Kamis, 23 Januari 2025

Cerita Seks Aku dan Mama

Aku ingin menceritakan sebuah pengalamanku yang tergolong tabu. Sekitar 1 bulan yang lalu, pada hari Sabtu, aku dan mama menghadiri pesta pernikahan dari anak temannya mama. Papa dan kakakku tidak ikut karena mereka berada di luar kota. Menjelang berakhirnya acara, tiba - tiba hujan turun dengan lebat. Aku dan mama jadi bingung, karena kami berencana untuk langsung pulang ketika acara selesai. Kalau hujan seperti ini, jelas tidak bisa, mengingat aku kesulitan melihat jalan ketika hujan lebat turun di malam hari.

"Gimana ini Ma?" tanyaku.

"Coba kita tunggu," jawab mama.

30 menit berlalu, hujan masih turun dengan deras. 

"Gimana?" tanyaku kepada mama.

"Kalo begini, kita tidak punya pilihan lain selain menginap satu malam di sini," jawab mama.

Kebetulan acara pesta pernikahan diadakan di sebuah hotel bintang 5, jadi kami tidak perlu cari hotel. Mama berjalan menuju ke lobby hotel untuk memesan satu kamar. Setelahnya, kami menuju ke lantai 8, di mana kamar kami berada. Hal yang pertama aku lakukan adalah duduk di atas kasur, menonton TV yang ada di depanku.

"Mama mandi dulu yaa," kata mama.

Aku sangat terkejut ketika melihat mama melepas gaun pestanya dengan posisi membelakangiku. Kemudian, tanpa rasa malu, mama melepas BH hitam tanpa talinya, lalu diikuti dengan CD hitamnya.

"Mama kenapa gak lepas baju di dalam kamar mandi?" protesku sambil menghalangi pandanganku kepada mama.

Mama melirik ke belakang. "Emang kenapa? Mama lebih nyaman buka baju di luar kamar mandi."

"Masak gak malu telanjang di depanku?" ujarku, masih menutupi mataku.

Mama lalu membalikkan badannya menghadap ke diriku. Kedua tangannya disilangkan di depan dada. 

"Kan kamu anakku, kenapa harus malu?"

Secara sekilas, aku bisa melihat tubuh telanjang mamaku. Meski sudah berumur 39 tahun, mama memiliki body yang tidak kalah dari gadis - gadis yang seumuran denganku.

"Mama mau mandi dulu," ucapnya, santai berjalan menuju ke kamar mandi.

Aku tidak percaya melihat mamaku yang dengan tenangnya telanjang di depanku. Hal tersebut membuat penisku jadi mengeras. 

"Hey! Kamu gila yaa! Ereksi melihat mama kandungmu sendiri telanjang!" seruku dalam hati kepada kejantananku.

Beberapa menit kemudian, mama keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk. Aku bisa melihat payudara besarnya yang tidak seutuhnya tertutup handuk, hanya setengahnya saja. Paha mulusnya juga terekspos dengan jelas di depan mataku.

"Kamu gak mandi?" tanya mama, membangunkanku dari lamunan jorokku.

"I-iyaa ...." Aku bergegas masuk ke kamar mandi.

Aku melepas jas dan celana kain yang kukenakan. Ketika boxer-ku terlepas dari tubuhku, penisku langsung mengacung dengan tegak.

"Astaga!! Kok masih tegak!" gerutuku. "Semoga dengan guyuran air dari shower, bisa membuatnya 'tertidur' lagi."

Selesai mandi, ternyata penisku masih ereksi. 

"Sial! Pasti gara - gara tadi aku bayangin mamaku sedang mandi," ucapku dalam hati.

Kalau aku keluar dengan berbalut handuk, sudah pasti ketahuan kalo aku sedang ngaceng. Aku akhirnya mengenakan kembali pakaian pestaku--hanya kemeja putih dan celana kain hitam, tanpa jas. Ketika aku keluar, aku melihat mama rebahan di atas kasur, masih mengenakan handuk mandi.

"Kok dipake lagi?" tanya mama, menatap pakaian pestaku. "Kamu mau tidur pake pakaian kayak gitu?"

"Masak tidur telanjang," kataku.

"Yaa iyalah," balas mama, "emang kamu bawa baju tidur?"

"Kan aku bisa tidur cuma pake boxer," timpalku.

"Yakin kamu bakal nyaman pake boxer yang udah dipakai seharian?" tanya mama. 

"Nyaman - nyaman aja," jawabku.

"Jangan! Bau nanti!" kata mama, "dilepas aja. Malah lebih sehat lhoo tidur tanpa pakaian."

Aku terdiam seraya memegangi area selangkanganku. 

"Kenapa penisku masih ngaceng?" kataku dalam hati.

Aku mendengar suara selimut yang tersibak, sepertinya mama membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Kemudian aku mendengar suara langkah kaki mendekatiku. Aku terkejut ketika melirik ke arah kanan. Mama menghampiriku yang duduk di pinggir kasur di depan TV. Aku tidak percaya mamaku sama sekali tidak malu berjalan telanjang ke arahku. Mama lalu duduk di sampingku, menatapku dengan penuh perhatian.

"Kamu malu yaa telanjang di depannya mama?" tanya mama.

"I-iyaa," jawabku gugup.

"Hahahahaha." Mama tertawa terbahak - bahak. "Ngapain malu? Kamu kan anakku. Gak perlu malu lahh. Mama aja gak malu telanjang di depanmu."

Aku tertunduk dengan perasaan malu. Kalo aku membuka pakaianku, maka mama bisa melihat penisku yang ereksi.

"Dah cepetan lepas pakaianmu!" perintah mama, "apa mama yang bukain bajumu?"

"Ehhh!? Jangan!" ucapku seraya menutupi dadaku. "Aku lepas sendiri aja."

"Nah, gitu dong," ujar mamaku dengan wajah senang.

Dengan perasaan malu, aku membuka kemejaku secara perlahan, lalu diikuti dengan menurunkan celana kainku. Mama sedikit terkejut ketika melihat ada sesuatu yang mencoba menyembul keluar dari boxer-ku. Aku tidak berani menurunkan boxer-ku, malu dilihat mama.

"Kok diam aja? Cepet turunin boxer-mu!" perintah mama.

Aku melorotkan boxer-ku dengan bertenaga, lalu mengacunglah penisku dengan gagah perkasa. Dengan reflek, aku menutupi penisku.

"Ndak usah kamu tutupin," ucap mama yang terlihat santai," sini, duduk di samping mama."

Dengan rasa malu, aku kembali duduk di sampingnya mama, masih dengan menutupi penisku yang tegang. Mama memegang tanganku, lalu mengangkatnya dengan lemah lembut.

"Kamu ereksi karena melihat mama telanjang yaa?" tanya mama, menatapku dengan penuh perhatian.

Aku mengangguk pelan. Mama kemudian menyentuh pipi kananku.

"Kamu gak perlu malu. Itu adalah hal yang normal," kata mama.

"Normal gimana?? Ereksi liat mamanya sendiri telanjang," kataku.

"Tapi kan mama juga seorang wanita," ucap mama, "berarti kamu masih normal, tertarik dengan tubuh wanita."

"Rasanya aneh terangsang sama mamaku sendiri," ucapku, tidak berani menatap mama.

"Mama justru senang kalo kamu terangsang sama tubuhnya mama," ujar mama sambil membelai pahaku, "tandanya mama masih memiliki wajah cantik dan body yang seksi, sampai - sampai membuat anakku terangsang hihihi."

Bukannya jadi loyo, penisku malah semakin keras. Mama kemudian memegang telapak tanganku, sepertinya dia tau kalau penisku semakin tegang. 

"Lepasin sayang," pinta mama.

Mama menarik perlahan kedua tanganku, membuat penisku bebas mengacung ke depan.

"Wiihhh ... besar juga," ucap mama dengan riang. "Kamu harusnya bangga punya penis besar kayak gitu."

Entah kenapa, aku jadi agak senang ukuran penisku dipuji oleh mama.

"Kalo dibiarin tegang gitu terus, gak enak lhoo. Kamu cepetan keluarin spermamu di kamar mandi," kata mama.

Ketika akan melangkah menuju ke kamar mandi, aku jadi teringat sesuatu. Kalau aku mau ngocok, maka aku perlu membayangkan hal yang ngeres. Saat ini, satu - satunya bayangan ngeres di kepalaku adalah tubuh telanjang mamaku. Ngocok sambil membayangkan mamaku jauh lebih buruk daripada sekedar membayangkan tubuh telanjangnya. Aku lalu kembali duduk di sampingnya mama. Mama menatapku bingung.

"Maaf Ma, sepertinya aku gak bisa mengeluarkan spermaku begitu saja."

"Trus, mau kamu biarin tegang gitu?" tanya mama.

Dengan berat hati, aku menjelaskan kenapa aku tidak bisa mengeluarkan spermaku di kamar mandi. Mama tertawa lepas ketika mendengarnya.

"Emang kamu beneran gak bisa bayangin cewe yang lain?" tanya mama, mencoba menahan tawanya.

Aku menggelengkan kepala. "Enggak. Bayangan tubuh telanjangnya mama sudah menyelimuti kepalaku."

"Hmph ... kalau begitu, mau mama bantuin?" tawar mama.

Aku nyaris melompat dari kasur. "Ehhh!? Mama bercanda??"

"Enggak, mama serius," ujar mama. "Sini, mama bantuin kamu."

Badanku terasa seperti disetrum dengan listrik ketika mama menggenggam penisku. Mama kemudian mengocok penisku secara perlahan.

"Ouhhh," lenguhku.

"Kalo mau keluar, bilang yaa," kata mama, "jangan dikeluarin di sini, nanti bikin kotor lantai kamar."

Aku mengangguk seraya menikmati kocokannya mama. Tidak pakai lama, aku merasa mau muncrat.

"Aku mau keluar," ucapku.

"Ayo segera ke kamar mandi," kata mama sembari melepaskan genggamannya dari penisku.

Aku dan mama berjalan menuju ke kamar mandi. Saat menuju ke kamar mandi, aku malah sempat - sempatnya menatap pantatnya mama yang montok. Ketika sudah berada di kamar mandi, mama berdiri di depanku, lalu lanjut mengocok penisku. Hanya dalam hitungan detik, sperma menyembur dengan deras dari penisku. Tangannya mama belepotan cairan putih dari penisku.

"Kamu keluarnya banyak juga, hihihi," ucap mama.

Aku lalu membersihkan penisku dengan shower, sementara mama membersihkan tangannya di wastafel. Kami lalu kembali ke kamar untuk mengistirahatkan badan. Ketika sedang rebahan, mama memiringkan badannya ke arahku.

"Gimana? Udah puas?" tanya mama.

"I-iya, hehehe," jawabku.

"Kalau semisal kamu ereksi lagi, langsung saja bilang sama mama," ujar mama, "gak usah malu."

Mendengar apa yang diucapkan oleh mama, membuat penisku seketika ngacceng kembali. Mama tersenyum menatap ke arah selangkanganku. Saat kulihat, ternyata penisku yang mengacung tercetak dengan jelas dari balik selimut.

"Ternyata kamu kuat juga yaa," ucap mama, "sini, mama bantuin."

Mama menyibak selimut yang menutupi tubuh seksinya, kemudian merangkak mendekatiku.

"Buka selimutmu," kata mama.

Dengan sedikit gugup, aku membuka selimutku. Penis tegakku langsung terpampang di hadapan mama.

"Kamu duduk di pinggir ranjang," perintah mama.

Aku menurutinya dan duduk di pinggir ranjang yang berhadapan dengan TV. Mama kemudian berjongkok di depanku, lalu menempatkan penisku di belahan dadanya.

"Sekarang mama pakai payudara buat ngocokin penismu," ucap mama dengan senyuman genit.

Mama menjepit penisku dengan kedua payudaranya yang besar, lalu mama mulai melakukan gerekan naik-turun. Aku memejamkan mata menikmati perbuatan mesum yang tabu ini.

"Kalo mau keluar, bilang yaa," kata mama.

"I-iyaa," sahutku.

Baru sekitar 2 menit di-titsfuck sama mama, aku meminta pindah ke kamar mandi, takut muncrat tiba - tiba. Mama menyetujuinya, dan kita beranjak bersama menuju ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi, mama berlutut di depan diriku yang berdiri. Titsfuck kembali dilanjutkan. Tidak kusangka ternyata nikmat sekali penis yang dijepit dengan payudara. Saking keenakan, aku sampai tidak sadar menyemburkan spermaku ke wajahnya mama.

"Ehh!? Maaf Ma," ucapku dengan rasa bersalah.

Mama lalu berdiri dan menatapku dengan penuh perhatian. Area dagu dan mulutnya belepotan spermaku. "Gapapa Sayang."

Mama lalu membersihkan wajah dan payudaranya, sementara aku kembali ke kasur. Suasana jadi canggung saat mama kembali dari kamar mandi dan kembali ke kasur.

"Sudah ngantuk belum? Mama udah ngantuk ini," kata mama.

"Iya. Yuk tidur," ucapku.

Mama kemudian mendekatiku kembali. "Kalo misal kamu ereksi lagi, cukup gesekkan penismu ke belahan pantatku. Tapi jangan dimasukin lhoo yaa!"

Aku menelan ludah menanggapi apa yang diucapkan oleh mama. Setelahnya, mama mematikan lampu kamar, lalu tidur membelakangiku. Sekitar tengah malam, aku terbangun karena kesulitan untuk tidur. Bagaimana aku bisa tidur kalau di sebelahku adalah mama yang tidur tanpa busana. Pikiran aneh menguasai kepalaku. Aku lalu melirik ke arah kananku, tidak terlihat apa - apa karena gelap. Meski begitu, aku tahu kalau mama sedang tidur di samping kananku. Entah ide dari mana, aku perlahan bergeser ke kanan. Tangan kananku perlahan maju ke arah kanan, lalu kurasakan rambut panjangnya mama. Aku mendekatkan diriku lagi, sampai ujung penisku menyentuh tubuhnya mama. Aku lalu meraba punggungnya mama, terasa begitu halus. Tangan kiriku lalu turun ke bawah dan kurasakan bongkahan pantatnya yang kenyal. Betapa gilanya diriku, bukannya menarik tanganku, aku justru meremas pantatnya mama secara perlahan. Puas meremas pantatnya, tanganku beralih ke depan. Aku meraba perut mamaku.

"Mulusnya ... dan masih kencang," kataku dalam hati.

Selain perut, aku juga meraba pinggul, paha dan lengannya. Meski sudah mau kepala 4, mama memiliki body yang mulus dan kencang. Aku kemudian beralih menuju dadanya. Aku sentuh perlahan, terasa kenyal dan lembut. Dengan hati - hati, aku menyingkirkan tangannya mama yang menutupi area dadanya, kemudian aku genggam payudara kirinya.

"Woww ... besar dan empuk," ucapku dalam.

Dengan perlahan, aku meremas perlahan payudara kirinya. Mama memiliki payudara besar yang masih kencang. Aku segera menyudahi permainanku di dadanya mama, takut membangunkannya. Aku tempelkan penisku ke belahan pantatnya, lalu aku gesek dengan tempo pelan.

"Ouhhh ... lembutnya," ucapku dalam hati.

Sambil gesek - gesek, aku juga meraba pinggul dan perutnya mama. Karena semakin bernafsu, aku mempercepat gesekanku, bahkan aku mulai iseng - iseng meraba bagian bawah perutnya. Tangan kiriku semakin turun ke bawah, hingga mencapai area selangkangannya. Terasa hangat ketika aku menyentuhnya. Tiba - tiba, mama menggerakkan badannya, membuatku menghentikan gerakan naik-turunku. Aku terdiam dengan rasa was - was, tetapi tangan kiriku masih berada di selangkangannya mama. Setelah kupastikan mama masih tidur, aku lanjut menggesekkan penisku di belahan pantatnya, sembari meraba - raba area sensitifnya.

"Gimana? Enak gak?"

Aku sangat terkejut ketika mendengar suara halus dari mamaku. Aku langsung mundur, menjauh dari tubuhnya mama. Kemudian aku merasakan pipi kiriku disentuh oleh tangan yang halus.

"Kenapa gak dilanjutin?" tanya mama.

Aku tidak bisa melihat ekspresinya mama karena tidak ada penerangan di kamar. 

"Maaf Ma," ujarku lirih.

"Kenapa minta maaf?" tanya mama, masih menyentuh pipiku, "mama kan udah mengijinkanmu buat gesekin penis kamu di belahan pantatnya mama."

"Iya, tapi ...." Aku terhenti sejenak, berat untuk mengatakannya. "Aku tadi ... meraba - raba ... tubuhnya mama."

"Hahahahaha." Mama tertawa lepas. "Mama tahu kamu penasaran dengan tubuh lawan jenismu, dan itu adalah sesuatu yang normal. Kenapa mama harus marah?"

"Bukannya itu ... termasuk pelecehan yaa?" kataku dengan suara lirih.

"Itu kalau mama tidak mengijinkan," timpal mama, "mama kan sudah mengijinkanmu tadi, masak lupa?"

Aku terdiam sejenak. Pikiran kotor kembali menguasai diriku. Mama telah memberikan lampu hijau, jadi mungkin ini adalah satu - satunya kesempatan bagiku untuk mengeksplorasi lebih dalam tubuh seorang wanita. Tapi ... kenapa wanita tersebut adalah mamaku?

"Ummm ... boleh aku lanjut meraba tubuhnya mama?" tanyaku, malu - malu.

"Boleh aja," jawab mama. "Perlu nyalain lampu gak? Biar kamu bisa melihat bagian mana yang ingin kamu raba."

"Gak usah, malu aku," jawabku.

"Oke deh," sahut mama, "kalau aku pikir - pikir lagi, gelap - gelapan lebih seru sih, hihihihi."

Aku lalu mendengar suara selimut yang tersibak. Sepertinya mama membuka selimutnya, agar aku bisa meraba tubuhnya dengan mudah. Aku lalu kembali mendekat, kuarahkan tanganku ke depan. Aku merasakan sebuah benda kenyal di tangan kiriku. 

"Remas Sayang," kata mama.

Ternyata aku menggenggam payudaranya mama. Aku meremas payudaranya mama dengan lemah lembut. Aku lalu beranjak, memposisikan diriku duduk di atas kasur. Tangan kiriku berpindah meraba perutnya mama, tangan kananku meremas payudaranya bergantian kiri dan kanan. Mama mendesah pelan menikmati rabaanku. Beberapa saat kemudian, aku terkejut ketika mama menggenggam tangan kiriku. Mama kemudian menarik tangan kiriku, dan mendaratkannya di atas vaginanya yang gundul.

"Diraba Sayang," pinta mama.

Aku menurut dan mulai meraba kemaluannya. Mama melebarkan pahanya agar memudahkanku meraba - raba kelaminnya.

"Terusin Say," kata mama.

Kemudian, aku merasakan vaginanya mama mulai basah. Sepertinya mama mulai terangsang.

"Sayang ... gantian yuk," ucap mama.

"Gantian apa?" tanyaku, bingung.

Mama tidak menjawab pertanyaanku, sebaliknya, dia mendorongku agar telentang di kasur. Kemudian, aku merasakan kedua tangannya mama memegang pinggulku. Aku dibuat tersentak ketika area selangkanganku diduduki oleh mama.

"Mama mau ngapain?" tanyaku, sedikit panik.

"Mau gesek - gesek penismu dengan cara yang seksi," jawab mama.

Penisku semakin keras saat aku sadari kalau bibir vaginanya mama tepat berada di atas batang kejantananku. Kedua tangannya mama bertumpu di atas dadaku.

"Mama mulai yaa," ucap mama.

Tubuhku seketika seperti tersengat listrik ketika mama menggesekkan vaginanya di atas penisku. Aku bisa mendengar desahan halus yang keluar dari mulutnya mama. Tanpa kusadari, kedua tanganku mendarat di pinggulnya mama. Nafsu telah menguasaiku, tanganku bergerak menuju ke bongkahan pantatnya mama, yang kemudian aku remas -remas. Mama mulai mempercepat gesekannya. Sepertinya mamaku juga sudah mulai dikuasai oleh nafsu. Aku tidak tahu sudah berapa lama kita melakukan hal tabu ini, tapi ... saat ini, entah bagaimana penisku sudah berada di dalam vaginanya mama. Bukannya berhenti, mama justru menaik-turunkan pinggulnya dengan tempo cepat. Aku memejamkan mata, merasakan kenikmatan yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Vaginanya mama terasa sempit dan hangat. Aku tidak tahu berapa lama kita melakukan tindakan cabul ini. Badanku sudah penuh dengan keringat, begitupun juga dengan mama ketika aku meraba badannya. Tidak lama kemudian, mamaku mendesah panjang. Setelahnya, aku merasakan cairan hangat menyelimuti penisku. Sepertinya mama mendapatkan orgasmenya. Mama kemudian ambruk di atas badanku. Kedua payudaranya yang besar dan empuk bersentuhan secara langsung dengan dadaku, membuat penisku bergetar hebat, dan pada akhirnya, aku muncrat di dalam rahim mama kandungku sendiri. 

"Mam?" ucapku, menepuk lengan kanannya mama.

Mama tidak merespons sama sekali, sepertinya dia kelelahan dan tertidur di atas badanku. Dengan perlahan, aku geser tubuhnya mama ke samping kananku, lalu aku tutup tubuh telanjangnya dengan selimut. 

"Apa yang telah kulakukan?" ucapku dalam hati.

Rasa bersalah menyelimutiku diriku. Aku baru saja bersetubuh dengan mamaku sendiri, bahkan muncrat di dalam vaginanya. Tak berselang lama, aku akhirnya tertidur karena kelelahan juga. Esok paginya, aku terbangun dengan tubuh yang segar. Aku menatap ke arah mama, dan kulihat dia mulai membuka matanya. Aku langsung terbangun, lalu berlutut membungkuk sampai dahiku menyentuh kasur.

"Maafkan aku Ma," ujarku.

Aku mendengar suara selimut tersibak. Mama kemudian menyuruhku untuk mendongak.

"Mama yang seharusnya minta maaf, karena telah memperkosamu kemarin," kata mama dengan wajah sedih.

Aku terkejut ketika mendengar apa yang diucapkan oleh mama.

"Mama kemarin telah dikuasai oleh nafsu, dan secara sengaja memasukkan penismu ke dalam vaginaku," lanjut mama.

"Aku juga bersalah Ma," ucapku, "seharusnya aku menghentikan mama. Tetapi aku justru malah membiarkannya."

Kami berdua terdiam tanpa berani menatap satu sama lain. Suasana menjadi sangat canggung. Mama kemudian memecah kecanggungan dengan meletakkan tangannya di atas tangan kananku.

"Mama mau jujur kepadamu Sayang," kata mama dengan lembut.

Mama kemudian bercerita kalau dirinya sudah tidak dijamah oleh papa selama 5 bulan, dan hal tersebut membuat mama menjadi frustrasi.

"Aku bisa memahami apa yang Mama rasakan," ujarku dengan penuh rasa simpati.

Mama tersenyum kecil menatapku. "Terima kasih yaa. Kamu memang anak yang pengertian."

"Kalau Mama tidak keberatan, aku bersedia membantu Mama," kataku.

Senyumannya mama berubah menjadi senyuman genit. "Emang kamu mau bantuin apa?"

"Itu ... ummm ... gimana yaa ngomongnya." Aku malah jadi malu - malu.

"Yang jelas dong," ucap mama, pura - pura kesal.

"Aku ma-mau ban-bantu Mama ... me-mengatasi ... frustrasinya Mama," kataku dengan canggung.

"Bantunya gimana?" tanya mama, sepertinya sengaja menggodaku.

"Dengan cara ... seks," kataku lirih.

"Ohhh ... kamu pengen ngentot sama mama?" kata mama dengan frontal.

Aku melongo mendengar mamaku berkata vulgar. Mama malah tertawa ketika melihat ekspresiku. Kemudian, mama mendekatkan wajahnya ke wajahku. Secara tidak terduga, mama mencium bibirku. Tanpa pikir panjang, aku langsung membalas ciumannya mama. Selain berciuman, kami juga saling beradu lidah. Penisku kembali mengeras dengan gagahnya. Mama menggenggam penisku, lalu dia mengocoknya dengan tempo cepat. Tidak mau kalah, aku remas payudaranya mama yang besar dan empuk.

"Berbaring Sayang," kata mama.

Aku menurut saja dan berbaring di atas kasur. Mama kemudian duduk di sampingku, menghadap ke selangkanganku. Badanku dibuat bergetar ketika mama memasukkan penisku ke dalam mulutnya.

"Ohhh ... Ma ...," desahku.

Aku tidak percaya mamaku ternyata sangat jago dalam oral sex. Kulihat mama menaik-turunkan kepalanya, membuat penisku seolah sedang keluar-masuk di dalam mulutnya. Aku semakin tersentak ketika mama memasukkan semua penisku ke dalam mulutnya. Tidak kusangka penisku yang kuperkirakan memiliki panjang 17 cm, bisa masuk semua ke dalam mulutnya mama. 2 menit kemudian, mama menyudahi servis oralnya.

"Sekarang kamu entot mama yaa," kata mama, mengambil posisi berbaring.

Aku segera memposisikan diriku di depannya mama yang mengangkang. Aku bisa melihat dengan jelas vaginanya yang tidak berambut dan menggairahkan. Karena penasaran, aku mendekatkan mukaku ke selangkangannya mama untuk melihatnya lebih dekat.

"Jangan cuma diliatin dong. Mama malu," ucap mama, menutupi vaginanya dengan kedua tangannya.

"Aku penasaran aja sama lubang vaginanya mama," kataku.

Mama tersenyum nakal. "Ohhh ... kamu penasaran sama memeknya mama yaa?"

Mama lalu menyingkirkan tangannya dari selangkangannya. "Nih, kamu liat sepuasmu."

Aku kembali mengamati lubang tempat di mana dulu aku dilahirkan. Mama benar - benar merawat vaginanya. Entah ide dari mana, aku menjulurkan lidahku ke bibir vaginanya mama, lalu aku mulai menjilatinya.

"Ahhh ... Sayang ...," desah mama, "jilatin Say."

Selain menjilati vaginanya mama, aku juga memainkan klitorisnya.

"Ohh, yeahh ... kamu pinter Say," desah mama.

Puas menjilati vaginanya mama, aku kemudian mengarahkan penisku ke lubang vaginanya mama. Agak sulit untuk memasukkan penisku ke vaginanya mama yang sempit. Kulihat mama meringis seraya memejamkan mata. Dengan sedikit dorongan, aku berhasil memasukkan seluruh penisku ke dalam liang senggamanya mama.

"Setubuhi mamamu Sayang," kata mama, dengan tatapan genit.

Aku mengedipkan satu mataku, lalu aku tarik penisku secara perlahan, setelah itu aku masukkan lagi. Tempo keluar-masuk penisku mulai kupercepat. Sembari menyodok mama, aku juga meremas - remas payudaranya. Sekitar 5 menit kemudian, aku menghentikan genjotanku.

"Ganti gaya yuk Ma," ucapku.

"Boleh," sahut mama, "kamu mau gaya apa?"

"Mama nungging yaa," pintaku.

Mama tersenyum kepadaku, kemudian dia memposisikan dirinya menungging membelakangiku. Aku bisa melihat lubang vagina dan lubang anusnya. Rasa penasaran lalu menghampiri diriku. Aku buka belahan pantatnya, lalu aku sentuh lubang anusnya mama. Tiba - tiba, mama menurunkan pantatnya, lalu berbalik menatapku.

"Kamu tertarik dengan lubang pantatnya mama?" tanya mama dengan lembut.

"I-iya," jawabku dengan gugup.

"Kamu pasti tahu tentang anal sex, iya kan?" tanya mama.

Aku mengangguk sekali. "Iya."

"Sayang ... anal sex memang sangat nikmat bagi pria, tapi itu sangat menyakitkan bagi wanita," ujar mama dengan lembut, "kamu mau membuat mamamu kesakitan?"

Aku menggelengkan kepala dengan perasaan canggung. Padahal aku hanya penasaran saja. Tapi mama mengira kalau aku ingin mencoba anal.

"Sipp! Sekarang kamu lanjut entot mama dari belakang yaa." Mama kembali mengambil posisi menungging.

Aku arahkan penisku ke vaginanya mama, kemudian dengan sekali dorongan, penisku masuk seluruhnya. Aku pegang pinggulnya mama, kemudian aku genjot vaginanya.

"Ohh yeahh ... sodok terus Sayang," desah mama.

Dalam posisi ini, vaginanya mama terasa lebih sempit. Selain sempit, liang senggamanya terasa hangat dan penisku terasa seperti disedot - sedot. Tidak berselang lama kemudian, mama mendesah panjang.

"Aku keluaaaarrr Sayaaaannnngggg!"

Mama menyemburkan cairan cintanya, membasahi penisku yang berada di dalam vaginanya. Aku hentikan genjotanku agar mama bisa menikmati orgasmenya.

"Ayo Sayang, lanjut entotin mamamu ini," kata mama, melirikku dengan tatapan binal.

"Baik!" sahutku.

Aku kembali menggenjot vaginanya mama. Aku arahkan tanganku ke depan, lalu aku remas - remas payudaranya yang gondal - gandul. Baru sebentar kugenjot, mama minta ganti gaya. Aku diminta berbaring, kemudian mama berada di atasku dengan posisi membelakangi diriku. Penisku bergetar hebat ketika mama mulai menaik-turunkan pantatnya seperti yang ada di film porno.

"Mama ternyata hebat juga dalam urusan ranjang," pujiku.

"Jangan remehkan mamamu ini," kata mama dengan nada angkuh, "mama udah pengalaman bertahun - tahun dalam urusan seks."

Sambil menikmati goyangannya mama, aku meremas - remas pantatnya yang seksi. Tak berselang lama kemudian, mama kembali orgasme. Cairan cintanya meluber ke paha dan pinggangku. Mama ambruk ke belakang, menimpa dada dan perutku.

"Kamu kuat banget Say, belum keluar sama sekali," ucap mama.

"Habis ini mau keluar sebenarnya. Tapi Mama malah berhenti bergoyang," kataku.

"Yaa sekarang kamu yang goyangin, mama capek nih," ucap mama.

Aku melingkarkan tanganku ke area perutnya mama, lalu aku genjot vaginanya mama. Aku remas kedua payudaranya mama yang berguncang karena sodokanku. Tidak pakai lama, aku merasa mau keluar.

"Keluarin di mana Ma?" tanyaku.

"Dalem aja Say," jawab mama.

Aku tekan penisku dalam - dalam, lalu aku semburkan spermaku ke dalam tempat di mana aku dulu pernah tinggal selama 9 bulan.

"Rahimnya mama jadi anget," kata mama, berguling ke sampingku.

Kita berbaring sejenak untuk mengistirahatkan badan. Rasanya sungguh nikmat bisa merasakan seks. Hanya saja, kenapa lawan mainku adalah mamaku sendiri.

"Mandi yuk Say," ajak mama.

"Okee," sahutku dengan penuh semangat.

Tiba di kamar mandi, mama menyalakan shower yang langsung mengguyur tubuh seksinya.

"Habis ini kita sarapan sekalian check out yaa," kata mama.

"Yaa," sahutku.

"Sabunin punggungnya mama dong," pinta mama.

Aku tuangkan sabun cair di bahu belakangnya mama, kemudian aku basuhkan di seluruh punggungnya. Kemudian, mama membelakangiku dan menyabuni punggungku. Sebenarnya aku ingin menyetubuhi mama lagi, tapi aku memilih menahan diri.

"Nanti di rumah, kita lanjut yaa," ucap mama dengan senyum genit.

"Wokee!" sahutku sembari mencium pipi kanannya mama.

Selesai mandi, kami kembali mengenakan pakaian pesta yang kemarin. Aku membantu mama mengenakan kembali gaunnya. Setelahnya, kami turun ke lobby untuk menikmati sarapan. Selama sarapan, aku selalu terbayang - bayang body seksinya mama setiap kali menatap wajah cantiknya.

"Sudah kenyang?" tanya mama dengan penuh perhatian.

"Sudah." Aku mengangguk.

"Yuk ke resepsionis buat check out," ajak mama.

Setelah mama menyelesaikan proses check out, kami menuju ke parkiran mobil. Aku nyalakan mesin mobil, kemudian aku pacu keluar dari area parkir bawah tanah. Selama perjalanan, kami lebih banyak diam. Mendekati gerbang tol, aku bersyukur karena jalanan tidak ramai, jadi aku bisa sedikit ngebut. Hanya dalam waktu 20 menit, kami tiba di kota domisili kami.

"Aku jadi gak sabar nih," kataku.

"Gak sabar apa?" tanya mama, tersenyum genit menatapku.

"Itu ... ngeseks sama mama," jawabku senyum - senyum.

"Sesekali pakai bahasa yang agak kasar lahh," ujar mama, "misal 'ngentot sama mama', hihihihi."

"Astaga! kok Mama ngomongnya kasar?" kataku dengan nada bercanda. "Dibalik penampilan yang anggun, tutur kata yang sopan, ternyata Mama bisa ngomong jorok juga."

"Kalo pas bahas seks, mama memang sering pake kalimat jorok. Biar makin hot hihihi," ucap mama.

Penisku seketika jadi mengeras gara - gara ucapannya mama.

"Kontolmu kayaknya ngaceng lagi tuh," kata mama.

"Kok tahu??" ujarku tersentak.

"Celanamu aja menggembung gitu hihihi," ucap mama dengan tawa genit.

Seketika aku menjadi malu. Mama ternyata memperhatikan area selangkanganku.

"Mama jangan ngeliatin selangkanganku trus lahh!" kataku, agak kesal.

"Masak Mamanya sendiri gak boleh liat selangkangan anaknya. Padahal kita udah ngentot lhooo," protes mama.

"Masalahnya bikin aku canggung," timpalku.

"Pas di hotel, kamu juga bikin mama malu--ngeliatin memeknya mama dari jarak dekat," ucap mama, menatapku dengan tatapan genit.

"Beda itu," timpalku, "itu kan pas kita ngeseks- "

"Ngentot." Mama memotong ucapanku.

Aku sedikit melirik mamaku, kemudian aku menggeleng - gelengkan kepalaku. Beberapa menit kemudian, kami akhirnya tiba di rumah. Mama turun dari mobil untuk membukakan pintu gerbang. Aku parkirkan mobil mamaku di depan garasi, setelah itu aku turun menyusul mama masuk ke dalam rumah.

"Kamu kok ngikutin mama?" tanya mama, menatapku dengan ekspresi mesum.

"Pengen ngeseks– ehh ... ngentot sama mama," jawabku senyum - senyum.

Mama memegang pipi kiriku dengan tangannya yang lembut. "Kamu gak capek?"

"Hehehe ... enggak," jawabku.

"Anak muda memang kuat - kuat," ujar mama.

Aku mengikuti mama menuju ke kamarnya. Ketika kami sudah masuk, aku memeluk mama dari belakang.

"Lepasin gaunnya mama Say," pinta mama.

Dengan hati - hati, aku menurunkan retsleting yang ada di punggungnya mama, kemudian aku tarik perlahan gaunnya hingga melorot ke lantai. Setelah itu, aku lanjut melepas BH dan CD nya mama.

Mama kemudian berbalik dan menatap diriku. "Baru kali ini ada anak yang menelanjangi mamanya sendiri, hihihihi."

Ucapannya mama membuat diriku seketika dikuasai oleh nafsu. Aku langsung memeluk mama dan mencium bibirnya. Mama membalas ciumanku dengan ganas. Sambil berciuman, mama mencoba melepas pakaianku. Aku menghentikan aksi ciuman kita agar mempermudah mama menanggalkan pakaianku. Kita berdua sekarang sama - sama telanjang.

"Dulu waktu kamu kecil, kita pernah lhoo sama - sama telanjang. Dan sekarang kita kembali telanjang bareng," ucap mama.

"Tapi kalo dulu kita telanjang karena mandi bareng," imbuhku.

"Sekarang kita telanjang bareng karena mau ngentot," ucap mama dengan ekspresi mesum.

"Padahal di hotel kita udah telanjang bareng. Bahkan udah sampe ngentot," kataku.

"Beda Sayang," timpal mama, "ini khusus untuk momen di rumah ini."

"Jadi ... ini sebuah momen bersejarah di rumah kita?" tanyaku.

"Benar sekali Sayang," jawab mama.

Mama kemudian berlutut di depanku, lalu dia mengocok penisku sembari menjilat testisku. Setelahnya, penisku dimasukkan setengahnya ke dalam mulutnya mama. kupegang kepalanya mama, kemudian aku maju-mundurkan dengan kecepatan sedang. Sekitar 3 menit kemudian, aku mencabut penisku dari mulutnya mama.

"Kok dicabut?" tanya mama dengan ekspresi kecewa.

"Aku gak mau muncrat duluan hehe," jawabku.

Aku lalu duduk di pinggir kasurnya mama, dan kuminta mama untuk duduk di pangkuanku.

"Ohh, kamu mau ngentotin mama saling berhadap - hadapan, yaa?" kata mama dengan tatapan mesum.

"Hehehe ... ayo sini Ma, kontolku gatel pengen nyodok memeknya mama," kataku dengan nada vulgar.

Mama tersenyum kemudian memposisikan dirinya di atas pangkuanku. Setelah pas, mama memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sudah basah. Dengan sedikit dorongan, penisku masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya mama. 

"Ohhhhh ...," desah mama dengan kepala mendongak ke atas.

Mama mendiamkan sejenak penisku di dalam vaginanya, kemudian mama mulai menggoyangnya secara perlahan sambil kedua tangannya bertumpu di bahuku.

"Sayang," panggil mama.

"Iyaa Mamaku tercinta?" responsku.

"Meski kita menjalin hubungan badan, kamu jangan lupa cari pacar lhoo yaa," ucap mama.

"Kan aku udah punya pacar," kataku.

"Serius? Sapa? Kok gak kamu kenalin ke mama," kata mama penasaran.

"Ini ... yang sedang aku entot sekarang hehehe," jawabku cengengesan.

Mama menghentikan goyangannya, dia menatapku dengan ekspresi sebal.

"Nakal yaa kamu! Masak mama sendiri kamu jadiin pacar!" kata mama seraya mencubit hidungku.

"Maaf Ma, aku cuma bercanda," ucapku sembari menepuk - nepuk pinggangnya mama.

Mama mendengus sambil melepaskan cubitannya di hidungku. "Mama kan udah jadi miliknya papa."

"Tapi Mama tetap bolehin aku ngentot sama Mama, kan?" tanyaku, tersenyum menatap mama.

Mama meletakkan kedua tangannya di pipiku. "Tentu saja."

"Tapi ingat, kamu boleh melakukan hal mesum kepada mama selama papa gak ada. Kalo papa ada di rumah, kita harus bersikap biasa," lanjutnya.

"Okee!" sahutku.

Mama lanjut menggoyang pinggulnya. Mama juga mulai menaik-turunkan pantatnya, yang menghasilkan bunyi plok plok plok ketika berbenturan dengan pahaku.

"Mama mau keluar Sayang," kata mama dengan wajah dan leher yang penuh keringat.

Aku peluk mamaku dengan erat, kuhentakkan penisku dengan kuat agar mama mencapai puncak orgasmenya. Mama mendesah keras diikuti dengan semburan cairan kewanitaannya yang meluber sampai ke pahaku. Mama memelukku dengan erat. Aku bisa merasakan tubuhnya yang basah karena keringat. Aku dan mama lalu berbaring di ranjang sambil berpelukan.

"Sudah siap ronde dua?" tanyaku.

"Tentu saja," jawab mama. "Sekarang giliranmu mainin tubuhnya mama."

Tanpa banyak bicara, aku posisikan mama menjadi telentang, kemudian aku memainkan kedua payudara besarnya. Aku remas - remas seraya mengulum putingnya yang berwarna pink.

"Ohh yeah, terusin Say," desah mama.

Sambil memainkan payudaranya mama, tangan kananku mengorek - orek vaginanya mama. Puas bermain dengan buah dadanya mama, aku lanjut menjilati perutnya mama yang rata dan mulus.

"Entot mama Say. Udah gak tahan aku," ujar mama.

"Sebentar ... aku masih ingin menjilati tubuh seksinya mama," kataku.

2 menit kemudian, aku menyuruh mama untuk berdiri di pinggir ranjang, lalu menungging dengan tangan bertumpu di kasur. Mama melebarkan pahanya, memamerkan vaginanya kepadaku. Aku arahkan penisku ke bibir vaginanya dan slebbbz, masuk semua.

"Genjot yang keras Say," pinta mama.

"Dengan senang hati," kataku.

Dalam ronde ini, aku 3 kali berganti gaya. Diawali dengan nungging berdiri, kemudian aku dorong mama hingga mendempet ke dinding kamar, vaginanya kusodok dari belakang, dan yang terakhir adalah posisi menyamping. Dalam ronde ini, mama keluar 2 kali, sementara diriku 1 kali. Setelahnya, aku kembali ke kamarku untuk membilas tubuh yang penuh dengan peluh. Sepanjang siang dan sore, aku dan mama bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa - apa. Menjelang malam, aku dan mama menonton TV di ruang keluarga. Sambil menonton TV, mama sesekali sibuk mengetik di HP-nya.

"Chatting sama sapa Ma?" tanyaku.

"Sama managernya mama," jawab mama, kedua matanya fokus menatap layar HP.

Setelah selesai chatting, mama kembali fokus menonton TV.

"Emang ada apa?" tanyaku kembali.

"Cuma masalah kerjaan," jawab mama.

"Ohh yaa, dari dulu aku penasaran sama kerjaannya Mama," kataku, "sebenarnya Mama kerja apa sih?"

Mama menatapku dengan senyum tipis. "Kamu beneran ingin tahu pekerjaannya mama?"

Aku seketika membeku mendengar ucapannya mama yang bernada agak dingin. Apa jangan - jangan mama bekerja di tempat yang agak - agak gimana gitu. Mama membuka HP-nya, lalu menunjukkan galeri HP-nya yang berisi foto - foto yang membuatku tersentak.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar