan keras dan dia menyemburkan maninya di atas buah dada mamaku yang indah.

"Gilaa!! Enak banget nih toket," kata si Y.

"Cok!! Aku mau keluar juga!!" seru si X sambil menjambak rambut panjang mamaku.

Vaginaku berkedut - kedut menyaksikan mamaku diperlakukan seperti pelacur rendahan. Kayaknya aku sudah gila ini. Setelah si X mencabut penisnya, mama mulai mendesah seperti wanita binal.

"Lihat, ibumu benar - benar seorang lacur sejati," kata si Z yang masih meraba - raba tubuh telanjangku.

"Ohh yeahhhh ... entotin aku, ohhhh ... ahhhh ... lebih keras ...," desah mamaku.

"Aku mau keluar juga!! Rasakan nih pejuku!!" seru si C.

"Aku juga mau keluaaaaarrrrrrr!!!" seru mamaku.

Mereka berdua orgasme secara bersamaan, diiringi dengan tepuk tangan dari si Y dan si X. Mama dan ketiga pria itu beristirahat sejenak. Mama menatapku dengan tatapan mesum, membuatku jadi malu - malu.

"Okee, sekarang giliranku," kata si Z sambil beranjak berdiri.

Si Z lalu menghampiri mamaku yang masih terbarin bugil, kemudian menepuk pahanya.

"Ayo bangun!" ucap si Z.

Mamaku langsung beranjak berdiri, kemudian si Z memegang bahunya, lalu mendorongnya sampai mendempet ke dinding gubuk yang kotor. 

"Ayo pantatnya agak ditunggingin!" ucap si Z sambil menampar pantat mamaku.

Mama mendesah kecil dan sedikit menaikkan pantatnya. Aku lalu berdiri untuk melihat lebih dekat bagaimana si Z akan menyetubuhi mamaku. Pria dengan wajah yang tidak terlalu jelas itu lalu mengarahkan penisnya yang besar dan berurat itu ke vaginanya mama.

"Rasakan ini!!" seru si Z sambil mendorong penisnya kuat - kuat.

"Akkkhhhh!!!" Mama menjerit dengan wajah mesum.

Ketiga pria yang lain langsung bersorak sambil tepuk tangan saat si Z berhasil menenggelamkan seluruh penisnya ke dalam liang kenikmatan mama kandungku. Aku sendiri malah menggesek - gesek vaginaku saat melihat adegan tersebut.
Si Z mulai menyetubuhi mamaku dengan kasar, dan kulihat mama sangat menikmati digenjot dengan kasar seperti itu. Tanpa kusadari, aku mulai meremas - remas payudaraku sembari menggosok - gosok vaginaku yang basah kuyup.

"Ahh ... ahhhh ... ohhh ... a-aku ma-mau keluaarr ...," racau mama.

"Hehehe, ayo cepet keluarin," kata si Z.

Kulihat ada cairan yang menetes begitu banyak dari vaginanya mama, sebagian mengalir melewati pahanya. Aku yakin mama pasti mendapatkan orgasme yang dahsyat. Si Z masih terus menyodok mamaku dengan penuh semangat, sembari meremas pinggulnya yang seksi. 

"Hebat bener nih kawan kita," ucap si C.

"Jelas itu," sahut si Y, "nih lacur bakal keluar dua kali huahahaha."

Apa yang diucapkan si Y menjadi kenyataan. Baru beberapa menit mama orgasme, dia sudah melolong pertanda mau orgasme lagi.

"Sialan, aku juga mau keluar!" seru si Z.

Si Z mencengkeram erat pantat putih mamaku dan dia meracau gak jelas. Setelahnya, dia mencabut penisnya yang mengkilap karena berlumuran cairan cinta dari mamaku. Si Z kembali ke tempat dimana dia duduk, sementara mama terjatuh berlutut di tempat dimana dia berdiri. Tubuhnya penuh dengan keringat, yang malah membuatku makin panas-dingin. Sepertinya aku sudah gila terangsang dengan tubuh telanjang mamaku yang penuh keringat, padahal aku sendiri juga perempuan.

"Nduk, kamu ambilkan minum buat ibumu," perintah si Z.

Aku menurutinya dan mengambil botol minum yang ada di tas hiking mamaku. Kuberikan botol itu kepada mama, dan mama langsung meminumnya sampai ada yang mengalir keluar dari mulutnya. Si C kemudian menghampiri mamaku dan meminta di untuk menungging.

"Nduk, kamu juga ikut nungging berhadapan dengan ibumu," perintah si Z.

Seperti kerbau yang dicucuk, aku menuruti kata - katanya dan menungging di lantai. Wajah kami saling berhadapan dan aku perhatikan, mama tersenyum dengan tatapan kosong.

"Ahhh ...." Aku terkejut ketika ada yang menjamah selangkanganku.

"Akhhh!" Mama tiba - tiba mendesah cukup keras.

Saat kulihat, rupanya si C sedang menyodok mamaku dari belakang. Dengan posisi seperti ini, aku bisa melihat dengan jelas wajah binal dari mamaku sendiri.

"Ayo, sekarang kalian berdua saling berciuman," perintah si Z.

"Hah!?" Aku menoleh ke belakang, terkejut dengan apa yang diucapkan oleh pria gak jelas itu.

Tiba - tiba, kurasakan ada yang menyentuh pipiku, kemudian memalingkan wajahku ke depan. Rupanya mamaku yang menyentuh pipi kiriku, dan dia tersenyum menatapku. Entah kenapa aku mulai merasakan dorongan untuk mencium bibirnya yang mungil dan seksi itu. Dengan perlahan, aku merangkak ke depan hingga bibir kita akhirnya saling bersentuhan. Kami pun mulai berciuman layaknya sepasang kekasih yang sedang dilanda hawa nafsu. Dari belakang, si Z sibuk menggosok - gosok vaginaku sembari meremas - remas pantat montokku, sedangkan mama masih digenjot dengan buas oleh pria tonggos bernama C itu.

"Seru juga yaa liat ibu dan anak saling ciuman kayak gitu," ucap si Y.

"Adegan kayak gini malah bikin aku sange lagi hehe," kata si X dengan penisnya yang mulai tegak lagi.

Si Y dan X lalu menghampiri si C dan meminta dia menghentikan aktivitasnya.

"Yahhh, padahal lagi enak - enaknya ini," kata si C dengan wajah kecewa.

"Kita juga pengen ngentotin nih cewe, jangan kamu doang lahhh!" protes si Y.

Bukannya kesal, aku malah semakin beringas memagut bibir mamaku saat mendengar perkataan si Y yang merendahkan mama kandungku. Si C mencabut penisnya dari vagina mamaku, kemudian si Y dan X menarik mamaku untuk berdiri, sementara diriku masih setia menungging.

"Ayo sekarang kamu duduk di pangkuanku," perintah si Z kepadaku.

Aku menurutinya dan duduk di atas pangkuannya. Aku dapat merasakan sebuah benda tumpul yang keras menempel di punggungku. Si C memposisikan dirinya berbaring di atas terpal, kemudian meminta mama untuk memasukkan penisnya ke dalam vaginanya. Mama tersenyum sambil menurunkan badannya dengan perlahan. Dia arahkan penis hitam dan besar itu ke bibir vaginanya yang terawat itu, dan setelah pas, mama menurunkan pinggulnya hingga penis itu tenggelam di dalam liang kenikmatannya.

"Ouhhhh ... enak banget cok!!" seru si C.

Si Y kemudian menatap ke arahku dan bertanya, "Nduk, mau tanya. Bool ibumu pernah dientot gak?"

"Yaa gak tau lahh," jawabku.

"Hmmmm ... aku cek dulu deh," kata si Y.

Pria gaje itu membuka sedikit belahan pantat mamaku yang masih asik bergoyang di atasnya si C. Dia lalu memasukkan satu jarinya ke lubang pantat mama, dan hal itu membuat mamaku makin mendesah.

"Wahh sempit banget. Ini sih udah pasti masih perawan," kata si Y dengan girang.

Si Y kemudian mengambil posisi di belakangnya mama. Dia lalu mendorong punggungnya, kemudian dia arahkan penisnya ke lubang pantatnya mama. Aku menjadi salah tingkah saat menatap penis si Y yang perlahan mulai masuk ke lubang anus mamaku. Aku perhatikan mama seperti menahan sakit dan nikmat saat lubang anusnya dimasukin sebuah penis yang hitam dan besar. Si Y kemudian mendorong setengah penisnya masuk ke dalam pantat mamaku, membuat dia menjerit keenakan.

"Gimana? Menarik bukan melihat dua lubang ibumu dientot?" kata si Z sembari meraba - raba perutku.

Aku hanya terdiam dengan kedua mataku melihat bagaimana mamaku digenjot secara bersamaan oleh dua pria berkulit gelap. Kemudian si X berdiri dan menampar - namparkan penisnya ke pipi mamaku.

"Tuh mulutnya nganggur, bisa kamu entot," kata si Y.

Si X mencengkeram kedua pipinya mama, kemudian dia sorongkan penisnya ke mulut mama. Bukannya marah, aku malah makin terangsang melihat semua lubang di tubuh mamaku sekarang dijejali oleh penis. Selama 5 menit-an mamaku disetubuhi oleh tiga pria secara bersamaan, kemudian si X meminta tukar posisi.

"Wokeee, aku pindah ngentotin memek nih cewe," ucap si Y.

"Aku brarti nyodok mulutnya yaa," ujar si C.

"Sipp, aku dapet boolnya," kata si X sembari mencabut penisnya dari mulut mama.

Mereka meminta mamaku berdiri, kemudian si Y berbaring dengan penis mengacung. Mama segera mendudukinya, diikuti dengan si X yang langsung memasukkan penisnya ke anus mamaku, dan terakhir si C yang menjejali mulut mamaku dengan penis.

"Tolong gosok - gosok vaginaku dong," pintaku kepada si Z.

"Dengan senang hati nduk hehehe," kata si Z.

Kedua tangan kasar si Z mulai menggosok - gosok bibir vaginaku dengan bertenaga. Tanganku sibuk meremas - remas payudaraku sendiri menikmati tontonan menarik yang ada di depanku, dengan mamaku sebagai bintang utamanya.
Ketiga pria itu kembali ganti posisi untuk mencoba setiap lubang di tubuh mamaku.

"Nih lacur udah orgasme belum yaa?" tanya si Y.

"Kayaknya udah dua kali deh," jawab si C.

"Perasaan udah tiga kali deh," celetuk si X.

"Dah kita lanjut garap nih cewe sampe kita lemes huahahahaha," kata si Y dengan tawa lepas.

"Setuju!!" seru si C dan X.

Menit demi menit berlalu, ketiga pria jelek itu masih bersemangat menggangbang mamaku, belum ada tanda - tanda mereka mau selesai.

"Apa ndak capek mereka genjot mamaku sampe bermenit - menit gitu?" tanyaku kepada si Z.

"Ohhh jelas tidak dong," jawab si Z, "kan kita pria tangguh hehehe."

Berselang dua menit kemudian, si Y mulai menunjukkan tanda - tanda mau orgasme.

"Jasik!! Aku mau keluar!!" serunya seraya menekan dalam - dalam penisnya ke lubang anus mamaku.

Wajahnya terlihat sangat menikmati saat menyemburkan maninya ke dalam pantat mamaku. Dia lalu mencabut penisnya dan ambruk ke belakang. Si C yang asik menyodok mulut mamaku juga turut mencabut penisnya. Sepertinya dia juga sudah orgasme. Sekarang tersisa si X yang masih menikmati goyangan binal dari mamaku.

"Sialan!! Aku mau keluar juga!!" seru si X sembari menghentak - hentakkan pinggulnya ke atas.

Mama memejamkan matanya saat si X sedang menumpahkan maninya ke tempat dimana dulu aku lahir. Setelahnya, dia menggulingkan tubuh mama ke samping kiri, dan aku bisa melihat wajah puas dari mamaku. Aku mendekatinya dan meraba perut beserta dengan payudaranya yang penuh dengan keringat.

"Baiklah, tugas kami sudah selesai," ucap si Z yang telah mengenakan kembali celananya, "yuk kita balik."

"Wokee!" seru si Y, "sampai ketemu lagi hehehe."

Keempat pria asing itu pergi meninggalkan kita begitu saja. Aku kembali menatap mamaku, dan kulihat dia malah tertidur. Melihatnya tertidur dengan pulas, membuatku merasa ngantuk juga. Aku lalu berbaring di sampingnya mama dan ikut tertidur juga. Aku membuka mataku dan baru kusadari apa yang telah aku lakukan tadi.

"Aku pasti sudah gila tadi," kataku.

Aku lalu meraba badanku dan aku terkejut karena aku berpakaian lengkap, padahal aku tadi tertidur dalam kondisi telanjang bulat. Aku lau menatap samping kananku dan kudapati mama tertidur dengan pakaian lengkap juga.

"Apa tadi itu mimpi yaa?" gumamku.

Aku mencoba meraba - raba selangkanganku, dan tidak kutemukan tanda - tanda basah di area vaginaku. Aku lalu iseng mencoba mengecek tubuh mamaku dengan cara melihat sekilas area payudara dan mulutnya. Aku tidak menemukan tanda - tanda telah disetubuhi oleh keempat pria tadi.

"Sepertinya mimpi deh," ucapku, "tapi kenapa mimpinya harus kayak gitu!"

Tidak berselang lama, mamaku terbangun dengan raut wajah bahagia. "Tidurku nyenyak banget hihihi."

"Iyakah?" tanyaku.

"Iyapp," sahut mama dengan senyum ceria.

Kita lalu beres - beres, kemudian kita memutuskan kembali ke titik keberangkatan karena hari mau sore. Sepanjang berjalan, aku tidak banyak bersuara karena masih kepikiran dengan mimpi anehku itu.

"Kok kamu diem aja? Ada sesuatu kah?" tanya mama.

"Ehh!? Ummm, enggak kok," jawabku dengan salah tingkah.

Mama tersenyum kepadaku sambil mengangguk - angguk. Tidak lama kemudian, kami tiba di titik awal untuk hiking, lalu kami naik bis mini untuk kembali ke tempat dimana kami akan dijemput oleh supir kami. Setibanya di area kota, supir kami telah menunggu dan menyambut kita berdua.

"Bagaimana hikingnya tadi?" tanya supir kami.

"Seru banget hihihihi," jawab mama dengan penuh semangat.

Melihat ekspresinya aku malah jadi agak curiga. Selama di mobil, aku juga lebih banyak diam, sementara mama terlihat riang gembira. Ketika tiba di rumah, aku langsung menuju ke kamarku dan segera kukunci pintunya. Kulepas seluruh pakaianku dan segera aku mandi untuk membersihkan badanku. Malamnya, mama terlihat masih bergembira, bahkan membuat papa dan adikku kebingungan.

"Gak biasanya mama bisa gembira kayak gini," kata adikku.

"Mama emang ceria, tapi lagi kali ini ceria seperti ini," ucap papa, "bikin papa juga ikut senang."

"Hihihihihi." Mamaku hanya tertawa kecil menanggapinya.

Sekitar jam 10 malam, aku masih berbaring di kasur sambil liat - liat IG. Tiba - tiba, seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku beranjak berdiri dan membuka pintu.

"Halo non, kamu masih belum ngantuk kan?" tanya mama, "mama mau ngobrol sebentar."

Aku agak terkejut melihat mama mendatangi diriku dengan hanya memakai jubah buat tidur. Aku persilahkan dia masuk, dan mama langsung berbaring di ranjangku.

"Ayo sini tiduran di samping mama," kata mama dengan senyum mencurigakan.

Aku masih terdiam dengan penuh kebingungan, yang jelas ajakannya terlihat sangat mencurigakan.

Bersambung....