Cerita ini bermula saat aku diajak mama meninjau sebuah rumah yang akan dijual oleh kliennya. Mamaku sendiri adalah seorang agen properti, dan saat ini berumur 38 tahun. Aku sendiri adalah seorang murid SMA yang berumur 15 tahun. Setibanya di lokasi tujuan, mama dan aku langsung disambut oleh sang empunya rumah yang bernama bu Simo.
"Selamat siang Bu," sapa bu Simo.
"Selamat siang juga, Bu," sapa balik mama.
Mereka berdua lalu berbincang masalah rumah, surat - surat dan harga di kawasan itu. Aku memilih agak menjauh dan lanjut main game HP. Saat tengah asik main game, aku melihat ada tiga pria berbadan cebol sedang duduk - duduk tidak jauh dariku. Tinggi badan mereka mungkin tidak sampai 1 meter, dan kuperhatikan mereka sedang asik mengobrol satu sama lain. Tidak lama kemudian, kulihat mama menghampiri ketiga pria itu, sepertinya dia ingin menanyakan sesuatu kepada mereka. Salah satu dari pria itu menunjuk ke sebuah arah, kemudian mama berterima kasih kepada pria itu. Mama dan bu Simo lalu pergi bersama menuju ke arah yang ditunjuk pria tadi. Ketiga pria itu lanjut mengobrol lagi, aku juga kembali lanjut main game HP. Tanpa terasa, 30 menit telah berlalu, mama dan bu Simo akhirnya kembali.
"Habis dari mana?" tanyaku kepada mama.
"Mama tadi nyari pak RT sama bu Simo," jawab mama.
"Ouwww." Aku hanya mengangguk kecil.
Mama kemudian mem-foto sekitarnya, setelah itu dia mengajakku pulang. Tidak ada yang spesial hari ini, bosenin. Seminggu kemudian, mama kembali memintaku untuk menemaninya ke rumahnya bu Simo. Aku sih hanya mantuk - mantuk saja, daripada dicerewetin nanti. Butuh waktu sekitar 20 menit perjalanan dari rumah menuju ke rumahnya bu Simo, dengan catatan tidak kena macet. Setibanya disana, mama langsung menuju ke kediamannya bu Simo yang tidak jauh dari rumahnya yang dijual. Aku seperti biasa berada di dekat mobil, menunggu sambil bermain game. Tidak jauh dari tempatku berdiri, aku melihat tiga pria cebol, yang aku lihat seminggu yang lalu, sedang berjalan sambil mengobrol.
"Sepertinya mereka tinggal di lingkungan ini," kataku dalam hati.
Mereka bertiga melewatiku dan aku tidak bisa mendengar dengan jelas obrolan mereka. Tak berselang lama kemudian, mama dan bu Simo keluar dari rumah.
"Kamu tunggu disini bentar yaa, mama mau pergi ke rumah sebelah sama bu Simo," kata mama.
"Yaa," sahutku.
Mamaku kayaknya emang suka ngobrol sama orang - orang disini deh, sementara diriku tidak begitu suka mengobrol lama - lama. 15 menit berlalu, entah kenapa aku jadi penasaran mamaku pergi kemana, dan ngobrol sama siapa. Aku akhirnya memutuskan untuk mencarinya.
"Kayaknya tadi mama lewat sini," gumamku.
Aku berjalan sambil menengok rumah yang ada di kiri dan kanan. Setelah berjalan agak jauh, aku melihat sandal yang dipakai mama berada di sebuah teras rumah yang berada di samping kiriku.
"Hmmm ... mama disini rupanya," kataku dalam hati.
Aku celingak - celinguk mencoba melihat ke dalam, tapi usahaku tidak berhasil. Aku lalu mencoba memutari rumah ini, untuk mencari jendela. Aku berhasil menemukan jendela yang bisa kuintip, setelah aku mengecek bagian samping kanan rumah ini. Saat kuintip, aku terkejut melihat mama dan bu Simo sedang asik mengobrol dengan tiga pria cebol yang selalu kutemui selama berkunjung ke perkampungan ini.
"Kayaknya obrolan mereka asik deh," gumamku.
Baru sebentar mengintip, mereka sudah selesai mengobrol. Hadehhh, gak seru sama sekali. Aku lalu mencari jalan pintas, agar sampai di depan rumahnya bu Simo lebih dulu. Aku berhasil sampai di depan rumahnya bu Simo lebih dulu, karena aku berlari dan bisa menemukan jalan pintas. Tidak berselang lama kemudian, mama dan bu Simo tiba.
"Maaf yaa kamu nunggu kelamaan," kata mama.
"Gapapa," ucapku.
Mama lalu berpamitan dengan bu Simo, kemudian kita masuk ke dalam mobil untuk pulang ke rumah. Ketika di dalam mobil, aku iseng menanyai mama kemana tadi dia pergi dan mengobrol dengan siapa.
"Mama ngobrol - ngobrol sama temennya bu Simo tadi, membahas masalah rumah," ucap mama.
Entah kenapa, aku merasa kalau mama berbohong kepadaku. Tapi aku tidak mau melanjutkannya, mungkin itu sesuatu yang tidak bisa dikatakan mama kepadaku. 5 hari kemudian, secara mengejutkan, mama akan pergi sendiri ke tempatnya bu Simo.
"Aneh, kok gak ngajak aku?" pikirku.
Aku lalu mencoba bertanya kepada mama kenapa tidak mengajakku, dan mama hanya menjawab kalau dia tidak ingin merepotkan aku. Tetap aneh sih buat aku. Karena penasaran, aku memutuskan akan membuntuti dia dengan naik motor. Aku menunggu mama berangkat lebih dulu, dan setelahnya, baru aku yang berangkat. Aku menunggu sekitar 5 menit, lalu kunyalakan motor sport-ku, dan aku melaju dengan kecepatan sedang. Setibanya di lokasi tujuan, aku memarkirkan motorku di tempat yang tidak mencolok, agar tidak dipergoki oleh mama. Dari kejauhan, aku melihat mama tengah mengobrol dengan bu Simo dan tiga pria cebol di depan rumahnya bu Simo. Mereka kemudian masuk ke dalam rumahnya bu Simo. Aku langsung menuju ke samping rumahnya bu Simo untuk mengintip mereka berlima. Mama dan bu Simo tengah asik berbincang di ruang tamu. Karena terhalang jendela, aku jadi tidak bisa mendengar obrolan mereka. Beberapa saat kemudian, aku melihat mama berdiri dan berjalan menuju ke luar. Aku mengendap - endap untuk mengintip dari samping, dan aku melihat tiga pria cebol yang kemarin telah berdiri di depan rumahnya bu Simo.
"Yuk, kita ke rumahmu," ucap mama.
Ketiga pria cebol itu mengangguk dan mereka berjalan bersama dengan mama. Mau ngapain yaa mereka? Dan kenapa bu Simo gak ikut? Aku membuntuti mereka dari belakang, seperti seorang penguntit yang handal. Tidak perlu waktu lama bagi mama dan ketiga pria cebol itu untuk tiba di rumah yang kemarin dikunjungi oleh mama dan bu Simo. Aku kembali menuju ke jendela yang kemarin kugunakan untuk mengintip, dan saat kuintip, kulihat mama diarahkan menuju ke kamar yang ada di sudut kiri rumah.
"Waduh, kok pake masuk kamar segala," kataku dengan perasaan cemas.
Aku berputar ke sisi lain, berharap kamar tersebut memiliki jendela. Aku lalu melihat sebuah jendela yang sedikit terbuka, dan saat kuintip, aku sangat terkejut saat salah satu pria cebol itu menunjukkan sebuah dildo hitam berukuran besar kepada mama. Karena jendela kamar itu sedikit terbuka, aku bisa mendengar percakapan mereka.
"Wihh besar banget," ucap mama, "aku cobain sekarang nih?"
"Iyaa Ci," jawab pria cebol berbaju merah itu.
"Ohh yaa, bajunya dilepas aja yaa," ucap pria cebol berbaju coklat.
"Lahhh!? Harus bugil nih??" tanya mama dengan ekspresi terkejut.
"Iya dong, biar suasananya lebih menarik hahaha," jawab pria cebol berbaju coklat.
Aku nyaris tidak percaya dengan yang aku dengar, salah satu pria cebol itu meminta mamaku untuk telanjang di hadapan mereka. Di satu sisi, aku juga penasaran dengan tubuhnya mama. Meskipun mama telah berumur 38 tahun, tapi mamaku memiliki body yang kencang dan seksi. Kulitnya juga putih mulus karena kita keturunan chinese, dan mama juga memiliki wajah yang cantik dan awet muda. Aku mengamati dengan mata nanar saat mamaku mulai melepas pakaiannya satu per satu, dimulai dari kaos, celana jeans, kemudian BH dan CD hitamnya. Sekarang mamaku berdiri tanpa busana di hadapan ketiga pria itu. Penisku juga mulai ngaceng melihat mama kandungku telanjang. Pria cebol berbaju merah itu lalu menaruh dildo yang dia pegang di lantai.
"Nah, kamu naik turun di atasnya yaa," kata dia.
"Okee, tapi aku basahi dulu memekku yaa," kata mama.
Aku memandangi dengan mata terbelalak saat mama menusuk - nusuk vagina gundulnya dengan tiga jarinya dalam posisi berlutut. Ketiga pria cebol itu juga menatap dengan seksama. Tidak lama kemudian, mama mulai mengambil posisi seperti cewe yang mau WOT, kemudian mama memasukkan dildo besar itu ke dalam vaginanya secara perlahan. Dildo itu perlahan tenggelam ke dalam liang senggamnya mama, dan ketika sudah masuk semua, mama mendiamkannya sejenak, lalu dia mulai melakukan gerakan naik-turun. Ketiga pria cebol itu hanya tersenyum sembari duduk di lantai, menyaksikan pemandangan mesum yang ada di depan mereka. Mama mulai mengeluarkan suara desahan dari mulutnya yang seksi.
"Ohh yaa, kalian gak lepas baju aja?" tanya mama.
"Buat apa?" tanya pria cebol berbaju kuning.
"Biar makin hot aja hihihihi, akhhh nikmat banget ini," ucap mama.
Mereka bertiga mengiyakan permintaannya dan ketiga pria cebol itu melepas pakaian mereka sampai telanjang bulat. Aku bisa melihat penis mereka yang berukuran kecil tapi berurat dan gemuk. Mama mulai mempercepat gerakan naik-turun pinggulnya, dan hal tersebut membuat badannya jadi basah akibat berkeringat. Tidak lama kemudian, mama mengerang cukup keras.
"Wihh, udah mau orgasme yaa Ci?" tanya si pria cebol yang tadi mengenakan baju merah.
"Iyaa nih," sahut mama yang masih bergoyang dengan binal.
Mama kemudian menghentikan gerakannya, sepertinya beliau mendapatkan orgasme. Ketiga pria cebol itu bertepuk tangan dengan wajah riang.
"Istirahat dulu Ci," ucap pria cebol yang rambutnya agak gondrong itu.
Mama kemudian berdiri dan dia berbaring di ranjang yang ada di kamar itu. Dildo yang ada di lantai itu lalu diambil oleh si pria cebol dengan kepala botak, kemudian dua pria cebol lainnya mengambil sebuah alat aneh dengan sebuah tongkat logam terpasang secara horizontal. Si pria cebol botak memasang dildo yang dia pegang ke tongkat itu, dan rekannya menekan sebuah tombol yang membuat tongkat tersebut bergerak maju-mundur. Mereka lalu mengambil alat yang sama dan memposisikannya berhadapan dengan alat yang telah disiapkan tadi. Si pria cebol berambut agak gondrong itu memasang sebuah dildo di alat satunya, lalu dia menekan tombol di alat itu, yang membuatnya juga bergerak maju-mundur.
"Alatnya sudah siap Ci," kata si pria cebol berambut pendek.
"Okee," sahut mama dengan wajah senang.
Mama kemudian memposisikan dirinya menungging di lantai, lalu ketiga pria cebol itu memposisikan dildo yang terpasang di alat itu ke dekat liang vagina dan mulutnya mama. Dildo yang ada di belakang kemudian dimasukkan ke dalam vaginanya mama, sedangkan dildo yang ada di depan masuk ke dalam mulutnya mama. Dalam posisi tersebut, mama terlihat seperti sedang disetubuhi dari depan dan belakang, dan hal tersebut membuat penisku semakin ngaceng.
"Aku nyalakan yaa," kata si pria cebol berambut pendek.
Alat tersebut menyala dan mulai menyodok mulut dan vaginanya mama. Alat tersebut bergerak maju-mundur seperti piston kendaraan. Ketiga pria cebol itu mulai mengocok penis mereka menikmati pemandangan mesum yang ada di depan mereka.
"Kok bisa yaa mama melakukan hal seperti ini," batinku.
Beberapa menit kemudian, pria cebol yang berambut agak gondrong itu menyetop kedua alat itu. Mama terlihat bingung dengan apa yang dilakukan oleh si pria cebol itu. Mereka mencabut dildo - dildo yang ada di mulut dan vaginanya mama, kemudian menukar posisinya.
"Nah ini dildo habis keluar-masuk di dalam memekmu, sekarang kamu emutin yaa," kata si pria cebol berambut pendek.
Bukannya jijik, mama malah senyum - senyum seperti wanita binal. Mama membuka mulutnya, dan membiarkan dildo berwarna coklat yang berlumuran cairan kelaminnya itu, masuk ke dalam mulutnya. Sementara dildo yang satunya ditancapkan ujungnya ke dalam liang vaginanya mama. Ketiga pria berbadan cebol itu kemudian menyalakan kembali alat itu dan kedua dildo tersebut mulai bergerak maju-mundur di mulut dan vaginanya mama. Aku hanya bisa melongo melihat apa yang terjadi, padahal yang aku tau, mamaku adalah tipe wanita yang cukup konservatif, kenapa tiba - tiba jadi begini? Tidak berselang lama, tubuhnya mama terlihat bergetar, sepertinya dia mau orgasme.
"Mmmmppphhh ...," desah mama yang tertahan akibat mulutnya yang tersumpal dildo.
Ketiga pria cebol itu tertawa terkekeh saat melihat mama orgasme. Mereka bertiga kemudian menyetop alat itu, mencabutnya dari mulut dan vaginanya mama. Mama kemudian terduduk di lantai dengan vagina basahnya yang terlihat jelas di depan mataku.
"Okee, sekarang giliran kalian yaa hihihihi," ucap mama.
Ketiga pria cebol itu saling bertatapan, kemudian mereka mendorong mama sampai badannya rebah di lantai. Mereka bertiga menggerayangi tubuh seksi dan mulus mamaku, diikuti dengan menciumi wajah, leher dan payudaranya.
"Nih body sedep banget" kata si pria cebol berambut gondrong.
"Gak nyangka yaa kita bisa dapet cici binal kayak gini," ucap si pria cebol yang berkepala botak.
Mereka benar - benar tidak melewatkan setiap jengkal dari tubuh mulus mama kandungku. Kedua payudaranya diremas bergantian, lalu mereka bergantian mengulum kedua putingnya, diikuti dengan mengelapnya ketika ganti giliran. Penisku semakin ngaceng melihat pemandangan yang seharusnya tidak kulihat ini. Si pria cebol berambut pendek berpindah ke bawah, dimana dia mulai mengobel - ngobel vagina dan klitorisnya mama. Si pria cebol berambut gondrong mengarahkan penisnya ke mulutnya mama.
"Tolong emutin Ci," pintanya.
Mama membuka mulutnya dan melahap seluruh penisnya dengan wajah gembira. Di tempat lain, si pria cebol botak sedang menggesek - gesek penisnya diantara kedua payudaranya mama. Pria cebol satunya mengarahkan penis kecilnya ke liang senggamanya mama, dan dengan sekali dorongan, penisnya masuk semua ke dalam lubang kenikmatannya mama. Sungguh sebuah pemandangan yang sangat erotis, mamaku yang seksi, putih dan cantik sedang disenggamai oleh tiga pria cebol yang wajahnya tidak begitu ganteng. Baru beberapa menit dalam gaya missionary, mereka bertiga memposisikan mama menungging. Ketiga pria cebol itu juga bertukar posisi. Si pria cebol botak kali ini menggarap vaginanya mama, yang berambut gondrong berada di bawah mengulum dan mengenyot kedua payudaranya mama, dan yang satunya menyodok mulut mungil mamaku.
"Memeknya sempit banget," ucap si pria cebol botak.
"Mulutnya legit banget," ujar si pria cebol berambut pendek.
Tidak berselang lama, mama mengeram dan tubuhnya terlihat bergetar, sepertinya akan orgasme lagi.
"Wihhh, orgasme lagi," ucap si pria cebol botak, "emang nih cici bener - bener binal hahahaha."
"Lanjut aja dah, keburu mau sore," kata si pria cebol berambut pendek.
Mereka meminta mama berdiri, kemudian si pria cebol berambut gondrong berbaring di lantai. Mama diminta untuk menduduki penisnya. Mama nurut dan dia memposisikan dirinya untuk melakukan gaya WOT. Dengan sekali dorongan, penis kecil tersebut masuk ke dalam liang senggamanya mama. Pria cebol berambut pendek mendorong punggungnya mama, lalu dia arahkan penisnya ke lubang anusnya mama. Pria cebol yang botak menjambak rambutnya mama, dan dia arahkan mulutnya mama ke penis imutnya. Aku melongo dengan penis mengacung super tegak saat menyaksikan mamaku di-triple penetration. Benar - benar pemandangan yang gila dan sangat erotis. Aku tidak percaya mamaku bisa - bisanya melakukan seks gangbang seperti itu, bahkan sekarang tengah menggoyang pinggulnya dengan erotis. Mereka bertiga bergantian menyodok setiap lubang di tubuhnya mama, dan aku bisa melihat dengan jelas mamaku sangat menikmati perbuatan mesum tersebut. Aku memutuskan pergi dari situ karena tidak sanggup lagi melihat mamaku sendiri digangbang ria oleh tiga pria cebol itu. Aku naiki motorku dan langsung menuju ke rumah dengan penis masih tegak. Sekitar jam 6 sore, mamaku baru tiba di rumah. Aku bisa melihat wajahnya yang terlihat begitu senang. Sepertinya mama digarap sampai 2 jam oleh mereka bertiga.
"Kamu sudah makan?" tanya mama kepadaku.
Aku hanya menggelengkan kepala tanpa mengatakan sepatah kata pun. Aku tidak percaya mama bertingkah seolah tidak terjadi apa - apa dengannya. Aku sendiri jadi kepikiran, bagaimana mama bisa berakhir melakukan hal tersebut? Apakah mamaku dihipnotis, ataukah mama sendiri yang mengajukan dirinya untuk dientotin oleh mereka? Malamnya, aku malah bermimpi melihat mamaku tengah dientotin oleh ketiga pria cebol itu. Aku duduk di sebuah kursi di pinggir ruangan, sementara mamaku tengah bergoyang diatas salah satu dari pria cebol itu. Mulut, vagina dan anusnya digenjot bergantian oleh mereka, bahkan mama melirik ke arahku ketika dia membuka mulutnya, dan sebuah penis kecil masuk ke dalam mulutnya yang terbuka dengan ekspresi ceria. Kemudian, aku disuguhkan dengan adegan ketika salah satu dari mereka mencabut penisnya dari lubang pantatnya mama, lalu memasukkan penisnya ke mulutnya mama. Mama sama sekali tidak jijik mengulum penis yang baru saja keluar-masuk di anusnya. Tidak berselang lama, mereka bertiga menyemburkan sperma mereka ke tubuh seksi mamaku, dan dia terlihat sangat senang dan menjilati cairan sperma yang belepotan di tubuhnya. Kemudian, aku terbangun dari tidurku dan aku menengok sekitar.
"Mimpi macam apa itu," kataku.
Dua hari kemudian, mama mengatakan akan mengunjungi bu Simo dan aku diminta untuk jaga rumah.
"Pasti mau ngentot sama tiga pria cebol itu lagi," kataku dalam hati.
Aku hanya bisa memandangi mobilnya mama perlahan menjauhi rumah, dan menuju ke tempat dimana dia akan digangbang lagi.
Tamat.