Sabtu, 29 Juni 2024

Cerita Seks Mamaku Digangbang Tiga Pria Cebol

Cerita ini bermula saat aku diajak mama meninjau sebuah rumah yang akan dijual oleh kliennya. Mamaku sendiri adalah seorang agen properti, dan saat ini berumur 38 tahun. Aku sendiri adalah seorang murid SMA yang berumur 15 tahun. Setibanya di lokasi tujuan, mama dan aku langsung disambut oleh sang empunya rumah yang bernama bu Simo.

"Selamat siang Bu," sapa bu Simo.

"Selamat siang juga, Bu," sapa balik mama.

Mereka berdua lalu berbincang masalah rumah, surat - surat dan harga di kawasan itu. Aku memilih agak menjauh dan lanjut main game HP. Saat tengah asik main game, aku melihat ada tiga pria berbadan cebol sedang duduk - duduk tidak jauh dariku. Tinggi badan mereka mungkin tidak sampai 1 meter, dan kuperhatikan mereka sedang asik mengobrol satu sama lain. Tidak lama kemudian, kulihat mama menghampiri ketiga pria itu, sepertinya dia ingin menanyakan sesuatu kepada mereka. Salah satu dari pria itu menunjuk ke sebuah arah, kemudian mama berterima kasih kepada pria itu. Mama dan bu Simo lalu pergi bersama menuju ke arah yang ditunjuk pria tadi. Ketiga pria itu lanjut mengobrol lagi, aku juga kembali lanjut main game HP. Tanpa terasa, 30 menit telah berlalu, mama dan bu Simo akhirnya kembali.

"Habis dari mana?" tanyaku kepada mama.

"Mama tadi nyari pak RT sama bu Simo," jawab mama.

"Ouwww." Aku hanya mengangguk kecil.

Mama kemudian mem-foto sekitarnya, setelah itu dia mengajakku pulang. Tidak ada yang spesial hari ini, bosenin. Seminggu kemudian, mama kembali memintaku untuk menemaninya ke rumahnya bu Simo. Aku sih hanya mantuk - mantuk saja, daripada dicerewetin nanti. Butuh waktu sekitar 20 menit perjalanan dari rumah menuju ke rumahnya bu Simo, dengan catatan tidak kena macet. Setibanya disana, mama langsung menuju ke kediamannya bu Simo yang tidak jauh dari rumahnya yang dijual. Aku seperti biasa berada di dekat mobil, menunggu sambil bermain game. Tidak jauh dari tempatku berdiri, aku melihat tiga pria cebol, yang aku lihat seminggu yang lalu, sedang berjalan sambil mengobrol.

"Sepertinya mereka tinggal di lingkungan ini," kataku dalam hati.

Mereka bertiga melewatiku dan aku tidak bisa mendengar dengan jelas obrolan mereka. Tak berselang lama kemudian, mama dan bu Simo keluar dari rumah.

"Kamu tunggu disini bentar yaa, mama mau pergi ke rumah sebelah sama bu Simo," kata mama.

"Yaa," sahutku.

Mamaku kayaknya emang suka ngobrol sama orang - orang disini deh, sementara diriku tidak begitu suka mengobrol lama - lama. 15 menit berlalu, entah kenapa aku jadi penasaran mamaku pergi kemana, dan ngobrol sama siapa. Aku akhirnya memutuskan untuk mencarinya.

"Kayaknya tadi mama lewat sini," gumamku.

Aku berjalan sambil menengok rumah yang ada di kiri dan kanan. Setelah berjalan agak jauh, aku melihat sandal yang dipakai mama berada di sebuah teras rumah yang berada di samping kiriku.

"Hmmm ... mama disini rupanya," kataku dalam hati.

Aku celingak - celinguk mencoba melihat ke dalam, tapi usahaku tidak berhasil. Aku lalu mencoba memutari rumah ini, untuk mencari jendela. Aku berhasil menemukan jendela yang bisa kuintip, setelah aku mengecek bagian samping kanan rumah ini. Saat kuintip, aku terkejut melihat mama dan bu Simo sedang asik mengobrol dengan tiga pria cebol yang selalu kutemui selama berkunjung ke perkampungan ini.

"Kayaknya obrolan mereka asik deh," gumamku.

Baru sebentar mengintip, mereka sudah selesai mengobrol. Hadehhh, gak seru sama sekali. Aku lalu mencari jalan pintas, agar sampai di depan rumahnya bu Simo lebih dulu. Aku berhasil sampai di depan rumahnya bu Simo lebih dulu, karena aku berlari dan bisa menemukan jalan pintas. Tidak berselang lama kemudian, mama dan bu Simo tiba.

"Maaf yaa kamu nunggu kelamaan," kata mama.

"Gapapa," ucapku.

Mama lalu berpamitan dengan bu Simo, kemudian kita masuk ke dalam mobil untuk pulang ke rumah. Ketika di dalam mobil, aku iseng menanyai mama kemana tadi dia pergi dan mengobrol dengan siapa.

"Mama ngobrol - ngobrol sama temennya bu Simo tadi, membahas masalah rumah," ucap mama.

Entah kenapa, aku merasa kalau mama berbohong kepadaku. Tapi aku tidak mau melanjutkannya, mungkin itu sesuatu yang tidak bisa dikatakan mama kepadaku. 5 hari kemudian, secara mengejutkan, mama akan pergi sendiri ke tempatnya bu Simo.

"Aneh, kok gak ngajak aku?" pikirku.

Aku lalu mencoba bertanya kepada mama kenapa tidak mengajakku, dan mama hanya menjawab kalau dia tidak ingin merepotkan aku. Tetap aneh sih buat aku. Karena penasaran, aku memutuskan akan membuntuti dia dengan naik motor. Aku menunggu mama berangkat lebih dulu, dan setelahnya, baru aku yang berangkat. Aku menunggu sekitar 5 menit, lalu kunyalakan motor sport-ku, dan aku melaju dengan kecepatan sedang. Setibanya di lokasi tujuan, aku memarkirkan motorku di tempat yang tidak mencolok, agar tidak dipergoki oleh mama. Dari kejauhan, aku melihat mama tengah mengobrol dengan bu Simo dan tiga pria cebol di depan rumahnya bu Simo. Mereka kemudian masuk ke dalam rumahnya bu Simo. Aku langsung menuju ke samping rumahnya bu Simo untuk mengintip mereka berlima. Mama dan bu Simo tengah asik berbincang di ruang tamu. Karena terhalang jendela, aku jadi tidak bisa mendengar obrolan mereka. Beberapa saat kemudian, aku melihat mama berdiri dan berjalan menuju ke luar. Aku mengendap - endap untuk mengintip dari samping, dan aku melihat tiga pria cebol yang kemarin telah berdiri di depan rumahnya bu Simo. 

"Yuk, kita ke rumahmu," ucap mama.

Ketiga pria cebol itu mengangguk dan mereka berjalan bersama dengan mama. Mau ngapain yaa mereka? Dan kenapa bu Simo gak ikut? Aku membuntuti mereka dari belakang, seperti seorang penguntit yang handal. Tidak perlu waktu lama bagi mama dan ketiga pria cebol itu untuk tiba di rumah yang kemarin dikunjungi oleh mama dan bu Simo. Aku kembali menuju ke jendela yang kemarin kugunakan untuk mengintip, dan saat kuintip, kulihat mama diarahkan menuju ke kamar yang ada di sudut kiri rumah.

"Waduh, kok pake masuk kamar segala," kataku dengan perasaan cemas.

Aku berputar ke sisi lain, berharap kamar tersebut memiliki jendela. Aku lalu melihat sebuah jendela yang sedikit terbuka, dan saat kuintip, aku sangat terkejut saat salah satu pria cebol itu menunjukkan sebuah dildo hitam berukuran besar kepada mama. Karena jendela kamar itu sedikit terbuka, aku bisa mendengar percakapan mereka.

"Wihh besar banget," ucap mama, "aku cobain sekarang nih?"

"Iyaa Ci," jawab pria cebol berbaju merah itu.

"Ohh yaa, bajunya dilepas aja yaa," ucap pria cebol berbaju coklat.

"Lahhh!? Harus bugil nih??" tanya mama dengan ekspresi terkejut.

"Iya dong, biar suasananya lebih menarik hahaha," jawab pria cebol berbaju coklat.

Aku nyaris tidak percaya dengan yang aku dengar, salah satu pria cebol itu meminta mamaku untuk telanjang di hadapan mereka. Di satu sisi, aku juga penasaran dengan tubuhnya mama. Meskipun mama telah berumur 38 tahun, tapi mamaku memiliki body yang kencang dan seksi. Kulitnya juga putih mulus karena kita keturunan chinese, dan mama juga memiliki wajah yang cantik dan awet muda. Aku mengamati dengan mata nanar saat mamaku mulai melepas pakaiannya satu per satu, dimulai dari kaos, celana jeans, kemudian BH dan CD hitamnya. Sekarang mamaku berdiri tanpa busana di hadapan ketiga pria itu. Penisku juga mulai ngaceng melihat mama kandungku telanjang. Pria cebol berbaju merah itu lalu menaruh dildo yang dia pegang di lantai.

"Nah, kamu naik turun di atasnya yaa," kata dia.

"Okee, tapi aku basahi dulu memekku yaa," kata mama.

Aku memandangi dengan mata terbelalak saat mama menusuk - nusuk vagina gundulnya dengan tiga jarinya dalam posisi berlutut. Ketiga pria cebol itu juga menatap dengan seksama. Tidak lama kemudian, mama mulai mengambil posisi seperti cewe yang mau WOT, kemudian mama memasukkan dildo besar itu ke dalam vaginanya secara perlahan. Dildo itu perlahan tenggelam ke dalam liang senggamnya mama, dan ketika sudah masuk semua, mama mendiamkannya sejenak, lalu dia mulai melakukan gerakan naik-turun. Ketiga pria cebol itu hanya tersenyum sembari duduk di lantai, menyaksikan pemandangan mesum yang ada di depan mereka. Mama mulai mengeluarkan suara desahan dari mulutnya yang seksi.

"Ohh yaa, kalian gak lepas baju aja?" tanya mama.

"Buat apa?" tanya pria cebol berbaju kuning.

"Biar makin hot aja hihihihi, akhhh nikmat banget ini," ucap mama.

Mereka bertiga mengiyakan permintaannya dan ketiga pria cebol itu melepas pakaian mereka sampai telanjang bulat. Aku bisa melihat penis mereka yang berukuran kecil tapi berurat dan gemuk. Mama mulai mempercepat gerakan naik-turun pinggulnya, dan hal tersebut membuat badannya jadi basah akibat berkeringat. Tidak lama kemudian, mama mengerang cukup keras.

"Wihh, udah mau orgasme yaa Ci?" tanya si pria cebol yang tadi mengenakan baju merah.

"Iyaa nih," sahut mama yang masih bergoyang dengan binal.

Mama kemudian menghentikan gerakannya, sepertinya beliau mendapatkan orgasme. Ketiga pria cebol itu bertepuk tangan dengan wajah riang.

"Istirahat dulu Ci," ucap pria cebol yang rambutnya agak gondrong itu.

Mama kemudian berdiri dan dia berbaring di ranjang yang ada di kamar itu. Dildo yang ada di lantai itu lalu diambil oleh si pria cebol dengan kepala botak, kemudian dua pria cebol lainnya mengambil sebuah alat aneh dengan sebuah tongkat logam terpasang secara horizontal. Si pria cebol botak memasang dildo yang dia pegang ke tongkat itu, dan rekannya menekan sebuah tombol yang membuat tongkat tersebut bergerak maju-mundur. Mereka lalu mengambil alat yang sama dan memposisikannya berhadapan dengan alat yang telah disiapkan tadi. Si pria cebol berambut agak gondrong itu memasang sebuah dildo di alat satunya, lalu dia menekan tombol di alat itu, yang membuatnya juga bergerak maju-mundur.

"Alatnya sudah siap Ci," kata si pria cebol berambut pendek.

"Okee," sahut mama dengan wajah senang.

Mama kemudian memposisikan dirinya menungging di lantai, lalu ketiga pria cebol itu memposisikan dildo yang terpasang di alat itu ke dekat liang vagina dan mulutnya mama. Dildo yang ada di belakang kemudian dimasukkan ke dalam vaginanya mama, sedangkan dildo yang ada di depan masuk ke dalam mulutnya mama. Dalam posisi tersebut, mama terlihat seperti sedang disetubuhi dari depan dan belakang, dan hal tersebut membuat penisku semakin ngaceng.

"Aku nyalakan yaa," kata si pria cebol berambut pendek.

Alat tersebut menyala dan mulai menyodok mulut dan vaginanya mama. Alat tersebut bergerak maju-mundur seperti piston kendaraan. Ketiga pria cebol itu mulai mengocok penis mereka menikmati pemandangan mesum yang ada di depan mereka.

"Kok bisa yaa mama melakukan hal seperti ini," batinku.

Beberapa menit kemudian, pria cebol yang berambut agak gondrong itu menyetop kedua alat itu. Mama terlihat bingung dengan apa yang dilakukan oleh si pria cebol itu. Mereka mencabut dildo - dildo yang ada di mulut dan vaginanya mama, kemudian menukar posisinya.

"Nah ini dildo habis keluar-masuk di dalam memekmu, sekarang kamu emutin yaa," kata si pria cebol berambut pendek.

Bukannya jijik, mama malah senyum - senyum seperti wanita binal. Mama membuka mulutnya, dan membiarkan dildo berwarna coklat yang berlumuran cairan kelaminnya itu, masuk ke dalam mulutnya. Sementara dildo yang satunya ditancapkan ujungnya ke dalam liang vaginanya mama. Ketiga pria berbadan cebol itu kemudian menyalakan kembali alat itu dan kedua dildo tersebut mulai bergerak maju-mundur di mulut dan vaginanya mama. Aku hanya bisa melongo melihat apa yang terjadi, padahal yang aku tau, mamaku adalah tipe wanita yang cukup konservatif, kenapa tiba - tiba jadi begini? Tidak berselang lama, tubuhnya mama terlihat bergetar, sepertinya dia mau orgasme.

"Mmmmppphhh ...," desah mama yang tertahan akibat mulutnya yang tersumpal dildo.

Ketiga pria cebol itu tertawa terkekeh saat melihat mama orgasme. Mereka bertiga kemudian menyetop alat itu, mencabutnya dari mulut dan vaginanya mama. Mama kemudian terduduk di lantai dengan vagina basahnya yang terlihat jelas di depan mataku.

"Okee, sekarang giliran kalian yaa hihihihi," ucap mama.

Ketiga pria cebol itu saling bertatapan, kemudian mereka mendorong mama sampai badannya rebah di lantai. Mereka bertiga menggerayangi tubuh seksi dan mulus mamaku, diikuti dengan menciumi wajah, leher dan payudaranya.

"Nih body sedep banget" kata si pria cebol berambut gondrong.

"Gak nyangka yaa kita bisa dapet cici binal kayak gini," ucap si pria cebol yang berkepala botak.

Mereka benar - benar tidak melewatkan setiap jengkal dari tubuh mulus mama kandungku. Kedua payudaranya diremas bergantian, lalu mereka bergantian mengulum kedua putingnya, diikuti dengan mengelapnya ketika ganti giliran. Penisku semakin ngaceng melihat pemandangan yang seharusnya tidak kulihat ini. Si pria cebol berambut pendek berpindah ke bawah, dimana dia mulai mengobel - ngobel vagina dan klitorisnya mama. Si pria cebol berambut gondrong mengarahkan penisnya ke mulutnya mama.

"Tolong emutin Ci," pintanya.

Mama membuka mulutnya dan melahap seluruh penisnya dengan wajah gembira. Di tempat lain, si pria cebol botak sedang menggesek - gesek penisnya diantara kedua payudaranya mama. Pria cebol satunya mengarahkan penis kecilnya ke liang senggamanya mama, dan dengan sekali dorongan, penisnya masuk semua ke dalam lubang kenikmatannya mama. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat erotis, mamaku yang seksi, putih dan cantik sedang disenggamai oleh tiga pria cebol yang wajahnya tidak begitu ganteng. Baru beberapa menit dalam gaya missionary, mereka bertiga memposisikan mama menungging. Ketiga pria cebol itu juga bertukar posisi. Si pria cebol botak kali ini menggarap vaginanya mama, yang berambut gondrong berada di bawah mengulum dan mengenyot kedua payudaranya mama, dan yang satunya menyodok mulut mungil mamaku.

"Memeknya sempit banget," ucap si pria cebol botak.

"Mulutnya legit banget," ujar si pria cebol berambut pendek.

Tidak berselang lama, mama mengeram dan tubuhnya terlihat bergetar, sepertinya akan orgasme lagi. 

"Wihhh, orgasme lagi," ucap si pria cebol botak, "emang nih cici bener - bener binal hahahaha."

"Lanjut aja dah, keburu mau sore," kata si pria cebol berambut pendek.

Mereka meminta mama berdiri, kemudian si pria cebol berambut gondrong berbaring di lantai. Mama diminta untuk menduduki penisnya. Mama nurut dan dia memposisikan dirinya untuk melakukan gaya WOT. Dengan sekali dorongan, penis kecil tersebut masuk ke dalam liang senggamanya mama. Pria cebol berambut pendek mendorong punggungnya mama, lalu dia arahkan penisnya ke lubang anusnya mama. Pria cebol yang botak menjambak rambutnya mama, dan dia arahkan mulutnya mama ke penis imutnya. Aku melongo dengan penis mengacung super tegak saat menyaksikan mamaku di-triple penetration. Benar - benar pemandangan yang gila dan sangat erotis. Aku tidak percaya mamaku bisa - bisanya melakukan seks gangbang seperti itu, bahkan sekarang tengah menggoyang pinggulnya dengan erotis. Mereka bertiga bergantian menyodok setiap lubang di tubuhnya mama, dan aku bisa melihat dengan jelas mamaku sangat menikmati perbuatan mesum tersebut. Aku memutuskan pergi dari situ karena tidak sanggup lagi melihat mamaku sendiri digangbang ria oleh tiga pria cebol itu. Aku naiki motorku dan langsung menuju ke rumah dengan penis masih tegak. Sekitar jam 6 sore, mamaku baru tiba di rumah. Aku bisa melihat wajahnya yang terlihat begitu senang. Sepertinya mama digarap sampai 2 jam oleh mereka bertiga. 

"Kamu sudah makan?" tanya mama kepadaku.

Aku hanya menggelengkan kepala tanpa mengatakan sepatah kata pun. Aku tidak percaya mama bertingkah seolah tidak terjadi apa - apa dengannya. Aku sendiri jadi kepikiran, bagaimana mama bisa berakhir melakukan hal tersebut? Apakah mamaku dihipnotis, ataukah mama sendiri yang mengajukan dirinya untuk dientotin oleh mereka? Malamnya, aku malah bermimpi melihat mamaku tengah dientotin oleh ketiga pria cebol itu. Aku duduk di sebuah kursi di pinggir ruangan, sementara mamaku tengah bergoyang diatas salah satu dari pria cebol itu. Mulut, vagina dan anusnya digenjot bergantian oleh mereka, bahkan mama melirik ke arahku ketika dia membuka mulutnya, dan sebuah penis kecil masuk ke dalam mulutnya yang terbuka dengan ekspresi ceria. Kemudian, aku disuguhkan dengan adegan ketika salah satu dari mereka mencabut penisnya dari lubang pantatnya mama, lalu memasukkan penisnya ke mulutnya mama. Mama sama sekali tidak jijik mengulum penis yang baru saja keluar-masuk di anusnya. Tidak berselang lama, mereka bertiga menyemburkan sperma mereka ke tubuh seksi mamaku, dan dia terlihat sangat senang dan menjilati cairan sperma yang belepotan di tubuhnya. Kemudian, aku terbangun dari tidurku dan aku menengok sekitar.

"Mimpi macam apa itu," kataku.

Dua hari kemudian, mama mengatakan akan mengunjungi bu Simo dan aku diminta untuk jaga rumah. 

"Pasti mau ngentot sama tiga pria cebol itu lagi," kataku dalam hati.

Aku hanya bisa memandangi mobilnya mama perlahan menjauhi rumah, dan menuju ke tempat dimana dia akan digangbang lagi.

Tamat.

Kamis, 27 Juni 2024

Cerita Seks Dientot di Sebuah Desa

Weekend besok, aku diminta oleh managerku untuk mengecek sebuah tanah kosong milik nasabah kami yang ingin mengajukan kredit usaha. Sebelum lanjut, aku akan memperkenalkan diriku, namaku Michelle, bekerja di bank swasta sebagai marketing, umurku sekarang 40 tahun dengan suami dan tiga anak. Meski sudah kepala 4, suami dan kolegaku selalu memuji diriku yang memiliki tubuh seksi yang terawat, ukuran payudaraku yang besar (G-cup), dan wajah cantik yang selalu kujaga dengan sepenuh hati. Perjalananku besok sebenarnya cukup menyebalkan, karena tidak ada satupun dari rekan kerjaku yang bisa menemaniku, entah karena alasan berlibur, ada kerjaan dan yang paling absurd, alasan ngantuk.

"Pah, mau nemenin mama gak besok buat survey?" tanyaku kepada suamiku.

"Maaf mah, besok papa mau istirahat, capek hehehe," jawab dia.

"Halah ... capek lagi, capek lagi," ucapku dengan kesal.

Aku masih bimbang apakah akan pergi sendiri atau mengajak kenalan menemaniku, mengingat aku belum pernah kesana dan kata teman sekantorku, desa tersebut agak - agak gimana gitu. Saat tengah melamun di ruang keluarga, anak pertamaku datang kesini untuk sekedar mengambil bukunya yang tertinggal di meja. Seketika aku mendapatkan ide untuk mengajaknya.

"Eh Stev, kamu besok lowong gak?" tanyaku kepada anakku yang bernama Steven.

"Lowong, emang mau ngapain? Shopping?" tanya balik anakku.

"Temenin mama survey tempat buat jaminan nasabah yaa," kataku.

"Hahh!! Survey pas hari sabtu? Serius?" Steve kaget mendengar ucapanku.

"Iyaa, mau nemenin mama gak?" tanyaku lagi.

Steven terlihat berpikir sejenak, dan akhirnya dia mengangguk, cukup untuk membuatku merasa lega ada yang menemaniku. Besoknya, aku segera bersiap untuk pergi, dan karena aku survey di hari sabtu, aku hanya memakai pakaian biasa, kaos warna biru langit dan celana jeans warna biru tua.

"Stev! Ayo!" seruku dari balik pintu kamarnya.

"Iyaaa," balas Steven.

Setelah siap, kita segera menuju ke mobil dan Steve mendapatkan kehormatan untuk menyetir, mengingat dia sudah berumur 20 tahun dan juga sudah punya SIM A. Di tengah perjalanan, Steven menanyaiku mengenai kenapa aku sendirian dan tidak ditemani teman sekantorku.

"Mereka pada gak bisa dengan berbagai alasan," ujarku.

"Paling mereka pada males - malesan, kan ini weekend," celetuk anakku.

Apa yang dikatakan anakku ada benarnya, tapi percuma kalo memikirkan hal seperti itu, lagian aku bakal dapat bonus dari hasil survey ini nanti. Sepanjang perjalanan terasa sedikit membosankan, kiri dan kananku hanyalah sawah, jalanan juga cenderung sepi karena kita mengarah ke pedesaan.

"Mah, itu nasabah tinggal di kota dan kebetulan punya tanah di desa?" tanya anakku.

Aku menoleh kepadanya. "Iyaa, dan mau dia pakai sebagai jaminan."

Anakku hanya mengangguk saja. Sekitar satu jam kemudian, kita akhirnya tiba di lokasi tujuan, desa tersebut terlihat begitu sepi. Aku mengarahkan Steven sesuai dengan denah yang dikirim oleh rekan kerjaku.

"Kayaknya ini deh," kataku.

Steven memarkirkan mobil di pinggir jalan, dekat dengan sebuah warung makan. Aku segera keluar dan mencoba menghubungi si nasabah.

"Halo Pak, saya sudah sampai di depan lokasi," kataku.

Dia mengiyakan dan memintaku untuk menunggu sebentar. Saat aku mututup panggilan, kulihat anakku malah sedang nongkrong di warung dekat situ. Aku lalu menghampirinya.

"Kamu malah asik nongkrong disini," kataku sambil mencolek dia.

"Biar gak bosen, lagian paling mama nanti sibuk sendiri sama si nasabah itu," ucapnya.

Ada benernya sih yang dia omongin. Sembari menunggu, aku ikutan duduk - duduk di warung yang gak ada satupun pelanggan itu. Tidak berapa lama, nasabah yang aku tunggu - tunggu akhirnya tiba, aku segera beranjak dan menghampirinya.

"Halo Pak, saya Michelle dari Bank xxxx, dan hari ini saya mau survey." Aku memperkenalkan diriku.

"Halo Bu, saya Amir. Bisa di-survey sekarang?" tanya dia.

"Bisa," sahutku.

Aku lalu menoleh ke belakang untuk pamitan sama anakku. "Stev, mama survey dulu yaa, kamu disitu dulu atau kalo mau jalan - jalan keliling desa."

"Yaaa," serunya.

"Ohh, sama anaknya yaa?" tanya Amir dengan senyum lebar.

"Iya hehehe," kataku.

Selama aku mengamati lokasi tanah miliknya, kita mengobrol basa - basi agar suasana tidak hening. Dia terkejut mengetahui aku sudah berumur 40 tahun dan memiliki tiga orang anak.

"Aku kira masih tiga puluh awal hehehe," katanya.

"Bisa aja nih Bapak," balasku.

"Gak nyangka lhoo, kepala 4, tiga anak, tapi punya fisik yang bagus gini," katanya memuji diriku.

Aku hanya tersenyum saja. Basa - basi kita sudahi dan sekarang aku mulai melakukan wawancara kepadanya untuk tahu lebih dalam mengenai tujuan dia mengajukan pinjaman dan siapa yang tertulis di Surat tanahnya. Sebelum lanjut lebih jauh, Pak Amir mengajakku ke rumah temannya dengan alasan lebih nyaman aja buat mengobrol, aku menurutinya saja. Rumah temannya cukup jauh dari tempat dimana mobilku diparkir. Sesampai disana, kulihat rumah tersebut terlihat sederhana.

"Yuk masuk dulu," kata Pak Amir dengan sopan.

Aku diminta duduk di ruang tamu, sementara dia masuk begitu saja ke dalam. Tidak berapa lama, dia kembali membawakan segelas teh dan juga seorang pria lain turut bersama dengannya, sepertinya teman yang Pak Amir maksud.

"Ini teman saya, namanya Dodi," kata Pak Amir.

Aku lalu memperkenalkan diriku kepadanya, yang sepertinya menatap dalam diriku. Aku lanjut mewawancarainya untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang nantinya akan digunakan untuk pertimbangan apakah dia layak mendapatkan pinjaman. 15 menit lamanya aku meng-interview Pak Amir, setelah itu kita mengobrol sejenak. 

"Oh yaa Bu, kamu kenal Mbak Joyce gak?" tanya Dodi.

"Kenal dong, kan dia sama - sama marketing kayak aku," jawabku.

"Dia pernah kesini, dan kebetulan dia juga mampir kemari," kata Dodi.

"Iyakah?? Wawancara juga?" tanyaku.

"Endak, tapi ... hal yang lain," ucap Dodi dengan senyum menyeringai.

"Maksudnya?" Aku bingung dengannya.

Dodi mendekatiku dengan duduk di sampingku, dia membuka HP-nya lalu menunjukkan kepada sebuah video. Aku terkejut sekali menyaksikan video yang ditunjukkan oleh pria yang sepertinya lebih muda dariku itu.

"Ehh ... bukankah itu ... Joyce?" Aku menatap video tersebut dengan perasaan campur aduk.

Video yang Dodi tunjukkan adalah video seks Joyce yang tengah disetubuhi oleh Dodi dan Pak Amir, tubuh seksinya berlenggak - lenggok diatas selangkangannya Pak Amir, sementara Dodi asik bercumbu dengan rekan kerjaku yang cantik dan seksi itu.

Aku menatap Dodi dengan rasa tidak percaya. "Kok bisa??"

Dodi tersenyum lebar ke arahku. "Bisa dong, kan dia cewe binal, dan dia yang sengaja bikin rencana supaya kamu kesini sendirian hehehehe."

Kaget aku mendengarnya, jadi rekan - rekan marketingku tidak bisa menemaniku karena mereka memang sengaja merencanakannya, agar aku datang sendirian kesini.

"Lalu kenapa Joyce ingin aku datang kesini sendiriam?" tanyaku dengan gemetar.

Dodi merangkul bahuku dan menatap mataku dengan tatapan mesum. "Supaya bisa kita entot."

"Hahh!!!" Aku tidak percaya dengan yang aku dengar.

"Mau nambahin, dia gak sendirian datang kesini, dia datang sama anaknya," kata Pak Amir menyela obrolan kita.

"Wow ... itu makin bagus hehehe," sahut Dodi.

"Bentar - bentar ... aku sudah punya suami dan tiga anak, kalian mending sama yang lebih muda aja, aku gini - gini sudah tua lhoo." Aku mencoba meyakinkan mereka agar tidak menyentuhku.

Dodi semakin erat merangkulku. "Itu jauh lebih baik Bu, oh yaa kalo boleh tau, umurnya Ibu berapa?"

"Ummm ... 40," ucapku.

Dodi malah semakin kegirangan. "40 itu masih muda sayang, ditambah kapan lagi bisa ngentotin wanita seksi dan cantik yang sudah punya suami dan anak."

Ini orang kayaknya agak kelainan deh. Meski begitu, entah kenapa aku sedikit senang dipuji seperti itu, yang menandakan kalau aku masih menarik di mata pria. Pak Amir tiba - tiba duduk di sampingku, membuatku diapit oleh mereka berdua.

"Kamu harusnya bangga kalo ada pria yang sange sama kamu," kata Pak Amir.

"Hehehehe." Aku cuma bisa ketawa kecil aja.

"Daripada jadi canggung, gimana kalo kita nonton beberapa video yang dibintangi mbak Joyce dulu?" usul Dodi.

Dodi kembali membuka video seks dari Joyce dan memintaku nonton bersama dengan dia dan Pak Amir. Awalnya aku gak begitu minat, tapi suara desahan erotis dari teman kerjaku itu membuat aku jadi penasaran, dan aku berakhir nonton bareng sama kedua pria yang baru aku kenal itu. Video seks-nya Joyce hanya berdurasi 15 menit dan entah kenapa aku malah kecewa.

"Yahh, kok sebentar," keluhku.

"Hehehehe, masih ada satu lagi kok," ucap Dodi.

Dia memutarkan video lainnya, bintangnya juga Joyce, tapi kali ini dia melawan 5 pria, Pak Amir dan Dodi juga ada disitu. Video tersebut berdurasi 35 menit dan cukup membuatku panas-dingin.

"Ya ampun," kataku sambil menutup mulutku dengan kedua tanganku.

"Bagus kan?" Dodi kembali merangkul pundakku. "Dia aja keenakan lhoo, yakin deh Ibu pasti juga suka."

"Ummm ... gimana kalo gak pake kata Ibu? Terlalu formal deh," kataku.

"Hehehe ... tante aja yaa, biar makin sensual," ucap Pak Amir.

Aku tersenyum sambil mengangguk. Tangan Pak Amir mulai meraba - raba pahaku, sementara tangan Dodi menggerayangi punggungku.

"Kamu seksi banget tante," bisik Pak Amir.

Aku menatapnya dengan senyum erotis. "Bisa aja kamu Pak hihihi."

Di sisi satunya, Dodi mulai mendekatkan hidungnya ke leherku yang mulus. "Wangi banget deh tante satu ini."

Mereka berdua perlahan mulai menciumi pipi dan daguku, hembusan nafas mereka membuatku kian terbuai. Aku seketika lupa kalau diriku adalah seorang istri dan mama, aku sepenuhnya menjadi seorang wanita yang ingin merasakan kenikmatan seks.

"Kaosnya dilepas aja yaa," pinta Dodi.

Aku menuruti keinginannya dan kulepas kaosku yang berwarna biru langit. Aku memamerkan tubuh bagian atasku yang tertutup BH hitam.

"Toketnya besar dan kenceng," ucap Pak Amir seraya meremas - remasnya.

"Bener ... toketnya jos." Dodi juga turut meremas payudaraku yang satunya.

Baru sebentar mereka memainkan dadaku, Dodi menghentikan aksinya. "Bentar, aku harus manggil yang lain dulu hehehe."

"Boleh itu. Oh yaa, kita ke lantai 2 yuk, kalo disini nanti kita bisa kepergok," kata Pak Amir sembari menarik tanganku.

Aku nurut aja diajak oleh nasabahku itu. Aku dibawa ke kamar kosong yang ada di lantai 2, dia lalu memintaku menata kardus di lantai yang akan dipakai untuk menyetubuhiku, aku mantuk - mantuk aja dan segera mengambil kardus yang ada di ruang sebelah.

"Oh yaa, anakmu ditelpon dulu sana, bilang kalo survey-nya masih agak lama," perintah Pak Amir kepadaku.

Aku segera membuka HP dan menelpon anakku, dia bertanya aku dimana, dan kujawab masih ada kerjaan dan mungkin masih agak lama, jadi aku memintanya mampir di warung untuk menghabiskan waktu.

"Sip!! Sekarang tunggu yang lain dulu yaa," kata Pak Amir memuji diriku.

Sekitar 5 menit kemudian, Dodi datang bersama dengan 3 pria, aku terkejut melihat mereka yang menatapku secara buas.

"Gak usah tegang begitu tante, santai aja," kata Pak Amir sembari mengelus - elus kepalaku.

"Gila, seksi banget nih cewe, gak percaya kau kalo dia umur 40," kata salah satu pria itu.

"Hey! Kalian perkenalkan diri dulu sebelum ngentot," perintah Dodi.

Mereka satu per satu mulai memperkenalkan diri, dimulai dari yang berkomentar di awal, namanya Joko, lalu seorang pemuda berbadan kurus yang bernama Cepy, dan yang terakhir bernama Angga. Aku juga turut memperkenalkan diriku dan mereka semua menunjukkan gestur sopan kepadaku.

"Nah sekarang tante lepas celananya dong, pengen liat tante cuma make pakaian dalam aja," kata Dodi.

Bagai kerbau yang dicucuk, aku menurut saja diperintah oleh Dodi, kuturunkan celana jeans-ku secara perlahan, dan sekarang aku berdiri di hadapan mereka dengan hanya berbalut BH dan CD hitam.

"Makin seksi aja nih si tante," ujar Joko.

"Perutnya masih kencang juga tuh," celetuk Cepy.

Mereka berlima segera melepas seluruh pakaian mereka, menampakkan tubuh telanjang mereka dengan kulit sawo matang, kontras dengan diriku yang memiliki kulit putih cerah. Perhatianku lalu tertuju kepada batang kemaluan mereka yang perlahan berdiri tegak dengan gagah perkasa.

"Gila, aku bakal disetubuhi dengan batang - batang besar itu??" kataku dalam hati.

"Tante cantik, sekarang kamu pilih mau mainin kontol yang mana dulu," kata Dodi.

Tanpa pikir panjang, aku memilih Pak Amir terlebih dahulu. Aku berjalan ke arahnya, lalu berlutut di depannya, dan penisnya segera kugenggam, gila keras juga. Aku kocok secara perlahan dan kulihat Pak Amir memejamkan matanya menikmati kocokanku, sementara yang lainnya berdiri menonton diriku men-servis pria yang bukan suamiku itu.

"Masukin ke mulut dong, tante," pinta Pak Amir.

Aku menatap penisnya Pak Amir dengan gugup, kujulurkan lidahku ke kepala penis besar itu, dan mulai kujilat. Setelahnya, kubuka mulutku dan perlahan aku masukkan sepertiganya. Agak sulit mengoral penisnya Pak Amir karena ukurannya yang besar, aku juga mulai melakukan gerakan maju-mundur, dan mendapatkan sorakan dari keempat pria lainnya. Baru sebentar kuoral, Pak Amir menghentikanku dan memintaku berdiri.

"Mulut tante enak banget, hampir aja aku keluar," kata PAk Amir.

"Hehehe, makasih," kataku.

Dodi kembali merangkul diriku. "Jadi gini sayang, kita sepakat ngentotin tante sampe kita dua kali keluar, dan sebelumnya, ini tante lagi masa subur gak? kalo lagi masa subur, kita bakal pake kondom plus keluar di luar buat jaga - jaga."

Kalau kupikir - pikir, Dodi ini ramah juga. Aku mengatakan kalo aku sedang tidak dalam masa subur, jadi mereka aman ngeseks tanpa kondom. 

"Sekarang, dilepas tuh pakaian dalamnya," kata Dodi.

Aku melepas pakaian dalamku secara perlahan, dimulai dari BH, lalu lanjut ke CD-ku, tidak ketinggalan mata dari kelima lelaki tersebut menatapku dengan seksama. Aku menjadi orang terakhir yang telanjang bulat di kamar ini.

"Gile ... umur 40 tapi badan gadis perawan," puji Cepy.

"Dapet jackpot kita hari ini," kata Pak Amir.

"Toketnya gak kendor sama sekali, udah gitu gak ada jembut pula memeknya," puji Angga.

"Yok Dod, berikutnya gimana?" tanya Joko.

Dodi memintaku berbaring di lembaran kardus, aku menurut dan berbaring disitu. Kelima pria mesum itu segera meraba tubuh mulus seksiku ini, sentuhan tangan mereka yang kasar membuatku kian horny.

"Ehh, ini sapa yang mau nyobain toketnya?" tanya Dodi.

Kulihat Angga dan Cepy mengangkat tangan mereka, Dodi langsung memberikan lampu hijau untuk mereka dan segera kedua pria itu mengenyot payudaraku dengan tangan dan lanjut mengemutnya seperti bayi.

"Ehh Mir, ambilin tisu dong," suruh Dodi kepada Pak Amir.

"Emang mau buat apaan?" tanya Joko sembari meraba - raba pahaku.

"Buat bersihin toketnya kalo misal mau ada yang kenyot," kata Dodi.

"Lahh, sampe segitunya," timpal Joko.

"Jijik anjirr ada bekas ludah orang lain," balas Dodi dengan ketus.

Pak Amir kembali ke dalam dengan membawakan tisu, dia langsung duduk di sampingku, menaikkan tanganku ke atas kepalaku, dan mulai menciumi ketiakku yang mulus.

"Ni toket udah empuk, kenceng, enak pula," puji Cepy sambil meremas payudara kananku.

"Akkhh ... nyedotnya jangan keras - keras dong," kataku kepada Angga.

"Hehehe, habisnya enak banget ini puting," ucap Angga yang lanjut memainkan payudara kiriku.

Kemudian, aku merasakan ada yang menyentuh vaginaku, saat kutengok, rupanya Dodi yang mulai meraba - raba vaginaku yang terawat.

"Memeknya halus banget ini hehehe. Gak nyangka ini lubang udah ngeluarin tiga anak," ujar Dodi.

Dodi lanjut memasukkan dua jarinya ke dalam liang senggamaku, sementara Joko memainkan klitorisku, yang membuat diriku mulai mendesah. Cepy dan Angga menyudahi permainan tangan dan mulut mereka di payudaraku, dan mereka berdua mengelap dadaku dengan tisu agar bersih dari air liur kedua pria itu. Angga berjalan mendekat ke kepalaku dan dia menyodorkan penisnya kepadaku.

"Diemut dong tante," pinta Angga.

Aku mengabulkan keinginannya dan segera kukulum penisnya yang berurat itu. Pak Amir mengangkangi dadaku, dia meletakkan penisnya diantara kedua payudaraku, kemudian menjepitnya dan mulai memaju-mundurkan.

"Jepitan toketnya mantep cuyy," seru Pak Amir.

"Tante cantik, nama anakmu yang nemenin kamu sini sapa yaa?" tanya Dodi.

Aku mencabut penisnya Angga dari mulutku. "Steven, kenapa yaa?"

Baru saja selesai bicara, Angga langsung menyodokkan kembali penisnya ke mulutku. Dodi mencabut dua jarinya dari vaginaku, dan kurasakan sekarang tiga jari yang mengobok - obok vaginaku.

"Ini memek rapet banget deh," kata Dodi.

"Jadi gak sabar aku nyicipin memek tante tiga anak," celetuk Cepy.

"Oyy Steven, mamamu aku entot yaa," seru Dodi.

Kurasakan kepala penisnya Dodi menyentuh bibir vaginaku. Perlahan penisnya mulai masuk ke dalam liang senggamaku, membuat liang kenikmatan penuh sesak.

"Gilee ... rapet banget," ujar Dodi.

"Mmmmppphhhh." Aku hanya bisa mengeram saja akibat disumpal penisnya Angga.

Perlahan tapi pasti, seluruh penisnya masuk ke dalam liang senggamaku. Tidak habis pikir kenapa aku membiarkan pria bukan suamiku mengisi vaginaku yang bersih dan terawat. Dodi segara melakukan gerakan maju-mundur dengan tempo sedang.

"Akhirnya aku ngentotin tante - tante seksi," ceracau Dodi.

"Habis ini aku oyy," ucap Cepy.

"Beres hehehe," sahut Dodi.

Kalo boleh jujur, aku belum pernah mengalami kenikmatan seks seperti ini, tubuh telanjangku yang terbaring di atas lembaran kardus tengah digarap oleh tiga pria. Angga menggenjot mulutku, Pak Amir menggesek - gesek penisnya di belahan dadaku, dan Dodi menyodok vaginaku. 5 menit kemudian, Dodi mencabut penisnya.

"Tuh sono kalo mau nyoba memeknya," kata Dodi.

"Siap bos-ku," ucap Cepy.

Kali ini penisnya Cepy yang mengisi liang senggamaku. Angga mencabut penisnya dari mulutku, dan Joko langsung menyorongkan penisnya ke dalam mulutku, mereka tidak membiarkan mulutku untuk paling tidak beristirahat sejenak. Setelah Cepy, giliran Pak Amir yang menyetubuhiku, dan kali ini Dodi yang menjepitkan penisnya diantara belahan dada besarku.

"Gimana, enak gak di gangbang kita berlima?" tanya Dodi.

Aku hanya bisa mengangguk dengan pasrah sambil menikmati pesta seks ilegal ini. Mereka semua mengambil giliran untuk bisa merasakan vaginaku, dan setelah semua mendapatkan kesempatan, Dodi meminta untuk menungging.

"Cep, kamu ke dapur, ambil kaleng yang udah aku siapin yaa," kata Dodi.

"Mau ngentotin aku dari belakang yaa," kataku dengan nada menggoda.

"Hehehehe." Dodi hanya tertawa kecil saja.

Aku baru menyadari kalo sedari tadi aku maupun mereka belum ada yang satupun yang orgasme, apakah ini rencana dari Dodi juga. Cepy kembali ke dalam dengan membawa sebuah kaleng berukuran sedang.

"Nah, sekarang kita masuk ke ronde kedua, ini adalah ronde kita bakal main sampe puas, dan aku mau mencoba sesuatu yang nikmat hehehe," kata Dodi.

Dodi menuangkan sebuah cairan dari kaleng itu ke atas pungggungku.

"Itu cairan apa yaa?" tanyaku.

"Minyak goreng bekas hehehe," jawab Dodi.

Aku kaget ketika mendengarnya, dia menuangkan lalu mengolesi tubuhku dengan minyak goreng bekas, keempat pria lainnya juga ikut mengolesi tubuh putih mulusku dengan minyak dari kaleng itu.

"Wihh jadi mengkilat coy," kata Pak Amir.

"Makin seksi nih tante binal," kata Cepy.

"Yuk ambil posisi, ingat ... dua kali yaa, kalo lebih, aku potong kontol kalian hahaha," kata Dodi.

"Serem juga peringatannya si Dodi," kataku dalam hati.

Pak Amir berdiri di belakangku, dia meremas - remas pantat montokku yang licin akibat minyak, kemudian dia menempelkan kepala penisnya di bibir vaginaku dan langsung dia sodokkan sampai mentok semua, sementara Dodi memintaku untuk mengoralnya. Pak Amir menggenjotku dengan cepat, membuat payudaraku bergoyang hebat. Cepy, Angga dan Joko sibuk menggesek - gesekkan penis mereka di punggungku yang mengkilat dan licin karena minyak. 

"Gila, ini memek malah makin rapet, aku jadi gak tahan nih," ceracau Pak Amir.

Hanya dalam hitungan 3 menit, Pak Amir orgasme dan memuntahkan spermanya ke dalam rahimku. Cepy segera menggantikan Pak Amir dan dia langsung menusuk vaginaku yang sudah basah kuyup, dan momen ketika penisnya Cepy masuk semua ke dalam liang senggamaku, aku mendapatkan orgasme pertamaku.

"Kok jadi anget kontolku? Wahh tante orgasme yaa," kata Cepy sembari menampar pantatku.

"Akhirnya orgasme juga si tante seksi ini," ucap Angga sambil meremas payudaraku.

Tidak lama kemudian, Dodi mencabut penisnya dari mulutku dan dia semburkan spermanya ke wajah cantikku. Angga dengan sigap menggantikan Dodi dan dia menyodokkan penisnya ke mulutku. Mungkin baru 7 menit Cepy menyetubuhiku, dia sudah muncrat dan rahimku kembali diisi cairan sperma milik pria asing.

"Ganti gaya yuk," kata Joko.

Angga mencabut penisnya dari mulutku, Joko lalu memintaku berdiri, dia berbaring di atas lembaran kardus, kemudian memintaku menunggangi penisnya. Aku menurunkan pantatku perlahan, kuarahkan penis besarnya yang telag mengacung tegak ke lubang vaginaku, dan batang besar itu masuk dengan mudah ke dalam liang kenikmatanku.

"Gilee, masih sempit aja nih memek, padahal udah dientotin banyak kontol," ceracau Joko.

Aku mulai menggoyang pinggulku dengan lemah gemulai, desahan halus keluar dari mulutku. Dodi kemudian menghampiriku sambil meremas pantatku.

"Tante cantik, boolnya udah pernah dientot belum?" tanya Dodi.

Aku sedikit terbelalak mendengar pertanyaannya. "Belum pernah ... bentar, kamu mau masukin kesitu?"

Dodi mengangguk dengan senyum lebar. Aku menolaknya karena aku belum pernah anal sex dengan suamiku, tapi Dodi meyakinkan kalo ini tidak akan menyakitkan, melainkan nikmat.

"Santai aja tante, aku lumasi dengan minyak, biar licin," kata Dodi.

Dodi memasukkan satu jarinya yang berlumuran minyak ke dalam lubang pantatku. Dia menyodok - nyodokkan jarinya secara perlahan, aku sendiri malah mulai menikmatinya. Dodi kemudian mencabut jarinya, dia mendorong punggungku sampai aku berbaring telungkup di atas badannya Joko. Batang penisnya menempel di liang analku, dan dia mendorongnya secara perlahan masuk ke dalam lubang pantatku yang masih perawan.

"Akhhh!! Sakit!" jeritku.

Rasanya sakit saat benda besar dan keras milik Dodi menyeruak masuk makin dalam ke anusku. Tanpa kusadari, penisnya sudah masuk semua ke dalam pantatku. Dengan perlahan Dodi memaju-mundurkan penisnya di lubang anusku.

"Mantap banget njing, tante - tante dientot kedua lubangnya," ucap Angga.

Ini pertama kalinya aku merasakan Double Penetration, rasanya sungguh bikin melayang, hingga aku kembali mendapatkan orgasmeku, aku mendesah begitu keras menikmati orgasme keduaku.

"Mulutnya nganggur kan? Sini aku masukin kontol aja," kata Pak Amir.

Sekarang semua lubang di tubuhku telah terisi penis, aku benar - benar menjadi pelacur binal. Joko menghentikan genjotannya karena sudah orgasme, Dodi dan Pak Amir mencabut penisnya, kemudian Angga berbaring di lembaran kardus, aku masukkan ke dalam vaginaku, dilanjutkan dengan Dodi dan Pak Amir yang kembali menyarangkan penis mereka di pantat dan mulutku. Digenjot dari tiga arah membuatku kembali orgasme, sungguh kenikmatan luar biasa di gangbang seperti ini.

"Nih tante binal udah keenakan deh," kata Dodi sembari menampar pantatku. 

"Sialan aku mau keluar." Pak Amir mencabut penisnya dari mulutku.

Pak Amir meminta Dodi untuk mencabut penisnya dari pantatku, dia menurut saja dan kurasakan sebuah penis masuk ke dalam liang analku, sepertinya milik Pak Amir.

"Nih makan pejuku," seru Pak Amir yang mendorong penisnya makin dalam ke lubang anusku.

Anusku terasa hangat akibat semburan sperma dari Pak Amir. Dodi lalu meminta yang lain berhenti dan dia usul ganti gaya lagi. Dodi kali ini yang berbaring, aku lalu diminta memasukkan penisnya ke anusku dengan posisi membelakanginya. Setelah penisnya masuk semua ke liang anusku, dia menarik rambut panjangku, membuatku berbaring diatasnya, Angga menyodokkan penisnya ke dalam vaginaku, Cepy menjepitkan penisnya di antara dua gunung kembarku, dan Joko menjejalkan penisnya ke dalam mulutku. Posisi ini membuat diriku bisa digarap oleh empat pria. Aku hanya bisa pasrah menikmati digarap serta digilir oleh mereka berempat dan aku berada di posisi ini sampai selesai.

"Mantep banget cuy, puas aku," kata Angga.

"Gak kalah sama mbak Joyce," ucap Joko.

Aku terbaring di lembaran kardus dengan nafas terengah - engah. Vagina dan pantatku terasa basah akibat sperma, mulutku pegal akibat dijejali penis terus. Mereka kemudian menggotongku menuju ke kamar mandi, aku lalu diceburkan ke dalam bak yang penuh dengan air dan mereka memandikanku untuk menghilangkan minyak yang masih menempel di tubuhku.

"Makasih yaa tante udah mau ngentot dengan kita," kata Dodi.

Aku hanya bisa tersenyum saja saking lelahnya. Mereka lalu menyabuniku dan membasuhku sampai badanku bersih. Aku lalu dibawa ke kamar yang tadi dan kukenakan kembali pakaianku, diikuti oleh mereka.

"Mulut, memek dan bool tante memang yang terbaik," puji Cepy sambil mengacungkan jempolnya.

"Bener itu, terutama boolnya, sempit banget, sampe aku keluar cepet," ucap Angga.

"Ngomong - ngomong, kreditku gimana yaa?" tanya Pak Amir.

"Besok saya hubungi yaa," jawabku.

Aku lalu berpamitan dengan mereka berempat, dan sebelum pergi mereka menampar pantatku bergiliran. Aku segera bergegas menghampiri Steven yang sudah pasti bakal ngomel - ngomel karena menungguku.

"Mama lama banget sih, bosen tau aku menunggu," kata Steven dengan sewot.

"Hehehe, maaf yaa, mama sibuk survey sama ngurus dokumen - dokumen," kataku berbohong kepadanya.

Kami pun segera tancap gas menuju ke rumah. Di sepanjang perjalanan, aku lebih banyak melamun memikirkan apa yang kuperbuat tadi. Tidak kusangka aku bakal melakukan seks gangbang dengan pria yang tidak kukenal, dan parahnya aku malah menikmatinya. Hari senin, aku langsung menghampiri Joyce dan menginterogasinya di kamar mandi. Dia ternyata sengaja membuat rencana agar aku juga turut merasakan seks gangbang seperti yang dia rasakan.

"Kamu gila apa!! Aku udah punya suami dan anak tau!!" kataku dengan sedikit kesal.

"Tapi kamu menikmatinya kan?? Pak Amir juga bilang begitu hehehe," balas Joyce dengan senyuman genit.

Aku seketika terdiam, memang sih aku menikmatinya, tapi tetap saja itu salah. Setelah melalui rapat, permohonan pinjaman kredit dari Pak Amir disetujui, dan Joyce yang kusuruh untuk menghubunginya. Malamnya, aku mendapatkan notifikasi WA dari Pak Amir. Dia mengundangku masuk ke sebuah grup WA, aku entah kenapa malah menerima undangannya. Grup WA tersebut beranggotakan 7 orang termasuk aku. Dua buah pesan lalu masuk di grup.

"Bu Michelle, kapan - kapan kesini bareng yuk hehehe." Pesan tersebut ditulis oleh Joyce.

"Tante, kita menunggumu lhoo, kangen sama tubuh seksimu hehehe." Isi pesan dari Dodi.

Aku geleng - geleng menatap dua pesan teks itu, aku sendiri bingung apa yang harus aku lakukan, dan di satu sisi, vaginaku mulai berkedut - kedut.

Tamat.

Jumat, 21 Juni 2024

Cerita Seks Boneka Teddy Bear yang Aneh part 3

POV mama

Gak terasa hari itu akhirnya tiba, boneka teddy putih pesananku telah tiba. Aku begitu girang saat membawanya ke rumah, dan anakku hanya melongo saja saat melihat mamanya beli boneka baru. Di dalam kamar, aku letakkan boneka teddy baruku ini di samping boneka teddy pertamaku.

"Nah kalian saling kenalan yaa," kataku, "nanti malam kita pesta hihihi."

Aku berjalan keluar dari kamar untuk lanjut pergi karena sudah ada janji dengan teman - temanku. Aku baru balik ke rumah jam 6 sore. 

"Halo Glenn, mama bawain makanan nih buat makan malam," kataku kepada anakku yang sedang asik HP-an di ruang keluarga.

"Yaa," sahutnya.

Kami berdua lalu makan bersama diiringi dengan mengobrolkan hal - hal ringan. Selesai makan, Glenn berjalan menuju ke kamarnya, sementara aku masih di dapur untuk bersih - bersih alat makan. Selesai di dapur, aku lanjut mengecek sekitar rumah, lalu aku merebahkan badanku di atas sofa ruang keluarga.

"Nonton TV dulu deh, sebelum pesta malam nanti hihihihi," kataku dalam hati.

Baru 3 menit-an nonton TV, aku sudah merasa bosan. Acara hari ini jelek - jelek, jadi kuputuskan langsung ke kamar.

"Halo para teddy kesayanganku," sapaku kepada dua boneka teddy yang telah menungguku dengan penis mengacung.

Aku mendatangi mereka seraya melepas satu per satu pakaianku sampai telanjang bulat. Aku lalu berlutut di depan mereka yang duduk di pinggir ranjang, kemudian aku meraba dan menjilati penis mereka yang lembut. Puas meraba dan menjilat, aku mulai mengulum penis mereka berdua dengan wajah mesum. Vaginaku terasa mulai becek, padahal belum tersentuh sama sekali. Aku lalu bangkit dan berbaring di kasur, dan kedua boneka teddy langsung menggerayangi tubuh seksiku. Si teddy coklat meraba - raba area selangkanganku, dan si teddy putih mengelus - elus perut dan payudaraku.

"Ohh yeah, terusin say ...," lenguhku.

Rasanya nikmat sekali diraba - raba oleh dua boneka sekaligus. Si teddy coklat lalu melebarkan kedua pahaku dan memposisikan penisnya tepat di depan liang senggamaku. Dengan dorongan yang perlahan, penis besar itu menerobos lubang kenikmatanku. Di saat yang bersamaan, si teddy putih menyodorkan penisnya ke mulutku. Dalam posisi terbaring, kedua lubangku digenjot oleh dua boneka teddy. Belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini. Belum ada 5 menit, si teddy coklat membalik tubuhku dan memposisikan diriku menungging. Si teddy putih berdiri di depanku dan menyodok mulutku, sedangkan si teddy coklat lanjut menggenjot vaginaku dari belakang. Hanya dalam waktu 6 menit, aku sudah orgasme dua kali. Mereka kemudian berhenti menggenjotku, lalu badanku digeser ke samping. Si teddy putih kemudian berbaring di sampingku, dan memberikan gestur kepadaku untuk menduduki penisnya. Aku beranjak dan dengan gaya binal, mengelus penisnya, kemudian mengangkangi selangkangannya, lanjut aku turunkan pantatku secara perlahan. Penis si teddy putih dengan mudahnya masuk ke dalam lubang vaginaku. Dari belakang, si teddy coklat mendorong punggungku, lalu dia sedikit membuka belahan pantatku. Kemudian, aku rasakan sebuah benda lembut menyentuh lubang anus, dan dengan sedikit dorongan, penis si teddy coklat menyeruak masuk ke dalam anusku. Rasanya sulit untuk dijelaskan saat kedua lubangku dijejali oleh dua penis besar. Kedua teddy itu mulai menyodokku secara perlahan.

"Ohhh shittt ... yang kenceng sayy ...," lenguhku menikmati sebuah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan dalam hidupku.

Penis kedua boneka itu keluar-masuk di vagina dan anusku bagaikan piston mesin mobil. Tanpa terasa, kasurku sampai basah kuyup akibat cairan orgasmeku yang meluber keluar dari vaginaku. Setelah cukup lama, aku menatap ke arah jam dinding, dan betapa terkejutnya diriku saat melihat jam. Tidak kusangka aku di dobel penetrasi selama 15 menit. Kalau diterusin, bisa - bisa vagina dan anusku melar nanti. 

"Udahan yaa, aku capek nih," kataku.

Kedua boneka teddy itu menuruti permintaanku, dan mencabut penis mereka dari kedua lubang kenikmatanku. Aku lalu dibaringkan dengan lemah lembut di ranjang.

"Makasih yaa," ucapku dengan lirih.

Malam itu, aku tertidur dengan pulas. Malam berikutnya, aku juga kembali melakukan persetubuhan panas dengan kedua boneka teddy kesayanganku ini. Saat tengah asik bergoyang di atas penisnya si teddy coklat, HP-ku tiba - tiba berbunyi. Aku raih HP-ku untuk mengecek siapa yang menelpon.

"Ehhh, ternyata papa," kataku.

Aku menghentikan goyanganku dan aku angkat teleponnya. Suamiku berkata kalau dua hari lagi, dia akan pulang ke rumah. Di satu sisi aku senang dia akhirnya pulang, tapi di sisi lain, aku harus memindahkan boneka - boneka ini, karena bakal menuh - menuhin ranjang. Selesai bertelepon dengan suamiku, aku lanjut bersetubuh dengan dua boneka teddy kesayanganku itu. Besoknya, aku memindahkan kedua boneka teddy-ku ke kamar tamu.

"Untuk sementara kalian disini dulu yaa, suamiku pulang hari ini," kataku.

Tidak ada respon dari mereka, maklum lahh, kan mereka cuma boneka. Sorenya, aku menyambut kepulangan suamiku dari luar kota.

"Gimana kerjaannya?" tanyaku.

"Lancar semua," jawabnya.

"Papa mandi dulu aja, biar mama yang urus koper," kataku.

"Okee," sahut suamiku, "ngomong - ngomong, Glenn dimana?"

"Dia lagi pergi nonton sama temen - temennya," jawabku.

Suamiku hanya mengangguk, lalu dia berlalu menuju ke kamar. Ketika suamiku sedang mandi, entah kenapa aku ingin ikut mandi sama dia. Sudah lama sekali kita tidak mandi bareng. Aku lalu melepas semua pakaianku, kemudian aku nyelonong masuk ke kamar mandi.

"Aku ikut mandi yaa," kataku.

"Yaaa," jawab suamiku.

Aku iseng - iseng melirik ke arah selangkangannya, ternyata sama sekali tidak ada reaksi. Aku pikir dia akan terangsang melihat body seksi istrinya. Apa dia sudah bosan sama aku yaa? Aku ingat ketika kita masih muda, setiap kali mandi bersama, pasti kita akan main satu ronde. Memikirkannya membuat vaginaku jadi berkedut. Kami berdua lalu lanjut makan malam. Kita mengobrolkan beberapa hal, mulai dari kabar anak - anak kita, sampai kerjaannya suamiku. Kemudian kita lanjut nonton TV dengan suasana monoton. Suamiku lebih banyak melihat HP-nya karena dihubungi oleh rekan kerjanya, sedangkan diriku lebih fokus ke TV. Entah kenapa aku malah jadi kangen dengan kedua boneka teddy kesayanganku itu. Sekitar jam 9, aku dan suamiku masuk ke dalam kamar.

"Aku mau tidur lebih awal, capek," kata suamiku.

"Okee deh, aku juga mau tidur lebih awal," ucapku.

Sekitar jam 9.40, aku terbangun karena merasa gelisah.

"Kenapa yaa aku gak bisa tidur malam ini?" kataku dalam hati.

Aku lalu teringat karena hari ini aku tidak melakukan hal terlarang dengan dua boneka teddy-ku. Ingin rasanya disetubuhi oleh mereka berdua, tapi sekarang suamiku sedang ada di rumah. Aku mencoba untuk menahan nafsuku dengan kembali tidur. 10 menit berlalu, vaginaku malah jadi kian gatal. Aku lalu terbangun dari ranjangku dan kulirik suamiku sejenak.

"Sepertinya dia sudah tertidur," kataku dalam hati.

Aku lalu berjalan mengendap - endap keluar dari kamar. Ketika sudah di luar kamar, aku juga melirik ke arah kamarnya Glenn, untuk berjaga - jaga. Aku akhirnya tiba di depan pintu kamar tamu, dan perlahan aku membukanya. Kulihat kedua boneka teddy kesayanganku tengah terbaring diam.

"Halo teddy - teddy kesayanganku," ucapku dengan lirih.

Tidak ada respon ataupun pergerakan dari mereka berdua. Apa mereka sedang tertidur yaa. Aku lalu mendekati mereka sambil melepas gaun tidurku. Dengan tubuh tanpa busana, aku duduk di sampingnya si teddy coklat seraya mengelus - elus tangannya. Si teddy coklat mulai memberikan reaksi dengan menggerakkan tangan kirinya. 

"Wihh, sudah bangun yaa," kataku, "tolong setubuhi aku yaa, vaginaku gatal banget nih."

Si teddy coklat tiba - tiba merangkul tubuhku dan menarikku untuk berbaring telungkup di atasnya. Si teddy putih terbangun dan dia meraba - raba bongkahan pantatku. Aku mencoba menahan desahanku, takut membangunkan suamiku atau anakku. Si teddy coklat lalu memutar badanku, membuat wajahku berada di depan penisnya yang telah mengacung tegak. Aku langsung tau kalau si teddy coklat ingin melakukan seks dengan posisi 69. Aku raih penis besarnya dan kumasukkan setengahnya ke dalam mulutku. Dari belakang, si teddy putih dan teddy coklat mengelus - elus vagina dan lubang anusku. Meski mereka tidak bisa melakukan jilatan, tapi rabaan mereka sudah sangat nikmat, membuat vaginaku cepat becek. Setelah cukup lama mengulum penis si teddy coklat, si teddy putih menarik badanku dan memposisikan diriku menungging. Dia lalu menyodorkan penisnya ke mulutku, dan langsung aku lahap dengan penuh nafsu. Dari belakang, si teddy coklat menjejali vaginaku dengan penisnya. Badanku bergoyang ke depan dan ke belakang akibat sodokan dari kedua boneka teddy kesayanganku ini. Rasanya nikmat sekali bisa menikmati dua penis sekaligus. Tiba - tiba, terbersit sebuah ide gila dimana aku ingin merasakan tiga penis sekaligus. Berarti aku harus beli boneka teddy lagi nih hihihihi. Persetubuhan kita lanjut ke gaya WOT. Aku menduduki penisnya si teddy coklat, sedangkan si teddy putih berada di belakang menyodok lubang pantatku. Aku melenguh keenakan digenjot dari belakang, membuatku seperti dibawa terbang ke angkasa. Karena takut ketahuan, aku tidak berlama - lama ngeseks sama mereka berdua. Aku segera berpakaian lagi dan kembali ke kamar dengan vaginaku masih basah kuyup. Setibanya di kamar, aku ngacir ke kamar mandi untuk membersihkan badanku, biar suamiku gak curiga. Aku akhirnya bisa tidur dengan nyenyak setelah vaginaku diobok - obok oleh kedua boneka teddy itu. Pagi harinya, aku melamun di ranjangku memikirkan apa yang telah kulakukan kemarin malam. Sepertinya aku benar - benar sudah ketagihan dengan penis mereka berdua, dan tidak bisa tidur nyenyak, jika belum disodok oleh kedua boneka itu. Malam kembali datang, dan aku kembali melakukan hal yang sama seperti kemarin malam. Semua lubangku kembali dijejali oleh penis kedua boneka tercintaku itu.

"Ohhh yeahhh, terus sayang ...," desahku saat kembali di dobel penetrasi oleh si teddy coklat dan putih.

Aku disetubuhi oleh mereka berdua selama 30 menit, setelahnya aku kembali ke kamar, mandi sebentar, lalu tidur dengan nyenyak. Esok paginya, suamiku berpamitan untuk pergi ke luar kota lagi.

"Hati - hati di jalan yaa," kataku sambil mencium pipinya.

"Maaf yaa aku harus pergi lagi," ucap suamiku.

Dia kemudian masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan rumah ini. Tak berselang lama, Glenn juga berpamitan denganku karena mau pergi kuliah. Setelah Glenn pergi, tinggallah aku sendiri di rumah. Entah kenapa aku malah senang, karena bisa bermesum ria dengan kedua boneka tercintaku itu. Aku masuk ke dalam rumah, lalu kulepas semua pakaianku dan aku lempar secara acak. Aku masuk ke dalam kamar tamu, lalu kubawa kedua boneka teddy-ku ke dalam kamarku.

"Yuk kita main sepanjang siang, mumpung aku libur hihihihi," kataku.

Selama 1 jam lamanya, aku digenjot secara buas oleh kedua bonekaku itu. Mulut, vagina dan anusku dijejali bergantian oleh penis mereka berdua. Setelah 1 jam, aku beristirahat sejenak, biar aku gak pingsan akibat keenakan. Di sela - sela istirahat, aku menghubungi temanku untuk memesan boneka teddy lagi. Tidak pakai lama, temanku malah menawariku untuk ke apartemennya.

"Hahh?? Buat apa?" tulisku di pesan WA.

"Udah, kamu dateng aja besok," tulisnya.

Aku malah jadi penasaran kenapa dia malah memintaku datang ke apartemennya. Kuletakkan HP-ku di meja, lalu aku lanjut bersetubuh ria bersama dengan dua boneka teddy itu. Sungguh pemandangan yang aneh, melihat seorang ibu tiga anak berumur 43 tahun tengah disetubuhi oleh dua boneka teddy berukuran besar.

Bersambung....

Jumat, 14 Juni 2024

Cerita Seks Remote Pengendali Pikiran part 1

Aku adalah seorang murid SMA kelas 12 bernama Will. Udah gitu aja, gak ada tambahan lain. Ceritanya, teman dekatku memperkenalkan sebuah alat aneh yang dia sebut sebagai remot pengendali pikiran.

"Masak beneran ini bisa ngendaliin pikiran?" kataku.

"Wahh, gak percaya nih anak," ucap Joni, temanku, "nanti pulang sekolah ikut aku."

"Kemana?" tanyaku.

"Buat buktiin kehebatan nih alat," jawabnya.

"Oke deh," sahutku.

Jam menunjukkan pukul 1 siang, menandakan jam sekolah telah usai. Joni langsung mengajakku mengambil motor di parkiran sekolah.

"Kita mau kemana?" tanyaku.

"Kamu cukup ikut aku aja," jawab Joni.

Aku nurut aja dan ngikut si Joni yang berkendara cukup cepat. Setelah berkendara cukup jauh, kami tiba di sebuah area perumahan yang pernah aku kunjungi beberapa kali. Joni lalu memberhentikan motornya di depan rumah teman sekelas kami, Budi.

"Ngapain kita kesini?" tanyaku.

"Buat menguji alatku ini lahh. Gimana sih kamu," ucap Joni.

Joni kemudian menekan bel rumahnya Budi, dan tidak pakai lama, mamanya membukakan pintu pagar. 

"Halo Joni, Will. Kalian mau ketemuan sama Budi yaa?" tanya mamanya.

"Iya Tante, udah di rumah belum?" tanya Joni.

"Tadi dia bilang ada tugas kelompok dan pulangnya sekitar jam 4," jawab mamanya Budi, "gimana? Mau nunggu atau nanti balik lagi?"

"Nunggu aja deh. Kalo balik lagi nanti endingnya kelupaan lagi hehehe," jawab Joni.

"Okee, sini masukin motor kalian ke dalam rumah tante," kata mamanya Budi.

Mamanya Budi bernama tante Reni, umurnya sekitar 42 tahun. Meski sudah kepala 4, tante Reni masih terlihat awet muda dengan badannya yang langsing dan terlihat masih kencang. Joni sangat suka menatap tante Reni. Maklum, dia emang anak yang mesum. Kalau aku jujur juga tertarik dengan mama dari temanku ini, tapi gak pernah berpikir yang aneh - aneh. Tante Reni kemudian mempersilahkan kami duduk di ruang tamu, sementara dia berjalan masuk ke dalam untuk mengambilkan minum.

"Hehehehehe." Joni tertawa cengengesan seraya mengeluarkan alat anehnya itu. "Setelah ini pertunjukan dimulai."

Tante Reni datang kemari dengan membawakan tiga gelas minuman. Setelah selesai menghidangkan minuman di meja tamu, Joni memencet tombol di alatnya itu, dan seketika, tante Reni berdiri tegak dengan wajah tersenyum.

"Ehh!? Kok tiba - tiba diem aja??" kataku.

"Berkat alatku ini hehehe," ucap Joni, "nah sekarang liat ini ...."

Joni bangkit berdiri, kemudian dia mendekati tante Reni. Joni meraba tangan kirinya tante Reni, setelah itu dia mengelus pipinya yang mulus.

"Ehh!? Gila kamu Jon!!" seruku yang terkejut melihat kelakuan dari temanku itu.

"Kan ini yang mau aku tunjukkin ke kamu," kata Joni, "dan sebenernya ini masih awal banget lhoo."

Joni kemudian meremas payudaranya tante Reni yang berukuran cukup besar. Wajahnya si Joni jadi mesum banget menikmati kelembutan dari payudara mama dari temannya itu. Tante Reni kulihat juga menikmati dimesumin oleh teman dari anaknnya.

"Nah sekarang lihat ini," ucap Joni, "Tante, tolong buka bajunya dong."

Aku melongo dengan terkejut ketika melihat tante Reni membuka bajunya tanpa rasa malu. Dimulai dari kaos birunya, lalu celana pendeknya, dilanjutkan dengan BH dan CD putihnya. Sekarang tante Reni berdiri tanpa busana di hadapan kita, teman - teman anaknya.

"Kok bisa???" kataku.

"Jelas bisa dong, kan berkat alatku ini," kata Joni, "alat ini berfungsi mengendalikan pikiran orang hehe."

"Trus, mau kamu apain tante Reni?" tanyaku.

"Yaa dientot lahh," jawab Joni dengan vulgar, "kapan lagi bisa ngentotin tante - tante cantik kayak gini."

"Bajing!! Kamu gila apa!! Masak mama temen sendiri dientot!!" seruku.

"Halah, emangnya kamu gak kepengen? Aku tau kamu juga sering membayangkan ngentotin tante Reni," ucap Joni.

Kalau mau jujur, aku memang suka membayangkan yang aneh - aneh kalau bertemu dengan mamanya Budi, tapi aku tidak menduga bakal jadi seperti ini. Joni kemudian menjilati leher, wajah dan punggungnya tante Reni dengan penuh nafsu. Tante Reni terlihat menikmati tindakan mesum dari temanku itu. Joni lalu menurunkan celana panjangnya, diikuti dengan menurunkan celana boxer-nya.

"Kocokin kontolku dong," pinta Joni.

Tante Reni menuruti permintaan dari si Joni, dan dia pun langsung berlutut di depannya Joni. Tante Reni mengocok kontolnya Joni dengan lembut.

"Ohh, enak banget Tante," desah Joni.

Selangkanganku terasa sesak ketika melihat adegan tidak senonoh ini.

"Ayo, lepas celanamu juga. Masak aku doang," ucap Joni.

"Yaa ampun ...." Aku menepuk dahiku dengan segala keanehan ini.

Pada akhirnya, aku juga turut melepas celana sekolahku, menampakkan kontolku yang sudah mengacung dengan keras.

"Nah, itu kamu juga ngaceng," kata Joni, "dah ayo sini, biar dikocokin sama tante Reni."

Aku bangkit berdiri, lalu kudekati tante Reni yang masih asik mengocok kontolnya Joni. 

"Nah, sekarang Tante gantian ngemut kontolku dan kontolnya Will," perintah Joni.

Tante Reni mengangguk dan dia langsung memasukkan kontolnya Joni ke dalam mulutnya, sementara kontolku dielus perlahan dengan tangannya yang lembut. Setelahnya, tante Reni memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Rasanya benar - benar wow sekali, kontolku terasa hangat berada di dalam mulut mama dari temanku itu.

"Gimana, enak kan?" kata Joni.

Aku hanya mengacungkan jempolku saja, saking keenakan menikmati servis dari Tante Reni. Selama 5 menit berikutnya, tante Reni bergantian mengulum kontol kita berdua.

"Sekarang Tante berdiri," perintah Joni.

Tante Reni menuruti perintahnya Joni, lalu Joni membalik badannya tante Reni, membuatnya membelakangi temanku itu. Joni lalu mendorong punggungnya tante Reni hingga dia membungkuk 90 derajat. Joni kemudian berlutut dan dia mengelus pantat montoknya tante Reni. Aku berinisiatif ke depan untuk memainkan payudaranya yang berukuran sedang, tapi masih kencang.

"Wihhh gila! Memeknya masih rapet," kata Joni.

"Toketnya juga kenyel dan kenceng," ucapku.

Aku yang mulai dikuasai oleh nafsu, mengenyot dan melahap toket dari mama temanku sendiri. Aku iseng melirik Joni, dan kulihat dia sedang asik menjilati vaginanya tante Reni yang berbulu tipis.

"Wahh sipp, udah basah. Saatnya eksekusi hehe," ujar Joni.

Joni mengarahkan kontolnya ke memeknya tante Reni, dan kulihat dia memasukkan kontolnya secara perlahan. Aku bisa mendengar tante Reni mendesah pelan.

"Udah main masukin aja," kataku.

"Iya dong hehehe," sahut Joni, "ngomong - ngomong, ini memek enak banget cuk. Udah sempit, hangat, legit pula."

"Wahhh, jadi pengen nyobain nih aku," ujarku.

"Kamu nyodok mulutnya lagi aja deh, biar makin hot suasananya," kata Joni.

"Oke deh," sahutku.

Aku bangkit berdiri, lalu kuarahkan kontolku ke mulutnya tante Reni.

"Emut kontolku yaa," pintaku.

Tante Reni segera membuka mulutnya yang mungil, kemudian aku sorongkan kontolku masuk ke dalam mulutnya. Gerakan maju-mundur dari si Joni membuatku tidak perlu melakukan gerakan menyodok.

"Habis ini aku mau ngerasain memeknya yaa," ucapku.

"Wokeee," sahut Joni, "akhirnya kamu menikmati juga yaa hehehe."

"Hehehehe." Aku hanya menanggapinya dengan tawa malu.

8 menit kemudian, Joni mengerang tertahan. Sepertinya dia akan muncrat.

"Bangsat!! Enak banget cok!!" seru Joni.

Dia mencabut kontolnya dari memeknya tante Reni, lalu dia semburkan di atas punggung mulusnya tante Reni. Joni kemudian terduduk di sofa tamu.

"Tuh kamu cobain deh memeknya, aku jamin enak," kata Joni.

"Wokee," sahutku.

Aku mencabut kontolku dari mulutnya tante Reni, kemudian aku memposisikan tante Reni menungging di lantai. Aku lalu mengarahkan kontolku ke memeknya tante Reni yang sudah basah kuyup, dan dengan sekali dorong, kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek dari mama temanku.

"Bener Jon, memeknya sempit banget," ucapku.

"Mungkin tante Reni jarang disentuh sama papanya Budi," celetuk Joni.

"Bisa jadi sih," kataku.

Baru sebentar kugenjot, tante Reni mengerang cukup keras.

"Itu tandanya dia mau orgasme bro," kata Joni.

Kontolku terasa hangat akibat disiram cairan cinta yang disemburkan oleh tante Reni. Aku diamkan sejenak kontolku, memberikan kesempatan bagi tante Reni menikmati orgasmenya, meskipun aku tidak yakin kalau dia benar - benar menikmatinya, mengingat dia saat ini tengah dikendalikan lewat alatnya Joni. Aku kemudian lanjut menggenjot tante Reni seraya meremas pantatnya yang montok itu. Joni kemudian bergabung denganku dan dia mengenyot toket montoknya tante Reni. Tak terasa waktu telah lewat 6 menit, dan kurasakan aku juga mau muncrat. Aku cabut kontolku dari memeknya tante Reni, lalu aku gesek - gesekin di belahan pantatnya. Aku semburkan spermaku di bongkahan pantat mulusnya tante Reni, kemudian aku terduduk di lantai, sedangkan tante Reni masih setia menungging. Joni kemudian membelakangi tante Reni, lalu dia tusukkan kontolnya ke dalam memeknya tante Reni. Temanku yang mesum itu kembali menyetubuhi mama dari teman kita itu.

"Seandainya bisa ngentotin tante Reni seharian hehehe," kata Joni.

"Matamu!" timpalku.

Baru sekitar se-menit Joni menggenjot tante Reni, dia mencabut kontolnya dan duduk di sampingku.

"Kontolmu udah siap belum?" tanya Joni.

"Kenape emang?" tanyaku balik.

"Aku mau mencoba sesuatu, tapi aku membutuhkan dirimu," kata Joni.

"Bentar, beri aku waktu satu menit lagi. Biar kontolku bisa ngaceng maksimal," ucapku.

Satu menit kemudian, kontolku telah siap tempur. Joni memintaku berbaring di sofa, kemudian menyuruh tante Reni untuk menduduki kontolku. Tante Reni memposisikan memeknya di atas kontolku yang mengacung tegak, lalu dia turunkan pinggulnya dan kontolku tenggelam ke dalam memeknya secara perlahan. Tante Reni kemudian mulai menggoyang pinggulnya dengan binal, membuatku merem melek saking nikmatnya. Joni kemudian berlutut di belakangnya tante Reni, lalu dia mendorong sedikit punggungnya.

"Kamu mau ngapain?" tanyaku.

"Mau ngentotin boolnya hehehe," jawab Joni.

"Ehh!? Gila kamu. Masak tante Reni mau di-DP," kataku.

"Kapan lagi kita bisa men-dobel penetrasi tante Reni hehehe," ucap Joni.

Joni kulihat mengalami kesulitan saat memasukkan kontolnya ke dalam lubang anusnya tante Reni. Aku perhatikan tante Reni meringis menahan sakit dan nikmat akibat kedua lubangnya kita sodok bersamaan. Aku dan Joni menggenjot tante Reni bagaikan piston mesin. Memeknya terasa lebih sempit akibat anusnya dijejali kontolnya Joni.

"Bajingan!! Rapet banget nih bool!" seru Joni.

"Memeknya juga jadi makin rapet, udah gitu desahannya makin kenceng juga," ujarku.

Tante Reni kian binal dalam menggoyang pinggulnya, dan dia kembali mendapatkan orgasme dahsyat. Tanpa terasa sudah 7 menit berlalu, aku merasa akan segera muncrat.

"Bro, aku perlu berdiri nih. Kontolku mau muncrat lagi," kataku.

"Oke deh," sahut Joni.

Joni mencabut kontolnya dari lubang pantatnya tante Reni, lalu kuangkat badan dari mama temanku itu. Joni kali ini yang berbaring di sofa, diikuti dengan tante Reni yang memasukkan kontolnya Joni ke lubang memeknya. Aku mengocok kontolku di depan wajahnya tante Reni, lalu kusemburkan spermaku ke wajahnya yang cantik.

"Puas banget aku," kataku.

"Habis ini aku juga mau muncrat," ujar Joni, "tante nungging yaa."

Tante Reni menurut dan dia menungging membelakangi Joni. Temanku itu menancapkan kontolnya ke anusnya tante Reni, lalu dia semburkan spermanya ke dalam pantatnya.

"Enak banget cok," kata Joni.

Tante Reni ambruk di sofa, sementara kami terduduk di sofa dengan wajah puas.

"Sebenarnya aku masih pengen ngentotin tante Reni, tapi sebentar lagi Budi pulang," kata Joni.

"Lhaa trus tante Reni gimana? Dia masih terbaring telanjang gitu," kataku.

"Kita mandiin dulu lahh, kalo gak bisa curiga dia nanti," ucap Joni.

Aku dan Joni membopong tante Reni ke kamar mandi yang ada di kamarnya, lalu kami nyalakan shower yang mengguyur tubuh kami bertiga.

"Anjrit, liat body-nya yang basah, bikin aku ngaceng lagi," ucap Joni.

"Woyy!! Jangan!! Bisa mati kita kalo sampe kepergok Budi," ucapku.

"Ohh iyaa, makasih udah nyadarin aku hehehe," kata Joni.

"Dasar ...." Aku menepuk dahiku.

Kami membersihkan area selangkangannya tante Reni untuk menghapus jejak dari persetubuhan yang tadi kita lakukan. lanjut menyabuni badannya untuk menghilangkan bau keringat dan lendir. Setelahnya, kami membawanya kembali ke ruang tamu, dan Joni meminta dia memakai kembali pakaiannya.

"Okee, sekarang aku akan mengembalikan tante Reni ke kondisi semula, dan dia akan berpikir bahwa kita sudah mengobrol selama 1 jam," kata Joni.

"Bisa gitu yaa," ucapku.

"Bisa dong," sahut Joni, "memori adalah sesuatu yang mudah untuk dimanipulasi."

Setelah Joni menekan tombol di alatnya, tante Reni seperti tersadar kembali.

"Ehh, udah mau jam 4 yaa," kata tante Reni.

"Iya hehehe," sahutku.

"Kalian mau makan gak? Tante ada lauk sama nasi," tanya tante Reni.

"Gak usah Tante hehehe," tolak Joni dengan halus.

Setelah mengobrol selama beberap menit, Budi akhirnya tiba di rumah dengan wajah lelah.

"Lahh?? Ngapain kalian berdua disini? Mau liat PR-ku??" kata Budi.

"Wooo, iya dong," jawab Joni seraya mengacungkan jempolnya.

Aku hanya bisa geleng - geleng, sedangkan tante Reni tertawa renyah. Hebat juga si Joni bisa cari - cari alasan yang pas. Setelah kita melihat - lihat sekilas PR-nya Budi, kita berpamitan dengan Budi dan mamanya.

"Silahkan datang lagi yaa," ucap tante Reni.

"Pasti dong," sahut Joni dengan penuh maksud.

Aku dan Joni lalu berpisah dan kembali ke rumah masing - masing, karena aku sudah terlalu lelah untuk lanjut ngobrol dengan Joni soal alat anehnya itu. Besoknya, ketika istirahat pertama, aku menemui Joni untuk membahas apa yang terjadi kemarin.

"Beneran tante Reni gak akan curiga?" tanyaku sedikit cemas.

"Santai aja, tante Reni gak akan ingat apapun. Paling badannya doang yang pegel - pegel," jawab Joni dengan santai.

"Emang sih enak, tapi aku jadi merasa bersalah sama Budi," ucapku.

"Kan gak tiap hari kita entotin," ujar Joni, "paling sebulan dua kali hehehehe."

"Matamu!!" seruku.

"Ohh yaa, besok ikut aku lagi yaa hehehe," kata Joni.

"Kamu mau ngentotin sapa lagi coba," kataku dengan mata memicing.

"Tante Lita, mamanya Edo," ucap Joni.

"What!!! Gila bener kamu," kataku dengan mata terbelalak.

"Tuh mamanya Edo bener - bener cantik dan seksi bro. Kapan lagi coba bisa ngentotin hot milf kayak gitu," ujar Joni dengan ekspresi mesum.

"Ssshhh!! Jangan keras - keras bangsat!" Aku menegurnya dengan uara lirih.

"Heheheheh, maaf," ucap Joni, "yang penting kamu besok harus ikut."

"Hahh ... yaa udah deh," ucapku sambil menepuk dahiku.

Sejujurnya aku juga penasaran dengan body-nya tante Lita. Meski umurnya sudah 40-an, tapi dia gak kalah sama gadis - gadis model majalah dewasa atau gadis yang ada di JAV hehehe. Jadi gak sabar menantikan hari esok. Besoknya, ketika pulang sekolah, aku dan Joni langsung menuju ke rumahnya Edo. Kita sudah memastikan kalau Edo akan pulang sore karena sedang ikut latihan sepak bola. Rumahnya sendiri berada di area perumahan elit, maklum papanya pengusaha. Setibanya di rumah, aku memencet bel berharap tante Lita ada.

"Lhoo? Joni ... Will?? Mau ketemu sama Edo yaa?" tanya tante Lita menyambut kami.

"Iya, ada gak yaa?" tanya Joni.

"Kayaknya dia pulang sore lagi deh," jawab tante Lita.

"Yahhhh ...." Joni berpura - pura kecewa.

"Kalian mau masuk dulu gak? Atau kalian balik lagi kesini sore nanti?" tanya tante Lita.

"Kita balik besok aja deh, sore mungkin kita gak bisa," jawab Joni.

"Oke deh, nanti tante sampaikan ke Edo yaa," kata tante Lita.

Joni berpamitan dengan tante Lita, diikuti dengan diriku yang masih kebingungan. Joni lalu memberikan kedipan mata kepadaku dan aku ngikut aja naik ke motor masing - masing. Setelah kita berkendara sekitar 5 meter dari rumahnya tante Lita, Joni memintaku berhenti. Dia lalu mengeluarkan alat anehnya dari saku celana.

"Nah sekarang waktunya," kata Joni seraya menekan tombol di alatnya.

"Bentar, aku masih bingung," ucapku.

"Pas basa - basi tadi, aku diam - diam mengarahkan alatku ke tante Lita. Setelah itu aku bikin skenario kita gak akan mampir, tapi sekedar bertanya lalu pulang ketika tante Lita bilang Edo gak ada di rumah," ujar Joni.

"Nih anak pinter juga kalo urusan beginian," kataku dalam hati.

"Yuk, kita kembali ke rumahnya Edo," ajak Joni.

Kita kembali ke depan rumahnya Edo, lalu Joni berkata, "Tante, bukain pintu gerbangnya dong."

Tiba - tiba, pintu gerbang terbuka dan tante Lita hanya tersenyum diam menatap kita. Aku dan Joni memasukkan motor kami ke dalam rumahnya Edo. Sebelum masuk ke rumah, aku menyetop Joni.

"Bentar, di rumah ini ada cctv lhoo," ucapku, "kita masuk aja udah terekam cctv, jelas gak mungkin kita bisa ngentot sama tante Lita."

"Santai, aku sudah tau masalah cctv di rumah ini," kata Joni, "aku sudah menyiapkan alat untuk memanipulasi rekaman cctv."

"Gila, kamu benar - benar seperti penjahat profesional aja," kataku.

"Pertama, kita masuk dulu," kata Joni.

Joni menggandeng tante Lita menuju ke garasi, kemudian dia mengeluarkan alat lainnya dari dalam tas-nya.

"Bentar, aku retas dulu cctv di ruang keluarga dan area kolam renang," ucap Joni seraya mengutak - atik alat anehnya itu.

Sembari menunggu si Joni, aku iseng membelai lengannya tante Lita yang begitu lembut, lanjut menyundul - nyundul payudaranya yang besar dan bulat.

"Okee, sudah," ucap Joni, "kita cuma punya waktu 2 jam."

Aku dan Joni lalu membawa tante Lita ke area kolam renang yang ada di halaman belakang rumah. 

"Sekarang waktunya pertunjukan hehehehe," kata Joni dengan tatapan mesum.

Kami berdua menelanjangi tante Lita sampai menyisakan BH dan CD di badannya, kemudian aku dan Joni melepas pakaian kami hingga telanjang bulat.

"Kamu duduk di kursi santai tuh, biar disepong sama tante Lita," ucap Joni.

"Wokee," sahutku.

Aku lalu duduk bersandar dengan kontol mengacung. Tante Lita berlutut di depan kontolku, dan dia mengocok perlahan kontolku dengan tangannya yang lembut. Tante Lita juga mengocok kontolnya Joni yang berdiri di samping kanannya.

"Ohhh yeahh, enak banget tante ...," racau Joni.

"Ayo emutin kontolku dong," pintaku.

Tante Lita menuruti permintaanku dan dia langsung memasukkan kontolku ke dalam mulutnya sampai setengahnya. Tante Lita memaju-mundurkan mulutnya seperti seorang profesional dalam urusan seks.

"Kayaknya tante Lita sering nyepong suaminya deh hahahaha," ucap Joni.

"Kalo misal dalam kondisi sadar, pasti kita bakal dibuat kewalahan sama tante Lita," kataku.

"Bisa jadi hehehe," sahut Joni.

Tak berselang lama, Joni juga minta diemut kontolnya, dan tante Lita bergiliran menyepong kami berdua. Kemudian, Joni memintaku berdiri, dan dia menyuruh tante Lita untuk berbaring di kursi santai itu. 

"Sekarang kamu cobain tits fuck yaa," kata Joni.

"Wokee," sahutku, "pasti enak dijepit pake dua toket besar itu."

Aku mencari posisi yang enak untuk melakukan tits fuck, dan setelah mendapat posisi enak, aku jepit kontolku dengan kedua toket kenyalnya tante Lita. Di tempat lain, Joni memasukkan kontolnya ke dalam mulutnya tante Lita.

"Gila, enak banget cuk!" seruku.

"Habis ini aku juga mau nyobain," ucap Joni.

Melewati 5 menit, aku menghentikan aktivitasku karena aku gak mau keluar lebih dulu. Joni lalu berada di posisiku dan dia langsung keenakan menikmati jepitan toket dari mama teman kita. Aku sekarang berada di depan memeknya tante Lita yang bersih tanpa jembut. Aku korek - korek memeknya sambil kumainkan klitorisnya.

"Ehh, bro, mau gak nyoba ngentotin tante Lita di kolam renang?" tanya Joni.

"Boleh," sahutku.

Joni kemudian berdiri dan meminta tante Lita menceburkan dirinya ke kolam renang, diikuti oleh kami berdua. Aku dan Joni menggerayangi tubuhnya tante Lita yang berada di bawah permukaan air. Kedua toketnya terlihat seperti mengapung di permukaan air, membuat kami semakin sange.

"Ini toket gemesin banget deh," kata Joni sembari meremas - remas toket kirinya tante Lita.

"Yuk, kita eksekusi, udah becek nih," kataku yang asik menyodok - nyodok memeknya tante Lita dengan tiga jari.

Aku mengambil posisi duduk di pinggir kolam renang, tante Lita menaikkan sedikit badannya dan dia mengulum kontolku yang basah. Dari belakang, Joni sedikit menaikkan pinggulnya tante Lita, lalu dia sodok memeknya dari belakang.

"Rasanya enak banget ngentot di kolam renang," kata Joni.

"Anjay ... habis ini aku yaa," ucapku.

"Beres," sahut Joni.

4 menit kemudian, kami bertukar posisi. Aku langsung menyodok memeknya tante Lita yang licin.

"Anjirrr! Sempit banget nih memek," kataku.

"Memeknya aja sempit, apalagi boolnya," ujar Joni.

"Yaa udah, habis ini kita sandwich nih body," kataku.

Baru beberapa kali genjotan, badannya tante Lita bergetar, menandakan dia akan orgasme. Benar saja, kontolku terasa disiram cairan hangat dari memeknya tante Lita.

"Udah orgasme yaa?" tanya Joni.

"Iyapp," sahutku.

"Yaa udah, kita istirahatin bentar," kata Joni.

Kami menaikkan tante Lita ke pinggir kolam renang dan membiarkan dia berbaring sejenak disitu. 1 menit kemudian, Joni meminta tante Lita masuk kembali ke kolam renang, lalu aku mengambil poisi di depan, dan Joni di belakang. Aku angkat kaki kanannya lalu kusodok memeknya. Dari belakang, Joni menyodok lubang analnya tante Lita, dan itu membuat memeknya jadi makin sempit.

"Sempit banget nih bool," ucap Joni, "langsung entot aja deh, mumpung licin hahaha."

Kontol kami bergantian keluar-masuk seperti piston mesin. Tante Lita mendesah dengan binal akibat genjotan yang kita berdua lakukan. Beberapa menit berlalu, aku kembali merasakan cairan hangat membasahi kontolku.

"Gilaa, udah orgasme lagi nih," kataku.

"Jelas dong," ucap Joni, "semua cewe pasti orgasme berkali - kali kalo digenjot dari depan-belakang."

"Ehh, habis ini gantian," kataku.

"Wokehhh," sahut Joni.

Setelah lewat 3 menit, kami bertukar posisi. Aku berada di belakang menyodok lubang anusnya tante Lita, sedangkan Joni menusuk lubang memeknya. Di dekat pinggiran kolam renang, kami bertiga terlibat persetubuhan haram antara seorang wanita paruh baya dengan teman - teman anaknya. Aku sangat menikmati jepitan lubang anusnya tante Lita yang hangat dan berkedut.

"Ehh bro, kita harus segera menyudahi perngentotan ini," kata Joni.

"Lahh? Emang udah mendekati dua jam?" tanyaku.

"Bukan ...," jawab Joni, "aku baru ingat ada acara keluarga di rumah habis ini."

"Dasar!" seruku.

Kami percepat kocokan kami di lubang - lubangnya tante Lita, kemudian kita naik dan duduk di pinggir kolam renang, lalu tante Lita mengocok dan menjilati kontol kami yang basah. Hanya dalam hitungan detik, kami berdua menyemburkan sperma kami ke wajah cantiknya tante Lita.

"Puas banget aku," ucap Joni.

"Aku malah kurang puas," tukasku.

"Kapan - kapan kita balik lagi hehehe," kata Joni.

Kita lalu mandi untuk membersihkan badan kita, sekalian memandikan tante Lita agar bau peju di badannya hilang hehehe. Setelah selesai mandi, Joni memerintahkan tante Lita untuk berpakaian dan tiduran ke kamarnya. Kemudian kita bergegas keluar dari rumahnya.

"Baik, sekarang aku pulihkan cctv rumahnya, setelah itu kita bisa pulang," ucap Joni. 

Tidak butuh waktu lama bagi Joni untuk menyelesaikan kerjaannya. Kita lalu berpisah untuk kembali ke rumah masing - masing. Sepanjang perjalanan, aku masih agak uring - uringan karena masih belum puas ngentotin tante Lita. Yaa kita tunggu aja hari esok. 3 hari berlalu semenjak aku dan Joni ngentotin tante Lita, aku masih menantikan ajakan mesum dari temanku Joni. Sepertinya aku mulai agak ketagihan dengan seks. Brengsek emang si Joni. Sekitar jam 5 sore, Joni memngirimkan chat kepadaku dan memintaku menemui dia di rumahnya besok jam 5 sore.

"Hmmm ... pasti dia nemu mangsa baru nih," kataku dalam hati.

Bersambung....

Sabtu, 01 Juni 2024

Cerita Seks Dientot Anak Jalanan

Namaku Lita dan aku saat ini berprofesi sebagai karyawati di bank swasta, umurku saat ini 36 tahun dan aku telah dikaruniai 2 anak, meski aku sudah memiliki 2 anak tapi body-ku masih terjaga dengan baik karena aku selalu menyempatkan diri untuk olahraga, gym dan senam. suatu hari seperti biasanya aku pulang kerja dengan jalan kaki menuju halte, memang halte bus cukup jauh dari kantorku, tidak kuduga hujan tiba - tiba turun, aku mencoba berlari dengan harapan bisa segera berteduh di halte bus, tapi tanpa kuduga hujan malah semakin deras membuat blazer-ku basah, kuputuskan menepi ke sebuah rumah kosong yang kebetulan memiliki atap untuk berteduh. Seraya menunggu hujan sedikit reda aku menghubungi rumah kalau aku akan pulang sedikit telat, tiba - tiba aku dikejutkan ada yang memanggilku. 

"Mbak kehujanan yaa?" Terdengar suara dari belakangku. 

Saat aku menoleh, rupanya ada seorang pemuda laki - laki yang kuperkirakan berumur 19 - 20 tahun. 

"Iya saya kehujanan, dan lagi nunggu hujan reda," kataku sembari tersenyum. 

"Mbak masuk aja sini, kalo disitu yaa bakal kena cipratan air nanti," kata pemuda itu dengan sopan. 

Aku menurutinya lalu mengikuti dia masuk ke dalam. Rupanya di dalam rumah kosong itu, ada satu pemuda lagi yang sedang tiduran di alas kardus, dia juga kuperkirakan seumuran dengan bocah ini. 

"Kalian tinggal disini?" tanyaku.

"Iyaa mbak, kami cuma tidur disini," jawab pemudaitu.

"Ohh yaa maaf mbak, nama saya Atep," kata pemuda itu  sambil mengulurkan tangannya. 

"Saya lita," kataku membalas uluran tangannya.

"Ohh mbak Lita, salam kenal," ucap pemuda itu. 

Aku perhatikan pemuda kurus itu memperhatikan area dada dan perutku yang lekukannya jadi terlihat jelas akibat basah terkena hujan. Pemuda satunya yang tadi masih tertidur akhirnya terbangun. 

"Lhoo bro ... itu mbak siapa?" tanya pemuda berambut keriting itu seraya mengucek - ucek mata. 

"Ohh ini mbak Lita namanya, kebetulan lagi berteduh disini," kata Atep. 

"Ohh gitu. Nama saya Nandu," kata bocah itu sambil tersenyum. 

Mereka berdua meski hanya pemuda jalanan, harus kuakui mereka sopan. Aku, Atep dan Nandu lalu mengobrol kecil sembari melihat hujan di luar yang belum menunjukkan tanda - tanda reda. 

"Mbak apa ndak kedinginan pake baju basah kuyup kayak gini," celetuk Atep. 

"Yaa sebenarnya mbak kedinginan, tapi mau bagaimana lagi," kataku. 

"Yang jas luar ini dilepas aja mbak, buat ngurangin rasa dingin, kayaknya mbaknya kedinginan deh," ujar Nandu. 

Aku sendiri sebenarnya gak mau melepas jas blazer-ku, apalagi di depan kedua pemuda ini, tapi disatu sisi nandu benar kalau tidak kulepas yang ada aku makin kedinginan karena basah kuyup begini. Akhirnya kulepas blazer-ku menyisakan kemeja putih lengan panjangku yang juga basah kuyup. Aku sendiri tidak sadar kalau hari ini aku memakai BH hitam. 

"Ehhh ... kok kalian ngeliatin mbak seperti itu?" tanyaku. 

"Habisnya baju putih mbak tembus hehehe ...," jawab Atep. 

Aku segera menengok ke bawah dan tersadar jika kemeja putihku jadi sedikit tembus memamerkan BH yang ada di dalamnya, meski remang - remang tapi tetap bisa terlihat cukup jelas. Aku lalu menutupinya dengan blazer ku. 

"Nakal yaa kalian ...," kataku dengan tersenyum. 

"Mau gimana lagi mbak, keliatan hahaha," balas Atep. 

Aku sih memaklumi mereka mengingat mereka masih muda, sudah pasti penasaran dengan tubuh wanita. Aku lalu iseng memperhatikan area selangkangan mereka, ya ampun baru liat BH nyeplak aja udah menggembung gitu celananya. Tiba - tiba muncul ide di dalam kepalaku untuk menjahili mereka dan kebetulan aku mulai gak nyaman dengan pantyhose-ku yang basah kuyup.

"Mbak ijin lepas stocking ku yaa," kataku. 

Aku mengangkat sedikit pantatku, lalu kedua tanganku masuk ke dalam rokku, kutarik ujung pantyhose yang perlahan menuruni pahaku yang basah, kuperhatikan kedua pemuda dekil itu memperhatikan dengan seksama saat aku menurunkan pantyhose-ku dari kaki jenjangku ini. Kulepas juga sepatu hak ku agar pantyhose-ku bisa lepas dengan mudah dan akhirnya pantyhose-ku terlepas dari kakiku, kupamerkan kaki jenjang nan mulusku ke kedua pemuda itu. 

"Mbak masih kedinginan gak??" tanya Atep. 

"Hmmm ... lumayan sih, tapi yaudah lahh," jawabku. 

"Kalo misal itu baju luarnya gak nyaman dilepas juga gapapa mbak, lagian cuma kita aja yang ada disini," ujar Nandu dengan nada polos. 

"Ini kayaknya mereka  mau cari kesempatan deh," pikirku. 

Entah kenapa timbul ide untuk menggoda kedua anak muda ini lebih jauh, aduh kenapa aku jadi kepikiran begini, apakah karena sudah 2 bulan suamiku gak senggol diriku? Aku lalu dengan cueknya melepas dua kancing atas dari kemeja putih, menampakkan sedikit dari belahan dadaku, dan pastinya kedua pemuda itu semakin menatap tajam tubuhku. 

"Hayoo ngapain kalian??" tanyaku dengan tatapan genit. 

"Ehh ... anu mbak, kok cuma dilepas dua aja kancingnya?" Atep bertanya balik kepadaku. 

"Lhaa trus mbak harus gimana?" ujarku. 

"Kancingnya lepas semua juga gapapa mbak, yang liat cuma kita berdua kok hehehe," ujar Nandu. 

"Kaliannya aja yang enak, trus kalo mbak buka semua kancingnya kalian cuma liat gitu??" tanyaku sambil tersenyum. 

"Gini aja deh mbak, gimana kalo mbak buka semua kancing bajunya, kita juga lepas baju, biar sama - sama gak pake baju hehehe," ucap atep. 

"Dasar yaa kalian, tapi ya udah deh, biar mbak gak masuk angin," kataku. 

Mereka berdua dengan sigap melepas kaos mereka, menampakkan dada dan perut kecoklatan mereka. Aku lalu melepas semua kancing kemejaku tetapi tidak melepas kemejaku, BH dan perutku yang putih mulus dan rata terpampang di hadapan kedua pemuda itu, sudah jelas mereka kembali melongo melihat wanita kantoran yang memiliki badan seksi ini. 

"Ini tambah sakit," ujar Nandu menunjuk ke area selangkangannya. 

"Ehh kok sakit??" tanyaku dengan polos. 

"Iya nih gak tau kenapa," jawab Nandu. 

"Aduh ... aku juga sama mbak, sakit ...," ucap atep seraya memegangi selangkangannya. 

"Lahh kok pada sakit semua, hayo mikir apa kalian?" tanyaku dengan nada genit. 

"Anu ... ummmmm ... kalo kita lepas celananya gimana mbak? biar gak terlalu sakit hehehe," ujar atep sambil mesam - mesem. 

Entah kenapa bukannya marah aku malah menjadi semakin penasaran dengan kelakuan mereka. "Yaudah sana dibuka, mbak penasaran deh sakitnya gimana." 

Dengan tersenyum lebar, mereka berdua mulai berdiri dan menurunkan celana mereka beserta celana dalamnya, kedua pemuda tengil itu sekarang telanjang bulat di depanku, penis mereka mengacung tegak ke arahku. Gila mereka ternyata terangsang sama aku. 

"Mbak yuk skalian roknya juga dilepas gapapa, kita aja lepas celana lhoo," kata Nandu. 

Aku tersenyum menatap mereka dan entah kenapa aku malah menuruti kata bocah itu. Aku mulai menurunkan perlahan retsleting rok hitamku, kemudian aku turunkan rok ku melewati kaki mulusku, tentu saja kedua anak muda dekil itu mengamati dengan mata melotot. Setelah terlepas aku lempar rok ku entah kemana dan sekarang di tubuhku hanya tersisa BH dan CD hitam beserta kemeja putih yang kancingnya telah terlepas semua. Jika kuperhatikan, aku begitu seksi dengan penampilan seperti ini, dan kedua pemuda itu juga pasti berpikir sama sepertiku. 

"Wow ...." Mulut kedua pemuda itu terbuka lebar.

"Wahh titit kalian tambah besar yaa," kataku dengan terpesona. 

"Habisnya mbak punya badan bagus gini, kan wajar burung kita tegang," ujar Atep. 

"Mbak mau nyoba megang gak?" tanya Nandu sambil mengarahkan tititnya ke diriku, 

Berani juga bocah ini pikirku, dan entah dorongan darimana, aku pegang tititnya Nandu. Harus kuakui, titit pemuda ini keras dan cukup besar. 

"Ouhhhhh," lenguh Nandu saat tititnya kupegang, 

"Baru pertama dipegang sama cewe yaa tititnya?" tanyaku. 

"Enggak sih mbak, udah pernah sebelumnya," jawab Nandu. 

"Wahhh ... nakal yaaa, jangan - jangan kamu juga tep," kataku sambil berpaling menatap si Atep. 

"Hehehehehe ...," ujar Atep sambil cengengesan. 

"Kamu pasti yaa pengen kan, sini mbak pegang juga." Aku sepertinya mulai kerasukan setan nafsu.

"Mbak coba dinaik-turunin dong tangannya, biar lebih enak hehehe ...," ucap Atep. 

"Hmmmm ... bilang aja mau dikocokin hihihi," ujarku yang mau - mau saja ngocokin batang penis dari seorang pemuda dekil dan agak bau ini. 

"Ouuhhhh enak banget mbak," lenguh Nandu. 

"Ohhh ... mbaakkk ... terusin." Atep juga melenguh menikmati kocokanku. 

Aku hanya tersenyum aja melihat mereka menikmati servis dari wanita yang jauh lebih tua daripada mereka. Tidak pakai lama, cairan sperma mereka muncrat dari titit mereka. 

"Yahh udah keluar, keenakan yaa kalian," ledekku. 

"Iya nih, kocokan mbak enak banget sampe kita keluar cepet," ujar Atep. 

"Aduh tanganku jadi belepotan sperma kalian deh," ucapku sambil melihat kedua tanganku yang berlumuran cairan sperma. 

Atep lalu bangkit berdiri pergi ke dalam dan kembali menyerahkan sebuah lap kotor. Aku lap tanganku yang berlumuran sperma sambil aku cuci dengan air hujan dari luar. 

"Nah sekarang giliran mbak yang bakal kita bikin enak - enak hehehe," ujar Nandu dengan senyuman genit. 

"Hehehe betul tuh bro, ayo mbak mau mulai darimana?" tanya Atep. 

"Kalian ada alas gak, buat berbaring?" tanyaku. 

Dengan sigap, Atep dan Nandu beranjak berdiri dan mengambil selembar kardus yang sedikit kumuh, lalu meletakkannya di atas lantai semen yang aku dan kedua bocah itu dudukin. Aku lalu melepas kemejaku yang sedari tadi menggantung di tubuhku, menyisakan BH dan CD hitam saja yang masih basah. kemudian, aku menuju ke lembaran kardus yang telah disiapkan oleh Nandu dan Atep, dan berbaring di atasnya. Dengan segera, mereka berdua mengelilingi tubuh seksiku dan mulai mengamatinya dari atas sampai bawah.

"Anu... mbak boleh kita raba badannya mbak?" tanya atep, 

"Boleh aja hihihi...." ujarku sambil tertawa kecil 

Atep mulai meraba perutku yang mulus dan rata, Nandu asik meraba - raba pahaku. Aku mulai melenguh menikmati sentuhan tangan besar dan kasar mereka diatas tubuhku yang terawat ini. Aku dibuat makin melenguh ketika ada tangan yang mulai meraba payudara kananku kemudian mulai meremasnya. 

"Wahh ni toket kenceng banget, empuk pula," kata Atep. 

"Aku juga nyoba ahh," ujar Aandu yang segera merangkak ke depan. 

"tuh mainin aja toket kirinya," ucap Atep kepada Nandu. 

Nandu meraba pelan - pelan lalu mulai meremas - remas payudara kiriku. Cukup lama mereka meremas payudaraku yang masih terbungkus BH. 

"Mbak ini BH-nya dilepas yaa," pinta Atep. 

Aku tersenyum ke arahnya, kemudian aku beranjak menaikkan punggungku, kulepas BH-ku dan kulempar ke sampingku, tersembullah kedua bongkahan payudaraku yang padat dan besar ini. Aku lanjut berbaring lagi dan mereka berdua segera menyerbu kedua payudaraku. Kali ini tidak hanya meremas, mereka berdua mulai menjilat dan mengulum payudaraku beserta putingku yang berawarna pink. 

"Ouhhh yahhh terusin dek," racauku menikmati servis oral mereka. 

Tidak berselang lama, Atep menyudahi permainannya di payudara kananku, sementara Nandu masih asyik memainkan payudara kiriku. Kurasakan ada yang mulai meraba - raba area selangkanganku, aku coba melihat, ternyata Atep tengah memandangi selangkanganku yang masih tertutup CD hitamku sambil meraba - rabanya. 

"Ooohhhh ... kamu ngapain Tep," lenguhku sambil memejamkan mata menikmati sentuhan dua pemuda jalanan ini. 

Beberapa saat kemudian, Nandu menghentikan permainan mulut dan tangannya di payudaraku, dan kurasakan ada benda keras yang berada diantara belahan dadaku. Saat kulihat, aku terkejut melihat Nandu sudah meletakkan tititnya di belahan dadaku, dilanjutkan dengan mendempetkan kedua payudaraku dengan tangannya, membuat tititnya dijepit oleh payudaraku yang besar. Dia mulai memaju-mundurkan tititnya. 

"Nih anak kayaknya mahir deh," kataku dalam hati.

Aku idak mempermasalahkannya, malah menikmatinya. Baru saja aku menikmati tits fuck dari Nandu, Atep tiba - tiba memelorotkan celana dalamku, aku cukup terkejut tapi tidak menghentikan aksinya dan justru sedikit membantunya dengan sedikit menaikkan kakiku. Akhirnya aku telah telanjang bulat di depan kedua pemuda itu, dan mereka menjadi laki - laki kedua dan ketiga yang melihat tubuh telanjangku setelah suamiku sendiri. 

"Wuihhh ... memeknya gak ada jembutnya," ujar Atep yang mulai meraba - raba vaginaku yang gundul. 

"Wahhh, mantep dong Tep," ujar nandu yang masih asik menggesek tititnya di belahan dadaku. 

Tidak lama kemudian, Atep mulai memainkan klitorisku, membuatku mulai mendesah tidak karuan. 

"Ouuhhh terusin sayang ...," desahku. 

Atep lalu memasukkan kedua jarinya ke dalam lubang vaginaku. 

"Aahhhh!!" Aku sedikit menjerit saat jarinya mengobel - obel vaginaku. 

Kocokan jarinya Atep semakin cepat. "Ni memek sempit banget, udah gitu basah banget pula." 

"Si mbaknya udah terangsang nih," sahut Nandu. 

Tak berselang lama, Atep menarik kedua jarinya dan kali ini dia memasukkan tiga jarinya ke dalam vaginaku yang telah becek.

"Ahhh ... ahhh ... yesss ...," desahku menikmati servis dari mereka berdua. 

Atep kemudian menghentikan fingering-nya dan kali ini menggunakan lidahnya menyapu area selangkanganku. 

"Ohhh ... Atep, terusin sayang," ujarku. 

Nandu menghentikan tits fuck di belahan dadaku, dia kulihat beranjak dari atas tubuhku lalu berjalan ke arahku. Dia mengarahkan tititnya ke wajahku. 

"Mbak kulum kontolku dong," ujar nandu. 

Aku kembali menuruti permintaan dari pemuda dekil itu. Aku masukkan penis bocah itu ke dalam mulutku, tidak habis pikir aku mau - mau saja mengoral batang penis yang bukan milik suamiku ini. Karena penisnya cukup besar, jadi agak sulit bagiku memasukkan seluruh batang hitam itu ke dalam mulutku. Kusedot - sedot, kujilat kepala penisnya, membuat si Nandu merem melek menikmati oral seks-ku. Aku yang sedang asik mengulum penisnya nandu, tidak sadar jika Atep telah menyudahi permainan lidahnya dan tiba - tiba kurasakan ada benda besar dan keras menyentuh bibir vaginaku. 

"Ohh tidak, Atep mau menyetubuhiku," kataku dalam hati.

Tapi aku sama sekali tidak menolak, malah sedikit melebarkan pahaku. Kurasakan perlahan batang penis Atep memasuki vaginaku hingga akhirnya ambles semua. 

"Mmmpphhhh ...," desahku tertahan menikmati kedua lubangku dijejali penis dari dua pria yang jauh lebih muda dariku.

"Uhhhh ... ni memek sempit banget," kata Atep yang mulai melakukan gerakan maju-mundur. 

Tidak habis pikir lubang vaginaku yang selama ini hanya dimasuki penis suamiku sekarang tengah dimasuki oleh penis pemuda jalanan. 

"Ohhh ... enak banget memek mbak, aku ngentotin mbak - mbak cantik," celoteh atep yang terus menggenjot vaginaku. 

Aku yang mulai terbuai dengan kenikmatan duniawi ini. Aku sepintas melihat Atep dan Nandu bersalaman sambil terus menggempur kedua lubangku. 

"hehehe ... akhirnya kita berhasil ngentotin cewe kantoran," ucap Nandu. 

"Bener Ndu, udah gitu cantik dan seksi pula, beruntung banget kita," balas Atep. 

Dilecehkan seperti itu aku bukannya marah malah makin terangsang. Beberapa menit berlalu, mereka berdua berhenti menggenjotku, Nandu mencabut penisnya diikuti oleh Atep. 

"Lhoo kok berhenti?" tanyaku. 

"Kita mau ganti gaya mbak, sekarang mbak nungging dong, kita mau ngentotin mbak pake gaya anjing hehehe ...," jawab Nandu. 

Aku tersenyum ke arah mereka dan mengikuti permintaan kedua anak muda itu mengambil posisi menungging. Kali ini Atep menuju ke depan, sementara nandu ke belakang, sepertinya mereka mau gantian mencoba lubang di tubuhku. 

"Aku masukin ke mulut yaa mbak," pinta atep sembari menyodorkan penisnya ke mulutku. 

Tanpa banyak bertanya langsung aku lahap penis hitam besarnya itu. 

"Mbak, aku masukin memeknya yaa," kata Nandu sembari memasukkan penisnya ke dalam vaginaku yang sudah becek. 

Mereka kembali menyetubuhi diriku yang mungkin seumuran dengan Kakak atau tante mereka. Secara bergantian mereka memaju-mundurkan penisnya yang membuat tubuhku bergoyang ke depan dan ke belakang. 

"Ouhhh ... memeknya rapet banget," racau Nandu. 

"Benerkan kataku," sahut Atep. 

"Nih mulut juga mantep banget nyepongnya," lanjut Atep yang mulai menjambak rambutku dan semakin menekan penisnya masuk ke dalam mulutku. 

"Ahhh mbak aku mau keluar, keluarin di dalem yaa," seru Nandu. 

Aku segera mencabut penisnya Atep dari mulutku. "Ehhh!! Jangan Ndu, di luar aja yaa, semprotin ke punggung atau pantat mbak aja." 

Beruntung Nandu menurut, dia mencabut penisnya dan dia semprotkan spermanya di bongkahan pantatku yang montok. Nandu langsung ambruk di sampingku setelah menyemprotkan isi testisnya itu. Aku lalu kembali mengulum penisnya Atep dengan posisi masih menungging. 

"Mbak ganti lubang yaa, aku mau ngontolin memek mbak lagi," ucap Atep yang merendahkanku, tapi aku diam dan menurut saja.

Kucabut penisnya dan kali ini Atep berbaring diatas lembaran kardus lusuh. Aku langsung mengerti apa yang dia mau, aku merangkak ke arahnya lalu kuturunkan pantatku sambil ku arahkan penisnya ke dalam vaginaku. Dengan sekali dorongan seluruh penisnya masuk ke dalam liang senggamaku. Aku mulai menggoyang pinggulku menikmati penis hitam besar yang menancap di vaginaku. 

"Ouhh enak banget mbak," celoteh Atep yang tangannya mulai menggapai kedua payudaraku dan meremas - remasnya. 

Aku dibuat semakin binal menggenjot pemuda dekil ini. Hujan diluar perlahan reda, tetapi aku tidak menyadarinya dikarenakan sedang terbuai dengan nafsuku. Selama 10 menitan kita berdua saling memuaskan dan aku merasa orgasmeku sudah semakin dekat.

"Tep aku mau keluaaarrrr," seruku dengan kepala menengadah ke atas. 

"Keluarin aja mbak, biar kontolku anget sama cairannya mbak," kata Atep yang semakin keras menghujam-hujamkan penisnya.

Tubuhku terasa melayang saat cairan orgasmeku mengalir deras menyembur ke penisnya Atep dan mengalir sampai ke pahaku. Aku langsung ambruk di atasnya Atep, dadaku tepat menimpa wajahnya Atep yang aku pastikan dia kegirangan ditimpa payudara besar dari seorang wanita kantoran. Aku beranjak berdiri setelah berbaring di atasnya atep selama 3 menitan, kugenggam penisnya Atep yang mengkilat akibat cairan cintaku dan kukocok karena dia belum mendapatkan orgasme. 

"Kuat juga bocah ini," kataku dalam hati. 

Baru beberapa detik aku kocok penisnya, Atep akhirnya memuncratkan cairan spermanya yang membasahi tanganku. 

"Enak banget mbakk," ucap atep yang terlihat kelelahan. 

Kulihat di sudut lain, Nandu malah sudah tertidur. Aku lalu bangkit berdiri, kuambil tisu dari tasku untuk mengelap tangan dan vaginaku yang berlumuran cairan, aku lalu memungut pakaianku yang berserakan dan kukenakan kembali. Aku lalu berpamitan dengan Atep yang masih terbaring lemas akibat persetubuhan kita tadi, dia hanya mengangguk saja. Aku segera menuju ke halte dan berharap semoga tidak ketinggalan bus. Beruntungnya masih ada bus, jadi aku tidak perlu pulang menggunakan taksi. Sesampai di rumah, aku segera mandi agar suamiku tidak curiga dengan bau aneh di tubuhku. Semenjak aku melakukan hubungan seks dengan kedua pemuda itu, aku jadi sering kepikiran dengan kenikmatan yang mereka berikan meski mereka masih pemula. Jujur kuakui suamiku sendiri tidak bisa membuatku sepuas itu, ditambah dia sudah jarang menyentuhku dikarenakan kesibukannya, membuatku menjadi semakin menginginkan kenikmatan itu lagi. Setiap pulang kerja aku selalu melewati rumah kosong tempat mereka tidur, terkadang aku hanya melihatnya sekilas sambil kulewati dan kadang juga aku berhenti sejenak menatap rumah tempat dimana tubuh putih mulus dan seksiku disentuh dua pemuda dekil itu. Karena sering kepikiran, kuputuskan setelah pulang kerja nanti, aku akan kembali mengunjungi kedua pemuda itu. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti membuat badanku panas dingin. Aku jadi tidak sabar menunggu jam pulang kantor, tapi tidak lupa aku menghubungi anak dan suamiku kalau aku akan lembur sebagai alibi. Jam pulang akhirnya tiba, dengan jantung yang berdegup aku segera beres-beres dan menuju ke tempat dimana kedua pemuda itu tidur. Dengan dada yang berdebar - debar aku tiba di rumah kosong itu. Sambil celingak - celinguk, aku lihat sekeliling biar tidak ada orang yang melihat. Aku lalu perlahan masuk ke dalam rumah itu.

"Halo? Apa ada orang?" kataku. 

Tidak ada respon dari dalam, aku malah masuk makin dalam. Kubuka pintu yanga ada di depanku dan ternyata di dalamnya kosong.

"Aduh pada kemana sih mereka??" gerutuku dalam hati. 

"Ehh halo mbak." Terdengar suara cowo dari belakang. 

Saat aku menoleh, Atep dan Nandu sudah ada di belakangku. 

"Kalian darimana aja? Mbak cariin lhoo," kataku dengan senyum lebar. 

"Habis dari luar cari uang hehehe," kata Nandu. 

"Tumben mbak kesini, kangen yaa sama kita berdua," ucap Atep. 

"Kalo gak kangen, gak mungkin mbak kesini hihihi ...," kataku dengan tawa genit. 

Kami bertiga lalu duduk di lembaran kardus lusuh bersama dan berbasa-basi sebentar. Selanjutnya sudah dapat ditebak, mereka berdua mulai menggerayangi tubuhku yang masih tertutup blazer sambil melepas satu per satu pakaian lusuh mereka hingga tidak lagi benang di tubuh mereka. Aku mulai melepas jas blazerku lalu kulempar entah kemana, aku segera berbaring dan kedua bocah itu langsung menyerbu kedua payudaraku yang masih terbungkus kemeja putih. Sambil meremas-remas payudaraku, Atep dan Nandu melepas satu per satu kancing kemejaku, melucutinya dari tubuhku dan melemparnya ke tempat acak, menyisakan BH dan rok hitam yang masih menempel di tubuhku. Aku menghentikan mereka berdua ketika mencoba melepas rokku, mereka menurut saja, lalu aku berdiri dan kulepas retsleting rokku hingga meluncur ke bawah, sekarang di depan mereka berdiri ibu dua anak yang juga seorang wanita kantoran yang hanya memakai BH dan CD ungu. Aku meminta mereka duduk di lembaran kardus lusuh, aku lalu mengambil posisi merangkak menghampiri mereka. Kupilih Atep dan sedikit kuturunkan tubuhku agar mulutku bisa menjangkau penis tegangnya. Aku lahap habis penis dari Atep dengan posisi yang begitu menantang, layaknya seorang pelacur yang haus penis. Nandu berjalan menuju sampingku dan mulai meremas-remas payudaraku yang masih terbungkus BH. Atep yang keenakan memegangi kepalaku agar tidak kemana-mana. Tidak berapa lama, Atep melepas kulumanku, sepertinya dia tidak ingin keluar duluan, aku lalu mengarahkan diriku ke Nandu yang baru saja menghentikan remasannya di payudaraku, dia kuminta duduk di lembaran kardus dan dengan posisi yang sama aku kulum penis hitam besarnya, sementara Atep menggerayangi pantatku yang masih tertutup oleh CD-ku. Kuhentikan sejenak aksiku, aku lalu berdiri dan kutanggalkan pakaian dalamku yang masih menempel di tubuhku. Setelah bertelanjang ria, kukenakan kembali hak tinggiku biar makin seksi hehehe. Aku kembali ke posisi merangkak yang tadi dan kulanjutkan mengulum penisnya Nandu, sementara di belakang Atep mulai asik mencolok-colok vaginaku dengan jarinya yang kasar dan kotor, badanku menjadi sedikit bergetar akibat sengatan rangsangan dari si Atep. 

Nandu kemudian melepas kulumanku karena tidak ingin keluar duluan juga, mereka berdua lalu membaringkan tubuhku di lembaran kardus. Nandu kali ini memainkan kedua payudaraku dengan mulutnya sementara Atep mulai mengarahkan penisnya ke lubang vaginaku. 

"Aaaaahhhhh ...," desahku saat Atep menghentakkan penisnya ke dalam liang senggamaku. 

Atep mendiamkan penisnya sebentar lalu dia mulai menyetubuhiku dengan tempo yang cukup cepat. Nandu mendekat ke arahku dan mengarahkan penisnya ke mulutku yang langsung aku lahap seluruhnya. Beberapa menit berlalu, mereka lalu bertukar posisi dengan diriku juga mengubah posisi menjadi doggy style. Atep kali ini menyetubuhi mulutku sementara nandu di belakang menyodok vaginaku yang sudah becek. 

"Mbak binal juga yaa ... suka dientotin sama anak muda kayak kita," kata Atep merendahkanku. 

"Hehehe ... udah cantik, seksi, memeknya juga rapet, bikin Nandu gak bosen kalo tiap hari ngentotin mbak," ucap Nandu sambil menghentakkan penisnya ke liang senggamaku. 

Tidak lama kemudian, mereka berdua mengatakan mau keluar. 

"Keluarin dimana mbak?" tanya Nandu.

"Semprotin di wajah mbak aja yaa hehehe," kataku dengan genit. 

"Ahhh sial mereka udah mau keluar, aku aja belum nih," gerutuku dalam hati. 

Nandu dan Atep lalu memposisikan dirinya di depan wajahku, tentu aku masih setia menungging, mereka mulai mengocok penis mereka di depanku dan tidak lama crott crott crottt, sperma mereka menyembur dengan deras di wajahku, membuat mukaku yang cantik berlumuran cairan sperma. Mereka berdua langsung ambruk terduduk dengan wajah puas, sementara aku masih uring-uringan belum mendapatkan orgasmeku. Aku menunggu mereka memulihkan energi sebelum kuminta memuaskanku lagi. Sekitar 5 menit kemudian, mereka berdua terlihat sudah cukup pulih, kali ini kuminta Nandu yang berbaring, aku lalu memposisikan diri diatas penisnya yang telah kembali tegak, perlahan kuturunkan pantatku dan setelah kepala penisnya menyentuh bibir vaginaku, langsung aku hentakkan pantatku. Penis itu dengan mudah menyelinap masuk ke dalam lubang vaginaku, aku langsung menggoyang pinggulku layaknya penyanyi dangdut yang sedang manggung. Nandu juga tidak mau kalah, dia meremas kedua bongkahan payudaraku yang berguncang hebat. 

"Ouhhh enak banget mbak, goyang yang kenceng mbak," ceracau Nandu. 

"Ohhhh yeahhh ... ahhh ... ahhhh," desahku menikmati penis hitam besar yang mengisi liang senggamaku. 

Aku tidak menyangka diriku yang selalu dikenal sebagai wanita yang rajin dan tegas di kantor dan rumah, sekarang menjadi wanita binal yang membiarkan dirinya dientot dua pemuda jalanan. Kita saling memuaskan selama 10 menit dan diakhiri dengan orgasme kita berdua. Karena sudah dikuasai nafsu aku baru sadar jika Nandu muncrat di dalam vaginaku, ya udahlah kataku dalam hati. Kita berbaring sebentar menikmati kenikmatan duniawi ini. Aku lalu bangkit berdiri dan kupungut pakaianku yang berserakan, sementara mereka berdua masih berbaring telanjang. Baru saja aku mengambil CD-ku, tiba-tiba ada yang menjamah bongkahan pantatku yang montok. Aku menoleh ke belakang dan rupanya Atep yang menjamah pantatku. 

"Kenapa Tep?" tanyaku. 

"Mbak satu ronde lagi yaa, Nandu udah dapet masak aku belum hehehehe," katanya. 

Aku tersenyum dan mengangguk ke arahnya, kuletakkan kembali CD-ku ke lantai dan Atep memintaku berbaring di lembaran kardus yang dia siapkan. Aku cukup kaget ketika Atep tiba-tiba menyambar bibirku dan mengulumnya. Seperti seorang pelacur binal, aku balas kulumannya dan kami saling berpagutan lidah layaknya sepasang kekasih. Tidak dapat kupercaya aku beradu lidah dengan seorang pemuda yang bau itu. Setelah puas berciuman, aku memposisikan diriku menungging di lantai. 

"Entot mbak dari belakang yaa," pintaku. 

"Okee mbak." Atep berkata sambil meremas pantatku. "Wahh memeknya masih basah gini, aku masukin yaa."

Penisnya langsung masuk semua ke dalam vaginaku. 

"Aaaakkkhhhhh," desahku dengan nada panjang ketika Atep menyodokkan penisnya dengan keras. 

"Ahh yeahh mbak, goyang yang cepet," katanya sambil menampar pantatku. 

"Akkhhh!!" jeritku. "Nakal yaa hehehe." 

Kedua tangan Atep yang sedari tadi memegang pinggulku, kali ini bergerak ke depan, tangan kirinya meremas payudaraku dan tangan kanannya meraih rambutku dan menjambaknya. Awalnya aku kaget Atep menjambakku tapi setelah itu kubiarkan saja. Kepalaku jadi terangkat ke atas akibat dijambak Atep. Beberapa menit berlalu dan kurasakan aku mau orgasme. 

"Mbak aku mau keluar nih, aku semburin di punggung mbak yaa," kata Atep. 

"Ahhh ... Atep tahan bentar yaa, mbak mau orgasme dikit lagi," ujarku. 

Atep lanjut menyodok vaginaku sampai aku mendapatkan orgasme keduaku. "Ahhhh ... I cummminnngg ...." 

Atep mencabut penisnya dan dia semburkan isi testis-nya ke atas punggungku yang mulus, terasa begitu banyak cairan yang tumpah di atas punggungku. Atep langsung ambruk di sampingnya Nandu yang telah tertidur, aku hanya tersenyum melihat mereka. Aku lalu mengambil tisu untuk membersihkan punggung dan vaginaku yang dipenuhi lendir akibat persetubuhan kami bertiga, setelah itu aku kembali berpakaian dan meninggalkan mereka yang tertidur dan masih telanjang bulat. Sesampai di rumah, aku langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, beruntung suami dan anak - anakku tidak mencurigaiku atau mencium bau aneh dari tubuhku. Saat mandi, aku jadi kepikiran dengan apa yang aku lakukan, jujur aku sudah melakukan perselingkuhan dan merasa tidak enak dengan suamiku, tapi disatu sisi aku masih membutuhkan kebutuhan biologis, hanya saja kenapa aku mendapatkan dari pemuda jalanan yang dekil itu. Bagaimanakah ke depannya? Wanita karir yang berwibawa sepertiku akan menjadi tempat pelampiasan nafsu kedua pemuda jalanan, dan bagaimana reaksi kedua anakku jika tahu mama mereka yang biasa tegas dan disiplin ternyata suka dientotin anak muda dekil seperti Atep dan Nandu. Memikirkan hal itu malah membuat vaginaku berkedut lagi, apakah aku sudah jadi sedikit gila? Pada saat mau tidur, aku terpikir kembali apakah aku akan tetap menghampiri mereka atau berhenti disini, aku lihat besok ajalah. Besoknya setelah pulang kerja, aku coba menghampiri rumah kosong tempat mereka berdua tidur. Saat kudatangi, tidak ada siapa-siapa di dalam. Aku berpikir mereka mungkin masih di jalanan jadi kuputuskan menunggu. 15 menit telah lewat dan mereka sama sekali belum menampakkan diri, aku lalu iseng masuk lebih dalam dan kutemukan secarik kertas yang kemungkinan ditulis oleh mereka. Saat kubaca, aku terkejut rupanya tadi siang mereka dibawa oleh satpol PP ke panti sosial saat razia anak jalanan. Sebelum dibawa pergi, mereka mengatakan ingin menulis sesuatu sebelum mereka diangkut oleh petugas. Di dalam tulisan itu mereka mengucapkan terimakasih atas pengalaman yang tidak terlupakan bersamaku dan akan selalu kangen untuk ngentotin aku. Disatu sisi aku cukup lega karena aku tidak jadi pelacur buat mereka tapi disatu sisi aku cukup sedih karena tidak bisa merasakan sodokan penis mungil mereka.

Tamat.