Selasa, 06 Mei 2025

Cerita Seks Kisahku dengan Boneka - Bonekaku part 2

 "Halo sayang!" seru Fey, menyambut kedatanganku.

Aku melongo melihat temanku yang cuma memakai pakaian dalam. Fey menarikku ke dalam dan mengunci pintu apartemennya.

"Kamu habis ngentot sama sapa?" tanyaku senyum - senyum.

"Sama boneka baruku," jawab Fey, "mau lihat?"

"Tentu saja," jawabku dengan antusias.

Fey menarikku menuju ke kamarnya. Aku tersentak mendapati dua boneka makhluk jelek bertubuh pendek.

"Kamu dapet dari mana itu?" tanyaku penasaran.

"Hmph ... kamu penasaran yaa aku dapat boneka - boneka ini dari mana?" kata Fey, menatapku dengan tatapan mesum.

"I-iya." Aku sedikit menjauhkan wajahku dari wajahnya Fey.

"Aku ada rencana mengajakmu ke tempat di mana aku mendapatkan boneka - boneka pemuas nafsu ini," kata Fey, "tapi sebelumnya, kamu main dulu sama dua boneka terbaruku itu."

Aku langsung tersenyum lebar. "Itu yang saya tunggu - tunggu."

Dengan cekatan dan tanpa berbicara, Fey melepas pakaianku sampai aku telanjang bulat. Kedua boneka makhluk jelek itu tiba - tiba terbangun, lalu mendekatiku. Mereka berdua menggandeng kedua tanganku, lalu menarikku ke kasur dengan kasar.

"Perkosa dia sayang - sayangku hihihihi," kata Fey.

Dua boneka jelek itu membaringkanku di atas Kasur. Mereka berdua naik ke atas Kasur, kemudian berlutut di dekat wajahku seraya mengocok penis mereka yang berukuran besar. 

"Di sebelah kirimu, dia namanya Grall," kata Fey, "yang satunya bernama Grakk."

"Nama macam apa itu!" ucapku.

Fey hanya tertawa kecil menanggapi ucapanku. Tidak lama kemudian, Grall menjambak rambutku, lalu dia sorongkan penisnya ke dalam mulutku dengan kasar. Grall menyodok - nyodok mulutku dengan kasar. Sementara itu, Grakk meraba - raba vaginaku seraya memainkan klitorisku.

"Kamu seksi banget lhoo say," ujar Fey, masih sibuk merekamku.

Aku tidak bisa berkomentar karena mulutku masih tersumpal penis besarnya Grall. Kemudian, aku merasakan sebuah enda tumpul menempel di bibir vaginaku. Dengan posisi kepalaku yang terangkat ke samping kiri, aku kesulitan melirik Grakk yang akan segera mengeksekusiku. penisnya Grakk menyeruak liang senggamaku, lalu masuk secara perlahan.

"Nih aku rekam momen penisnya Grakk masuk ke dalam memekmu," kata Fey.

Aku mendesah tertahan ketika penis dari si boneka jelek itu memasuki liang kenikmatanku. Aku tersentak saat Grakk mendorong dengan kasar penisnya hingga masuk semua. Tak perlu Waktu lama, Grakk mulai menggenjotku dengan kasar. Aku merasa seperti terbang di atas awan. Dua lubangku disodok bersamaan secara kasar. Keringat mulai membasahi tubuh seksiku. Beberapa menit kemudian, tubuhku mengejang, pertanda orgasme akan segera terjadi. Cairan kewanitaan menyembur keluar dari vaginaku, menandakan aku sangat menikmati persetubuhan tidak lazim ini. Grall dan Grakk kemudian bertukar posisi. Grakk menyodokkan begitu saja penisnya ke dalam mulutku, Grall memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Mereka meng-gangbangku tanpa memberiku kesempatan untuk istirahat sejenak. Genjotan mereka yang keras membuat tubuhku bergoncang dengan hebat. Tak berselang lama, Grall dan Grakk mengubah posisiku menjadi menungging. Grall kembali menyodok vaginaku, sementara Grakk sibuk menggenjot mulutku seraya menjambakku. Genjotan mereka yang berirama membuat tubuhku bergerak ke depan dan ke belakang. Sambil menyetubuhiku, Grall sesekali menampar pantatku yang montok, membuatku bergetar keenakan. Beberapa menit kemudian, aku kembali orgasme. Dua boneka makhluk jelek itu masih setia menyetubuhi dua lubang kenikmatanku. Sekitar 7 menit kemudian, Grakk mencabut penisnya dari mulutku, diikuti oleh Grall. Grakk membaringkan dirinya di atas kasur. Penis besarnya mengacung tegak ke atas. Aku langsung mengerti apa yang diinginkannya. Aku merangkak mendekati Grakk, lalu kuarahkan vaginaku ke ujung penisnya Grakk. Setelah aku rasa pas, kudorong pantatku ke bawah. Penisnya dengan mudah masuk kembali ke dalam vaginaku. Aku lalu mulai menggoyang pinggulku dengan gaya erotis. Grall kemudian mendorong punggungku ke depan, setelahnya dia masukkan penisnya ke dalam lubang anusku.

"Mantap!! Double Penetration!" seru Fey.

Mereka menyodokku dua lubangku bagaikan piston mesin, membuat diriku melayang tinggi ke angkasa. Aku mendesah keras menikmati hubunan seksual yang aneh ini. Hanya dalam hitungan 2 menit, aku mendapatkan orgasme ketigaku. Badanku mengejang, kepalaku terdongak ke atas, diikuti dengan desahan yang panjang. 

"Kamu bisa lho orgasme sampe 5 kali kalo sama mereka berdua," kata Fey, masih sibuk merekamku.

"Keren dong," ucapku lirih, kecapekan digenjot oleh dua boneka jelek dan cebol itu.

Grall mencabut penisnya dari lubang pantatku. Grakk menepuk - nepuk pahaku, sepertinya dia memintaku untuk berdiri. Aku cabut penisnya Grakk, lalu aku duduk di sampingnya. Kali ini giliran Grall yang berbaring di atas kasur.

"Ohh, mau gantian," kataku dengan senyum mengembang.

Aku posisikan bibir vaginaku di atas penisnya Grall yang mengacung tegak. Dengan sekali dorongan, penisnya masuk dengan mudah ke dalam liang senggamaku. Aku sedikit membungkukkan punggungku agar memudahkan Grakk menyodomiku. Penisnya Grakk dengan mudah masuk ke dalam anusku. Aku mendesah panjang ketika dua lubang di bawah perutku dijejali oleh dua penis. Pinggulku bergoyang mengimbangi sodokan dari dua boneka jelek itu. Badanku basah kuyup akibat keringat yang terus mengucur dari tubuhku yang masih kencang dan seksi.

"Kok aku jadi sange yaa," ucap Fey.

"Ayo sini gabung," ajakku.

"Nanti aja, setelah mereka selesai ngentotin kamu," kata Fey.

"Yahhh." Aku sedikit kecewa.

10 menit kemudian, Grall dan Grakk mencabut penis mereka dari lubang kenikmatanku. Mereka berdua mendorongku ke samping, lalu berjalan mendekati Fey. Kedua boneka jelek itu menarik Fey hingga terjatuh ke atas kasur. Dengan cekatan, mereka melepas BH dan CD-nya Fey, lalu memposisikannya telentang. Grall menjambak rambutnya Fey, lalu menyorongkan penisnya ke dalam mulutnya Fey. Grakk melebarkan pahanya Fey, kemudian dia masukkan penisnya ke dalam vagina dari temanku itu. Aku jadi terangsang kembali saat melihat mereka menyetubuhi Fey dengan kasar. Persetubuhan panas itu sayangnya hanya berlangsung sekitar 10 menit. Kedua boneka jelek itu kemudian turun dari kasur dan meninggalkan kita begitu saja.

"Mereka ke mana?" tanyaku bingung.

Fey tersenyum menyeringai. "Habis ini bakal seru."

"Hahh??" Aku bingung dengan yang dikatakan oleh Fey.

Tidak lama kemudian, Grall dan Grakk kembali dengan membawa gulungan tali tambang berwarna merah.

"Mereka bawa tali buat apa?" tanyaku bingung.

Fey tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah tertawa cengengesan. Grall dan Grakk mendekati Fey, lalu mereka memposisikan kedua tangannya di belakang punggungnya. Aku melongo ketika dua boneka itu mengikat kedua tangannya Fey.

"Gimana? Seru, kan?" kata Fey.

"Seru apanya! Kamu kayak sedang disandera sama mereka!" ujarku.

"Ini adalah salah satu variasi permainan mereka," kata Fey.

"Masak permainannya kayak gitu!" ucapku.

"Seru kok! Dicoba dulu saja," kata Fey dengan kedua tangannya sudah terikat di belakang punggungnya.

Aku menghela nafasku, kemudian aku mengangguk, tanda setuju untuk ikut permainan aneh ini. Kedua boneka jelek itu lalu menghampiriku dan mereka menarik kedua tanganku ke belakang. Mereka mengikat kedua tanganku dengan posisi kedua sikuku ditekuk 90 derajat. Mereka lalu membaringkanku dalam posisi menyamping. Fey juga diposisikan menyamping, lalu dia ditarik mendekat ke diriku. Tubuh kami didempetkan dalam posisi menyamping. Kedua payudara kami saling menempel sampai tertekan. Aku tidak nyaman dalam posisi ini, tetapi Fey malah senyum - senyum. Kedua boneka cebol itu lalu mengikat kaki kananku ke kaki kirinya Fey, dilanjutkan dengan kaki kiriku yang diikatkan ke kaki kanannya Fey.

"Ini mereka mau ngapain sih??" tanyaku kepada Fey.

"Mereka sedang mengajak kita bermain," jawab Fey.

"Masak mainnya kayak gini!" kataku dengan sewot.

"Udah, kamu ikutin aja," ucap Fey.

Grall dan Grakk kemudian meletakkan tali di atas pinggul kita, lalu mereka mengikat pinggul kita menjadi satu. Prosesnya sendiri tidak terlalu menyenangkan. Mereka beberapa kali membolak - balik badanku dan badannya Fey agar ikatannya bisa mengelilingi pinggul seksi kita berdua. Tentunya hal tersebut membuat aku dan Fey saling menindih satu sama lain. Setelah selesai mengikat kita berdua, Grall dan Grakk pergi meninggalkan kita berdua.

"Dah, gitu aja?" tanyaku.

"Kita harus berdiri dan berjalan menuju ke tempat di mana mereka menunggu kita," kata Fey.

"Berdiri? Jalan? Gimana caranya??" ucapku, "kita aja terikat seperti ini."

"Bisa," ucap Fey dengan santai, "kita hanya perlu bergerak dengan perlahan."

Fey memberikan aba - aba, lalu kami berguling menuju ke pinggir kasur. Setelahnya, aku menurunkan kaki kananku ke bawah, dan kaki kirinya Fey mengikutiku. Dengan hati - hati, kami berhasil menurunkan kaki kami ke lantai. 

"Baik, kita berdiri pelan - pelan," ujar Fey. 

Aku mengangguk dan mengikuti arahannya Fey. Pelan - pelan tapi pasti, kita akhirnya bisa berdiri dengan sempurna.

"Yuk, sesuai aba - abaku, kita berjalan menuju ke luar," ucap Fey.

"Ya," sahutku.

Dengan hati - hati, kita berjalan keluar dari kamar. Rasanya memalukan sekali berjalan dalam kondisi seperti ini. Aku melirik ke arah pintu apartemennya Fey, dan kulihat dua boneka jelek itu telah menunggu kedatangan kita. 

"Permainan macam apa ini!" gerutuku dalam hati.

Pada akhirnya, kita sampai di tujuan.

"Lepasin dong say," pinta Fey.

Grall meminta kita berlutut, lalu dia mulai melepaskan ikatan kami, dimulai dari tangan, lanjut di pinggul dan terakhir kaki kami.

"Fiuhh ... akhirnya," kataku sambil mennggerakkan kedua tanganku.

Kedua boneka jelek itu tiba - tiba terjatuh ke lantai. Mereka tidak lagi bergerak dan menjadi seperti boneka pada umumnya.

"Kalo sudah selesai, mereka bakal seperti itu," ucap Fey.

"Ohhh." Aku mengangguk - angguk. "Sekarang apa?"

"Aku jadi penasaran dengan dirimu," kata Fey.

"Hahh??" Aku bingung dengan perkataannya.

"Kamu gak keberatan kalo misal aku mau mencicipi tubuhmu?" tanya Fey dengan senyum genit.

kedua mataku sedikit terbelalak. "Kok kamu tiba - tiba jadi lesbi?" tanyaku.

"Aku penasaran aja sih gimana rasanya main sama cewe hihihi," jawab Fey, "kebetulan kamu cewe, dan punya body yang seksi."

Aku memberikan tatapan risih kepada Fey. "Kamu cari cewe lain aja. Aku gak suka kalo main sesama jenis."

"Halah, jangan gitu lah." Fey menarik tanganku. "Lagian kamu kan udah main sama boneka."

"Hubungannya apa coba!" seruku, pasrah ditarik Fey menuju ke kamarnya. Fey mendorongku ke kasur, lalu dia menindihku. 

Fey memegang kedua pipiku, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Awalnya aku mencoba menghindar, tetapi perlahan aku mulai mengikuti permainannya dan membalas ciumannya. Nafsu kembali menguasai diriku. Aku peluk dengan erat tubuh seksinya Fey. Aku meraba - raba punggungnya yang mulus dan sedikit berkeringat itu.

"Akhirnya kamu terangsang juga hihihi," kata Fey dengan senyum mesum.

"Berisik!" kataku seraya menarik kepalanya agar bisa kulumat bibirnya.

Selama 5 menit kita berciuman sambal saling meraba punggung. Kemudian Fey mengajakku untuk melakukan posisi 69.

"Jilatin memekku ya," pinta Fey.

"Tentu saja Say," sahutku.

Aku berada di Bawah, sementara Fey menungging di atasku. Dia tempelkan vaginanya ke mulutku, dan aku langsung menjilatinya. Ini pertama kalinya aku menjilat organ kelamin Wanita. Tubuhku bergetar saat Fey menjulurkan lidahnya ke dalam liang senggamaku.

"Memekmu manis juga yaa hihihihi," ucap Fey dengan tawa genit.

"Vaginamu juga tidak kalah lezat lhoo," kataku.

Selama 5 menit kami saling menjilat kemaluan. Setelanya, Fey mengajakku saling gesek kelamin dengan gaya 'scissor'. Aku dan Fey mendesah bersahut - sahutan saat kemaluan kami saling bergesekan. Ini pertama kalinya vaginaku bersentuhan dengan vagina lain.

"Yang kenceng Say geseknya," celetuk Fey.

"Okee," sahutku.

Sambil gesek - gesek kelamin, kami juga saling meremas payudara. Desahan binal memenuhi ruangan ini. Beberapa menit kemudian, tubuhku mengejang, pertanda aku akan segera mengalami orgasme.

"Kalau mau muncrat, semburin bareng aja," kata Fey, mempercepat gesekannya ke vaginaku.

"Baiklah," sahuktu.

Aku dan Fey mempercepat gesekan di vagina kami, dan tidak berselang lama, kami mendapatkan orgasme. Aku menghempaskan badanku ke Kasur. Tubuhku terasa letih akibat permainan seks ini.

"Gimana? Seru, kan?" tanya Fey.

Aku hanya mengangguk kecil sembari tersenyum. Tidak kusangka aku melakukan seks sesama jenis dengan temanku. Mama macam apa aku ini. Beberapa menit kemudian, aku dan Fey kembali melakukan hubungan lesbian hingga jam 1 siang. Aku berpamitan kepada Fey untuk pulang.

"Jangan lupa dengan janji kita yaa," ujar Fey.

"Yaa," sahutku.

Setibanya di rumah, aku disambut oleh Glenn. "Habis dari mana Ma?" tanyanya.

"Habis dari rumahnya teman," jawabku. "Kamu sudah makan siang belum?"

"Sudah," jawab Glenn.

Aku lalu berjalan ke kamarku untuk mengistirahatkan badanku. Aku rebahan di atas ranjang dengan hanya mengenakan pakaian dalam. Aku masih tidak percaya telah melakukan hubungan seks sejenis dengan Fey. Temanku itu sungguh gila.

***

Hari yang ditunggu telah tiba. Aku menuju ke apartemennya Fey untuk berangkat Bersama menuju ke tempat di mana dia mendapatkan boneka - boneka aneh ini.

"Sudah siap?" tanya Fey, "sudah pakai sepatu gunung?" lanjutnya.

"Sudah dong," jawabku, "tapi ... kenapa harus pakai sepatu gunung?"

"Karena tempat yang akan kita kunjungi adalah area berbukit," jawab Fey.

"Ohhh, oke," sahutku.

Aku masuk ke dalam mobilnya Fey, kemudian dia memacu mobilnya keluar dari area parkir. Perjalanan menuju ke lokasi tujuan memakan waktu 1 jam. Apa yang dikatakan Fey benar. Mendekati lokasi tujuan, jalan mulai agak menanjak.

"Kita sudah hamper sampai, hihihi," ucap Fey dengan tawa misterius.

Entah kenapa, perasaanku tidak enak. Tak berselang lama, kami tiba di depan sebuah gua.

"Seriusan ini tempatnya?" tanyaku tidak percaya.

"Iyapp," jawab Fey. "Yuk, kita masuk ke dalam."

Aku mengikuti Fey masuk ke dalam gua yang agak seram ini. Kemudian, kita sampai di ujung gua, di mana ada seorang berjubah hitam duduk di sana.

"Selamat datang," ucap pria berjubah itu.

"Halo Tuan," kata Fey. "Sesuai janjiku, aku mengajak temanku ke sini."

Aku melongo kecil menatap Fey. "Maksudnya apa coba?" tanyaku dalam hati.

"Bagus!" seru si pria berjubah itu. "Dengan begini, pekerjaan bisa selesai."

"Pekerjaan apa?" tanyaku penasaran.

"Pekerjaan seru pokoknya," kata Fey dengan senyum misterius.

Tiba - tiba, dari arah samping kanannya si pria itu, muncul 3 makhluk yang menyerupai goblin. Ketika kuperhatikan dengan seksama, ternyata mereka adalah boneka.

"Jangan - jangan kita harus bersetubuh dengan mereka?" pikirku.

"kamu tau kan harus apa," kata pria misterius itu.

"Tentu saja," sahut Fey mengangguk. "Yuk, kita ikuti para goblin itu."

Aku dan Fey berjalan mengikuti 3 boneka goblin itu menuju ke area lain dari gua ini. Kemudian, kita sampai di mulut gua yang ada di sisi lain.

"Ini kita mau ngapain sih?" tanyaku penasaran.

"Kita mau ditunggangi sama mereka hihihi," jawab Fey dengan tawa mesum.

"Ditunggangi? Maksudnya disetubuhi dari belakang?" Aku kembali bertanya. 

"Bukan," jawab Fey menggelengkan kepalanya. "kamu lihat aja deh."

Fey melangkah mendekati 3 goblin yang berdiri di depan kita. Aku terkejut ketika Fey mulai melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat, dan hanya menyisakan sepatu kets yang terpasang di kakinya. Ketiga boneka goblin itu berjalan ke samping untuk mengambil sebuah benda yang mirip sadel kuda. Fey berlutut dan para goblin itu menarik kedua tangannya Fey ke belakang, lalu mereka mengikatnya dengan posisi siku ditekuk 90 derajat. Mereka kemudian memasangkan sadel tersebut ke punggungnya Fey. Beberapa strap disambungkan di area dadanya Fey, agar sadel tersebut terpasang dengan kuat di punggungnya Fey.

"Kamu diapain sih?" tanyaku penasaran sekaligus bingung.

"Mereka sedang mempersiapkan diriku untuk menjadi kuda," jawab Fey.

Aku tersentak mendengarnya."Kuda!? Jadi maksudmu ditunggangi itu beneran ditunggangi kayak kuda???"

"Iyapp," jawab Fey dengan anggukan percaya diri. "Ayo, buka bajumu."

"Bentar! Kalo cuma ditunggangi seperti itu, kenapa harus telanjang?" ucapku.

"Mana ada kuda pake baju," kata Fey.

"Kita ini kan manusia," ucapku dengan muka datar.

"Untuk saat ini kita jadi kudanya mereka," ujar Fey. "Ayo cepetan telanjang! Demi boneka baru hihihi."

Aku menghela nafas sambil berdiri mematung melihat Fey yang mulutnya mulai disumpal dengan bit kuda, diikuti dengan pemasangan tali kekang di kepalanya. Aku perlahan membuka pakaian luarku, dilanjutkan dengan pakaian dalamku. Sekarang aku telah berdiri dalam kondisi telanjang bulat. Salah satu boneka goblin di dekatku memintaku untuk berlutut. Aku menurut dan goblin itu menarik kedua tangan ke belakang untuk diikat di belakang punggungku. Kemudian, sebuah sadel dipasang di punggungku. Strap dari sadel tersebut diikatkan dengan kuat di area dadaku. Setelah selesai, salah satu dari mereka mendekatiku dengan membawa sebuah bit. Dia sumpalkan bit itu ke dalam mulutku, lalu dikencangkan dengan tali kekang yang dipasang di kepalaku. Aku tidak percaya bakal berakhir seperti ini--menjadi 'kuda' bagi para boneka goblin ini. Kulihat salah satu dari goblin itu menaiki sadel-nya Fey. Fey segera berdiri dan goblin itu memegang tali kendalinya seperti seorang joki yang sedang menunggangi kuda. Aku kemudian merasakan ada yang naik ke atas sadel di punggung. Secara reflek, aku juga berdiri seperti seekor kuda yang jinak. Boneka goblin yang menaiki Fey memberikan isyarat kepadaku untuk melihatnya. Si goblin itu menendang Fey dengan kaki kirinya, lalu Fey mulai berjalan mengikuti arahan dari tali kendali. Goblin yang menunggangiku menendangku dengan kaki kirinya, dan aku reflek berjalan sesuai dengan arahan dari penunggangku. Kami berjalan keluar dari gua, kemudian penunggangku menarik tali kendalinya, membuat kepalaku tertarik ke belakang. Aku menghentikan langkahku karena kulihat Fey juga diperlakukan sama seperti itu dan dia langsung berhenti. Goblin yang menunggangi Fey memberikan isyarat untuk melihatnya lagi. Kali ini dia menendang Fey dengan kaki kanannya dan Fey mulai berlari. Aku perhatikan si boneka goblin itu membuat Fey berbelok kanan dengan menarik tali kendalinya ke kanan. Jika ingin ke kiri, dia menarik tali kendalinya ke kiri. Kecepatan larinya Fey bertmbah jika si goblin itu menendangnya dengan kaki kanannya. Sepertinya aku sudah paham kode mereka untuk mengendalikan 'kuda - kuda' betina ini. Fey kemudian berhenti saat tali kendalinya ditarik ke belakang. Kami sekarang berdiri berdampingan. Aku melirik Fey dan dia juga melirikku.

"Kamu sudah pernah diperlakukan seperti ini yaa?" kataku dalam hati kepada Fey.

Kemudian, penunggangku menendangku dengan kaki kanannya dan aku mulai melangkahkan kakiku untuk berlari. Aku berlari mengikuti Fey yang berada di depanku. Ini pertama kalinya aku berlari dalam kondisi telanjang bulat. Masih belum cukup, aku ditunggangi sebuah boneka goblin yang mengendalikanku layaknya seekor kuda. Beruntung aku suka olahraga lari, jadi aku tidak masalah disuruh berlari oleh penunggangku, meskipun aku merasa tidak nyaman dengan kedua payudara besarku yang berguncang hebat karena tidak mengenakan sprot bra. Ketiga anakku pasti akan syok jika melihat mamanya menjadi 'kuda' dan sedang ditunggangi oleh sebuah boneka goblin. 10 menit lamanya aku dan Fey berlari. Kami tiba di sebuah area hutan yang sepi. Penunggangku menarik tali kendali yang dia pegang, membuatku menghentikan langkahku. Aku melihat goblin yang menunggangi Fey menepuk bahunya Fey dan dia langsung berlutut. Goblin yang menunggangiku menepuk bahuku dan aku reflek langsung berlutut. Kedua goblin itu turun dan mereka meninggalkan kita berdua yang masih setia berlutut. Beberapa menit telah berlalu, aku dengan begonya masih berlutut. Aku mencoba memanggil Fey, tetapi tidak berhasil karena mulutku tersumpal bit yang terbuat dari logam. Kemudian, dua goblin tadi menghampiri kita dan melambaikan tangan kepada kita. Sepertinya dua goblin meminta kita untuk mengikuti mereka. Aku dan Fey bangkit berdiri dan kita berjalan mengikuti mereka. Tidak jauh dari tempat kami berlutut, ada sebuah gerobak beroda 4. Ada beberapa kotak dan gentong yang diletakkan di atas gerobak itu. Fey kemudian memposisikan dirinya di depan gerobak itu, lalu dua goblin itu memasangkan sebuah strap di pinggulnya dan menghubungkannya ke tiang kayu gerobak yang ada di sampingnya. Aku langsung paham kalau para goblin itu ingin kita menarik gerobak itu seperti kuda yang menarik kereta kayu. Aku lalu berjalan ke depan gerobak dan membiarkan para boneka goblin itu mengikat pinggulku ke gerobak mereka. Aku melirik Fey dan Fey juga melirikku. Ingin rasanya aku memarahi dia karena membuatku berada dalam situasi aneh ini. Kedua boneka goblin itu naik ke atas gerobak, lalu mereka mengayunkan tali yang terhubung ke pinggul kita dari belakang. Fey menatapku dan memberikan isyarat untuk berjalan. Aku dan Fey kompak menarik gerobak yang ada di belakang kami dengan sekuat tenaga. Gerobak mulai berjalan dan kami tidak perlu menariknya dengan kuat - kuat. Sepanjang berjalan, aku terus mengumpat dengan apa yang kualami saat ini. Sungguh sangat memalukan diperlakukan seperti binatang oleh dua boneka goblin sialan itu. Tubuh telanjangku basah karena keringat. Ingin rasanya aku menceburkan diri ke dalam air. Sayangnya aku tidak bisa karena diriku sedang sibuk menarik gerobak yang dikemudikan oleh dua goblin jelek itu. Sudah 10 menit lamanya aku dan Fey menarik gerobak ini. Beruntung aku rajin berolahraga, jadinya aku mampu menarik gerobak yang lumayan berat ini untuk Waktu yang lama.

"Mereka mau membawa kita ke mana sih??" gerutuku dalam hati.

10 menit kemudian, kita tiba di sebuah gubuk. Goblin yang mengendalikan aku dan Fey menarik tali yang terhubung ke pinggul kami. Aku dan Fey menghentikan Langkah kami. Nafasku terengah - engah. Kedua kakiku terasa begitu letih. Kedua boneka goblin itu melepas strap yang terpasang di pinggul kami. Setelahnya, mereka melepas sadel, bit dan tali kekang yang ada di tubuhku dan tubuhnya Fey. Aku langsung merebahkan badanku yang penuh keringat di atas permukaan tanah. Aku tidak peduli jika badanku bakal kotor karena tanah.

"Kamu kecapekan yaa?" tanya Fey, duduk berlutut di sampingku.

"Gara - gara kamu nih, badanku jadi capek seperti ini!" kataku dengan kesal, "bahkan rahangku sakit nih karena bit sialan itu!"

"Hehehe, maaf - maaf," ucap Fey. "Kalau misal aku memberitahumu kita bakal seperti ini, kamu pasti akan menolaknya di awal."

"Sebenarnya kenapa sih kita dijadiin kuda sama dua boneka jelek itu?" tanyaku, masih kesal.

"Bukan kuda, tapi ponygirl," ujar Fey.

"Gak penting!" seruku.

"Jadi ... dua boneka goblin adalah kawan baiknya Panjul," ucap Fey.

"Panjul itu sapa lagi!" ucapku dengan nada sebal.

Belum selesai berbicara, dua goblin tadi menghampiri aku dan Fey dan mereka mengikat kedua tangan kami di belakang punggung.

"Kok kita diikat lagi?" tanyaku penasaran.

"Mereka memang selalu gitu," jawab Fey, "dah ikutin aja. Demi mendapatkan boneka seks yang kita mau."

Aku menghela nafas dengan kepala sedikit tertunduk. Aku dan Fey bangkit berdiri, lalu berjalan mengikuti dua boneka goblin itu masuk ke dalam hutan. Kita kemudian tiba di sebuah kolam. Kedua goblin itu memberikan isyarat bagi aku dan Fey untuk berlutut di depan sebuah tiang kayu yang ada di dekat kolam.

"Mereka mau mandiin kita," bisik Fey.

"Yang bener aja!" seruku tertahan.

"Udah, ikutin aja," kata Fey.

Aku kembali menghela nafas dan mengikuti kegiatan aneh ini. Kedua boneka goblin itu melepas sepatu yang aku dan Fey kenakan, lalu memberikan isyarat kepada kami untuk berlutut. Kedua boneka jelek itu mengambil ember, lalu mereka mengisinya dengan air dari kolam di samping kami, kemudian mereka siramkan ke tubuhku dan tubuhnya Fey. Aku merasa seperti seekor kuda yang sedang dimandikan oleh jokinya. Kedua boneka goblin jelek itu menyikat tubuhku dan Fey menggunakan sikat yang agak kasar. Entah kenapa, aku malah diam saja dan pasrah seperti seekor kuda jinak. Selesai membersihkan tubuh kami, mereka mengelap badan kami. Salah satu dari boneka jelek itu memberi isyarat bagi kami untuk buang air kecil. 

"Ini beneran kita disuruh pipis di depan mereka?" kataku kepada Fey.

"Emang kenapa?" tanya Fey dengan senyum genit.

"Malu lahh!" seruku.

"Astaga! Kok bisa - bisanya kamu malu??" ucap Fey terkejut. "Padahal kamu aja udah sering telanjang dan ngentot sama boneka lhoo."

"Beda!" seruku.

"Rasa malumu disimpan dulu deh," kata Fey, "habis ini kita bakal pergi lagi. Jadi lebih baik kamu pipis dulu, daripada kamu pipis di tengah berlari."

Aku memejamkan mata sejenak, kemudian dengan perasaan malu, aku kencing di depan salah satu goblin jelek itu. Selesai buang air, si boneka goblin itu menyiramkan air ke selangkanganku dan membersihkannya. Dengan kedua tanganku terikat di belakang punggungku, sudah jelas aku gak akan bisa mengelap vaginaku. Setelahnya, mereka  kembali memasangkan sadel ke punggungku dan punggungnya Fey.

"Astaga!!" gerutuku dalam hati.

Kedua goblin itu membawa sebuah ember berisi air. Fey meminum air dari ember dengan menurunkan kepalanya ke ember lebar itu. Setelah Fey selesai minum, giliranku yang minum dengan cara yang sama seperti Fey. Aku merasa malu sekali minum seperti seekor binatang. Setelah itu, aku pasrah saja saat sebuah bit dimasukkan ke dalam mulutku. Dua goblin jelek itu meminta diriku dan Fey untuk berdiri. Mereka membawakan dua pasang sepatu bot dan meminta kami untuk memakainya. Aku menurut saja dan kumasukkan kedua kakiku ke dalam sepatu bot tersebut. Aku dan Fey kemudian berlutut dan dua boneka goblin itu segera menunggangi kami kembali. Penunggangku menendangku dengan kaki kirinya, dan itu adalah isyarat bagiku untuk berjalan. Aku dan Fey berjalan sesuai dengan arahan dari sang penunggang yang duduk di belakang punggung kami. Kami dibawa menuju ke sebuah jalan setapak. 

"Ini mau ke mana lagi cpba??" gerutuku dalam hati.

Beberapa detik kemudian, goblin yang menunggangiku menendangku dengan kaki kanannya. Seperti seekor kuda yang jinak, aku melangkahkan kakiku untuk berlari. Kulihat Fey juga turut mulai berlari. Harus kuakui, boneka goblin yang menunggangiku sangat lihai dalam mengendalikanku. Dia memastikan diriku tidak menyenggol pohon dan menginjak batu besar. Sepatu boot yang aku pakai ini juga sangat nyaman untuk berlari. Beberapa menit telah berlalu. Entah kenapa aku merasakan sebuah kebebasan yang unik. Padahal posisiku saat ini telanjang dan kedua tanganku diikat di belakang punggungku. Hembusan angin sepoi - sepoi yang menerpa tubuh telanjangku, membuatku merasa nyaman. Aku juga mulai terbiasa dengan kedua payudaraku yang gondal - gandul karena tidak adanya BH. Aku tidak tahu sudah berapa lama diriku berlari. Goblin yang menunggangiku menendangku dengan kaki kanannya setiap kali aku melambat. Aku tidak mempermasalahkannya dan menjadikan itu sebagai motivasi agar aku terus semangat berlari. Beberapa saat kemudian, kita tiba di sebuah gubuk yang kumuh. Goblin yang menunggangiku menarik tali kendalinya, dan itu membuatku berhenti. Kulihat Fey juga berhenti di samping kiriku. Kami berdua lalu berlutut dan kedua goblin itu turun dari sadel kami. Dari belakang gubuk, muncul pria berjubah hitam yang tadi kami temui di gua.

"Bagus, bagus," ucapnya seraya bertepuk tangan.

"Sejak kapan dia di sini?" pikirku.

"Lepaskan bit dan sadel di tubuh mereka, sekalian lepaskan tali yang mengikat tangan mereka!" perintah si pria itu.

Kedua boneka goblin itu menurut dan mereka melepaskan semua benda yang terpasang di tubuh kami. Aku merasa senang bisa menggerakkan kedua tanganku lagi.

"Kamu kayaknya sudah menikmati menjadi ponygirl yaa," kata Fey menggodaku.

"I-iya," sahutku malu - malu.

"Gimana rasanya?" tanya Fey penasaran.

"Ummm ... kayak berasa ... bebas gitu," jawabku malu - malu.

"Hey, kalian! Jangan mengobrol terus! Ayo sini bantu kita!" seru si pria berjubah hitam itu.

"Okee," sahut Fey. "Yuk, kiya bantu si panjul," ajak Fey kepadaku seraya merangkul bahuku.

"Hahh!? Namanya Panjul?" tanyaku kaget.

"Iyapp, hahahaha," jawab Fey.

Pria bernama Panjul tersebut membawa kami menuju ke sebuah tempat yang penuh dengan kayu - kayu.

"Sekarang, kalian belah kayu - kayu itu menjadi dua menggunakan kapak yang ada di sana," ucap Panjul, menunjuk ke arah dua kapak yang bersandar di sebuah tunggul pohon.

"Serius??" tanyaku kaget.

"Iya, serius," jawab Panjul.

Fey merangkul bahuku. "Udahlah, kita jalani saja."

"Aku belum pernah melakukan hal seperti ini," ujarku.

"Ini mudah kok," kata Fey.

Fey mengambil kapak yang telah tersedia, lalu dia ambil salah satu batang kayu yang ada di tumpukan kayu. Dia letakkan kayu tersebut secara vertikal. Fey mengangkat kapak tinggi - tinggi, lalu dia ayunkan dengan kuat ke bawah. Batang kayu tersebut langsung terbelah jadi dua.

"Mudah kan?" ucap Fey.

"Kamu pernah melakukan hal ini?" tanyaku.

"Tentu saja, hehehe," jawab Fey.

"Pantas saja," ujarku dengan muka datar.

Fey membantuku untuk membelah kayu. Dalam waktu singkat, aku sudah bisa melakukannya sendiri. Sejujurnya terasa sangat aneh melakukan aktivitas ini dalam kondisi telanjang bulat. Tubuhku sangat basah karena keringat. Aku mulai merasa haus akibat dari aktivitas fisik ini. Panjul kemudian datang dan memberi kami dua gelas air dingin. Aku langsung meneguk semuanya tanpa menyisakan setetes pun. Aku dan Fey lanjut membelah batang - batang kayu tersebut sampai semuanya telah terbelah.

"Bagus, bagus!" kata Panjul sembari memberikan tepuk tangan. "Sekarang, kalian menuju ke rumahku bersama dengan para goblin itu."

Entah kenapa, aku seketika bersemangat ketika Panjul berkata aku dan Fey akan pergi bersama dengan dua boneka goblin itu. Ketika sedang membelah batang - batang kayu itu, entah kenapa, aku sangat menantikan untuk ditunggangi lagi oleh penunggangku. Kedua goblin itu telah menyiapkan perlengkapan pony untukku dan Fey. Dengan senang hati, aku berlutut di depan mereka. Aku berinisiatif memposisikan kedua tanganku di belakang punggungku, jadi penunggangku tidak perlu menarik kedua tanganku ke belakang. Bahkan, aku membuka mulutku, menantikan bit logam masuk ke dalam mulutku. Setelah semuanya terpasang, penunggangku menaiki sadelku dan dia kembali membawaku untuk berlari. Aku begitu bersemangat berlari di atas jalan setapak ini. Awalnya aku sangat benci diperlakukan seperti kuda, tetapi sekarang aku malah sangat menikmatinya. Selama 15 menit aku dan Fey berlari menuju ke rumahnya Panjul. Dari kejauhan, aku melihat sebuah gubuk.

"Pasti itu rumahnya," kataku dalam hati.

Kami berhenti di depan gubuk, lalu para boneka goblin itu melepas peralatan ponygirl di tubuhku dan Fey. Aku dan Fey berjalan masuk ke dalam gubuk, dan kita mendapati Panjul sedang duduk di depan sebuah dupa.

"Silahkan duduk," ucap Panjul.

"Kok dia biasa aja kita telanjang begini," bisikku kepada Fey.

"Udah biasa bagi dia," bisik balik Fey.

Aku terkejut mendengarnya. "Udah biasa??" kataku dalam hati.

Panjul meminta kami duduk bersila. Dia lalu bertanya boneka apa yang kita inginkan.

"Aku minta 3 boneka alien grey," kata Fey.

"Hah!? Alien??" ujarku kaget mendengar permintaannya Fey.

"Hihihihihi, aku mau mencoba gimana rasanya diculik alien dan dijadiin subyek eksperimen mereka," ucap Fey.

Aku menepuk dahiku. "Kalau kamu beneran diculik, aku gak mau tau!"

"Baik," sahut Panjul. Dia kemudian menatapku. "Kalau kamu?"

"Boleh minta berapa boneka yaa?" tanyaku.

"Maksimal 3," jawab Panjul.

"Hmph ...." Aku berpikir sejenak. "Aku mau 1 boneka cowo kulit hitam, 1 boneka anjing besar dan 1 boneka goblin," kataku.

"Mungkin bukan ide bagus kalau boneka goblin," kata Panjul.

"Iyakah?" Aku malah jadi penasaran.

"Mending ganti aja deh," kata Fey, "bahaya nanti."

Aku jadi sedikit kecewa. "Oke deh. Aku ganti boneka makhluk jelek dan cebol aja deh," kataku.

"Bisa lebih spesifik?" ucap Panjul. "Kalau hanya sekedar jelek dan cebol sulit membuatnya."

"Saranku, gremlin aja beb," kata Fey, "bakal seru nanti."

Aku menatap Fey sebentar, kemudian aku mengangguk kepada Panjul, mengikuti sarannya Fey.

"Baiklah, aku akan membuatkannya," kata Panjul, "sembari menunggu, kalian temani dua boneka goblin itu jalan - jalan."

"Okee!" seruku dengan penuh semangat.

Panjul dan Fey menatapku dengan ekspresi terkejut.

"Padahal tadi gak suka, sekarang malah ketagihan," kata Fey pelan.

"Sebelum itu, kalian minum ini dulu," ucap Panjul sambil menghidangkan dua gelas minuman berwarna hijau.

"Apa ini?" tanya Fey seraya mengamati isi gelas yang dia pegang.

"Itu ramuan untuk menambah stamina kalian," jawab Panjul, "supaya kalian bisa berlari untuk waktu yang lebih lama."

"Mantap!" Aku langsung meneguk ramuan itu sampai habis.

"Gila! Cepet amat!" ucap Fey.

"Hehehehe." Aku tertawa sambil menggaruk pipi dengan jari telunjukku.

Aku dan Fey beranjak berdiri dan menuju ke luar gubuk. Di luar, dua goblin telah menunggu kami dengan sadel di tangan mereka. Aku dan Fey segera berlutut membelakangi mereka. Kedua goblin itu mengikat kedua tangan kami di belakang punggung, kemudian lanjut memasang sadel di punggung kami, dan terakhir memasang bit dan tali kekang di mulut kami. Mereka naik ke atas sadel dan segera membawa kami untuk berlari. Sambil berlari, aku merasa kalau ini adalah lari yang paling nyaman. Aku tidak perlu fokus ke sekitar atau berpikir mau pergi ke mana, cukup lari saja dan biarkan penunggangku mengarahkanku. Ramuan tadi benar - benar memberikan efek yang luar biasa. Sudah 20 menit lamanya aku dan Fey berlari, tetapi kedua kakiku sama sekali tidak capek. Kedua goblin ini membawa kami mengelilingi bukit ini.

"Sepi sekali. Gak ada orang," gumamku dalam hati.

Kemudian, kita tiba di sebuah hulu sungai. Penunggangku menarik tali kendali yang terhubung ke bit di mulutku. Aku dan Fey menghentikan langkah kami. Aku dan Fey kemudian berlutut dan mereka berdua turun dari sadel. Kedua boneka goblin itu lalu mengambil sebuah tali yang panjang dari sadel dan mereka pasang di samping bit. Mereka menarik tali tersebut, yang artinya meminta kami berdua untuk mengikuti mereka. Aku dan Fey dibawa menuju ke sebuah pohon, lalu tali yang dipegang oleh kedua goblin itu diikatkan ke salah satu batang pohon itu.

"Ini sih kayak memarkir kuda," kataku dalam hati.

Setelahnya, mereka meninggalkan aku dan Fey, berdiri terparkir di depan pohon seperti kuda, agar kita tidak ke mana - mana. Aku dan Fey saling bertatap - tatapan, tidak bisa berbicara karena mulut kami tersumpal bit. 

"Sampai berapa lama kita disuruh nunggu seperti ini," gumamku dalam hati.

Waktu terasa berjalan dengan lambat. Aku ingin segera berlari lagi. Setelah lama menunggu, kedua goblin itu akhirnya datang. Tali yang terikat ke batang pohon dilepas oleh mereka, dilanjutkan dengan melepas ujung tali yang terpasang di tali kekangku dan Fey. Kedua boneka goblin itu kembali menunggangi aku dan Fey, lalu membawa kami sesuai dengan arahan dari tali kendali yang mereka pegang. Aku dan Fey berlari melewati jalan setapak yang lumayan halus. Sepatu boot yang diberikan oleh kedua goblin itu sangat nyaman digunakan untuk berlari, bahkan lebih nyaman daripada sepatu kets-ku. Meski tubuhku penuh dengan keringat, tapi aku tidak merasa gerah. Mungkin karena aku telanjang, jadi tubuhku langsung bersentuhan dengan angin.

"Bahaya sih ini kalau aku sampai ketagihan," kataku dalam hati.

Tak berselang lama, penunggangku menarik tali kendali yang terhubung ke bit di mulutku. Seperti kuda yang jinak, aku langsung menghentikan langkahku. Goblin yang meenunggangiku menendangku dengan kaki kirinya, yang artinya aku harus berjalan. Ketika kuperhatikan, di sekitarku ini ternyata ada banyak pohon jambu. 

"Sepertinya mereka mau cari buah jambu," pikirku.

Aku dan Fey berjalan melewati pohon - pohon jambu yang buahnya sudah cukup banyak. Penunggangku mengarahkanku ke salah satu pohon jambu, kemudian dia memintaku untuk berlutut. Aku dan Fey kembali 'diparkir' di depan pohon. Ingin rasanya menghela nafas, tetapi tidak bisa karena bit yang terpasang di mulutku. Beruntung, kedua boneka goblin itu lebih cepat menyelesaikan urusan mereka, dan segera menunggangi kami lagi. Aku dan Fey kembali berlari mengikuti arahan dari penunggang kami.

"Semoga penunggangku membawa kami berlari lebih jauh," kataku dalam hati, berharap dibawa berlari lebih lama lagi.

Mungkin sudah sekitar 30 menit kita berlari menelusuri hutan ini. Dari kejauhan, aku melihat gua tempat di mana aku dan Fey memulai perjalanan kami.

"Hmph ... sepertinya boneka pesanan kami sudah selesai," ucapku dalam hati.

Kami masuk ke dalam gua, kemudian dua boneka goblin itu melepas perlengkapan ponygirl yang terpasang di tubuh kami. Setelahnya, mereka memberikan sebuah keranjang yang berisi pakaian kami yang telah ditata rapi.

"Ohh iya! Sepatu kita," kataku.

"Tenang ... sudah ada yang membawakan," kata Fey.

Dari belakang, muncul boneka goblin yang berjalan dengan membawa sepatu kets kami. 

"Sebentar, ucapku, "bukankah lebih baik kita bilas dulu sebelum berpakaian?" usulku seraya menatap tubuhku yang penuh dengan keringat dan butiran tanah.

"Iya juga yaa," kata Fey. "Setauku di sini ada tempat buat berendam."

Fey mendatangi goblin yang tadi menungganginya, lalu dia menanyakan di mana tempat untuk bilas. Si goblin itu kemudian berjalan dan kami berdua mengikutinya. Boneka goblin tersebut membawa kami ke sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat sebuah kolam air. Aku dan Fey langsung menceburkan diri ke dalam kolam yang jernih itu.

"Nyamannya," ucapku sambil berenang di kolam yang dangkal ini.

"Gimana? Menyenangkan bukan berlari sambil ditunggangi oleh boneka goblin?" kata Fey dengan senyum menggoda.

"I-iya, hehehe," jawabku malu - malu.

Selesai berendam, aku dan Fey mengeringkan badan kami. Aku dan Fey kembali mengenakan pakaian kami, lalu menuju ke ruangan di mana Panjul telah menunggu kami. Aku tidak sabar melihat bentuk dan rupa dari boneka yang aku pesan.

Bersambung.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar