"Ini ... beneran mama?" tanyaku, agak gemetar.
"Iya," jawab mama dengan santai.
"Mama selama ini jadi foto model?" tanyaku.
"Iya," jawab mama.
"Papa tau gak?" tanyaku kembali.
"Enggak. Mama sengaja merahasiakannya," jawab mama. "Janagn beritahu papa yaa, hihihi."
Aku terkejut dengan mulut terbuka. Aku kemudian melihat foto - fotonya mama yang begitu seksi. Posenya juga banyak: mulai dari yang berbikini, memakai pakaian dalam seksi, sampai foto telanjang yang tidak menampilkan dada dan selangkangannya. Saat aku scroll ke atas, aku terkejut menemukan fotonya mama yang berpose telanjang bersama seorang pria yang juga telanjang.
"Ma!? Ini apa??" tanyaku dengan ekspresi terkejut.
"Ohh, itu aku difoto dengan seorang model pria bernama Tono," jawab mama dengan santai.
"Mama kok bisa biasa aja telanjang sama cowo lain?" tanyaku.
"Seorang foto model harus siap difoto dengan orang lain," jawab mama, "profesionalitas sangat penting dalam dunia model."
"Wow ... mama hebat," pujiku dengan muka datar.
"Hihihi, makasih sayang," balas mama sambil menciumku.
Puas melihat foto - foto seksinya mama, aku kembalikan HP-nya mama, lalu aku pamit untuk kembali ke kamar.
***
Sekitar jam 9 malam, mama masuk ke kamarku dengan mengenakan jubah tidur. Mama berjalan mendekati diriku yang sedang duduk di kursi depan meja komputer.
"Ngentot yuk," ajak mama dengan lemah lembut.
"Ummm ... oke," sahutku dengan agak canggung.
Mama memintaku untuk berdiri, lalu dia menanggalkan pakaianku. Mama kemudian mendudukkan diriku di pinggir kasurku. Mama lalu melepas jubah tidurnya, dan dia membiarkan jubah tersebut turun ke bawah. Penisku langsung mengacung tegak saat melihat tubuh telanjangnya mama.
"Sudah siap?" tanya mama seraya duduk di sampingku.
Aku mengangguk. "Siap!"
"Oh iya, mama matikan dulu lampunya ya," kata mama sembari bangkit berdiri.
Kamarku menjadi gelap ketika mama mematikan lampu.
"Gak keliatan Ma!" ucapku.
"Bentar sayang," kata mama.
Mama lalu keluar dari kamarku, dan menutup pintu kamarku. Aku yakin mama pasti kembali ke kamarnya. Tidak lama kemudian, pintu kamarku terbuka. Mama kembali masuk ke dalam kamarku. Kemudian, sebuah lampu tidur menerangi kamarku. Lampu tersebut membuat kamarku bernuansa remang - remang.
"Gimana? Suasananya jadi romantis, kan?" kata mama dengan tersenyum.
"Iya," jawabku.
Mama kemudian duduk di samping kananku, lalu dia menyentuh pipiku dengan tangan kanannya. Mama mencium bibirku dengan lembut. Aku membalasnya dengan ciuman yang lembut juga. Sambil berciuman, aku remas - remas payudara mamaku yang empuk. Mama membalasnya dengan mengocok penisku. Semenit kemudian, mama menghentikan ciuman kami berdua. Mama lalu berdiri dari kasur dan sekarang dia berhadapan denganku. Mama lalu berlutut dan membuka kedua pahaku. Mama genggam penisku dan dia menjilatinya dengan lembut.
"Ohh ... enak banget Ma," lenguhku.
Mama kemudian memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Badanku merinding akibat permainan mulut dan lidahnya mama yang sangat nikmat.
"Ouhh ... terusin Ma," desahku.
Mama memegang tangan kananku, lalu dia taruh tanganku di kepalanya. Aku paham apa yang mama mau. Aku mendorong - dorong kepalanya mama, agar penisku masuk makin dalam ke mulutnya. Sekitar 2 menit kemudian, aku mencabut penisku dari mulutnya mama, karena aku tidak ingin keluar lebih dulu.
"Sini Ma, giliranku yang memuaskan Mama," ucapku sembari menarik mama untuk berdiri.
Aku lalu memposisikan mama terlentang di atas kasurku. Aku kemudian mulai menjilati bahu dan kedua payudaranya.
"Ohhhh," lenguh mama.
Aku kulum payudara kirinya, sementara payudara kanannya aku remas. Aku bergantian mengulum dada mamaku yang besar dan empuk. Setelah puas bermain di payudaranya mama, aku turun ke perutnya yang mulus dan rata. Aku jilat seluruh permukaannya.
"Ohh ... yeahh," lenguh mama.
Aku lalu turun ke selangkangannya dan aku jilat bibir vaginanya yang wangi. Aku juga memainkan klitorisnya dengan jari - jariku.
"Ohh ... masukin say. Mama udah gak tahan," kata mama dengan nada binal.
"Mama di atas ya, hehe," pintaku.
"Oke," sahut mama.
Mama kemudian mendorongku sampai terbaring di atas kasur. Mama kemudian memposisikan dirinya di atas selangkanganku.
"Mama masukin ya," kata mama seraya mengarahkan penisku ke liang senggamanya.
Mama kemudian mendorong pinggulnya ke bawah. Penisku masuk ke dalam vaginanya secara perlahan. Setelah masuk setengahnya, mama mendorong pinggulnya dengan keras, membuat penisku masuk seluruhnya ke dalam vaginanya.
"Aaaahhhhh." Mama melenguh panjang dengan kepala terdongak ke atas.
Vaginanya mama sempit dan lembut, membuat badanku terasa seperti disetrum listrik statis.
"Mama goyang ya," kata mama.
Mama mulai menggoyang pinggulnya dengan perlahan. Kecepatan goyangan pinggulnya semakin naik. Aku membalasnya dengan meremas kedua pantatnya yang montok.
"Ohh, yeah ... enak banget say," desah mama.
Mama menurunkan badannya dan dia menciumku dengan agresif. Aku mencium mamaku sambil kuremas - remas pantatnya. Tidak lama kemudian, mama mendapatkan orgasme pertamanya. Mama mendesah panjang menikmati orgasmenya. Aku peluk mama dengan erat, supaya dia tidak melepas penisku dari vaginanya.
"Kenapa sayang? Kamu suka banget ya sama badannya mama?" kata mama dengan lembut.
"Hehehe, iya," jawabku.
Mama lalu meletakkan kedua tangannya di bawah kepalaku. Kami berpelukan selama 2 menit, dengan penisku masih menancap di vaginanya. Setelah itu, aku kembali menggenjot mamaku dalam posisi doggy style. Sambil kusodok vaginanya, aku remas - remas pantatnya mama yang montok. Tangan kiriku kemudian pindah ke depan untuk meremas kedua payudaranya mama.
"Oh yeah, terusin say," desah mama, "enak banget say!"
Benturan antara pahaku dan pantatnya mama menghasilkan suara plap plap plap. Sebuah suara yang sangat enak untuk didengar. Tidak lama kemudian, mama kembali mendapatkan orgasme.
"Sial! Kenapa aku belum crot sama sekali!" seruku dalam hati.
Mama terjatuh ke atas kasur dengan posisi telungkup. Aku lalu menggesek - gesekkan penisku di belahan pantatnya.
"Pantatnya mama empuk banget," kataku.
"Kalau begitu, geseknya yang cepet, say," ucap mama.
Aku percepat gesekanku di belahan pantatnya mama. Tidak lama kemudian, aku angkat pantatnya mama, lalu aku masukkan penisku ke dalam vaginanya yang masih becek.
"Aaahhhh!" Mama mendesah panjang saat vaginanya kumasuki penisku.
Baru 1 menit aku genjot, aku merasa akan muncrat. Aku cabut penisku, lalu aku balikkan tubuhnya mama. Aku gesekkan penisku di belahan dadanya mama. Kemudian, spermaku muncrat membasahi dada dan wajahnya.
"Spermamu banyak banget," kata mama sembari mengelap sperma di dagunya.
Kami beristirahat selama 2 menit. Setelahnya, kita lanjut ke ronde kedua.
***
Hari ini, mama mengajakku ke studio pemotretan. Di tempat inilah mamaku bekerja sebagai model erotis tanpa sepengetahuan kita sekeluarga. Mama berjalan menghampiri seorang pria paruh baya yang berdiri dengan membawa kamera DSLR.
"Halo Pak," sapa mama kepada pria itu, "aku hari ini mengajak anakku ke sini."
Pria tersebut terkejut sambil menatapku. "Kamu serius, Ness?"
"Iya," jawab mama, "gapapa, kan?"
"Sebenarnya gapapa. Tapi ... yakin kamu mau berpose di depan anakmu?" tanya pria itu.
"Hihihi, santai saja. Dia gak masalah kok," jawab mama.
Aku lihat mereka berdua mengobrol dengan begitu akrab. Tidak lama kemudian, pria tersebut menghampiriku.
"Halo. Perkenalkan, namaku adalah Don," ucap pria yang berrnama Don tersebut, "aku adalah manajernya mamamu."
"Aku Mike," kataku seraya menjabat tangannya.
"Senang bertemu denganmu, Mike," ucap Don sambil tersenyum. "Mamamu adalah salah satu model terbaik di studio ini."
"Ah, bisa aja kamu," kata mama sambil menepuk lengannya Don.
"Kalau begitu, kamu segera bersiap ya," kata Don kepada mama.
"Oke," sahut mama.
Mama lalu menggandengku dan menarikku menuju ke sebuah pintu yang ada di samping kiri studio utama. Saat pintu dibuka oleh mama, ternyata ini adalah ruang ganti.
"Hari ini ada sesi foto pakai bikini dan foto telanjang," ujar mama.
"Mama gak malu ya telanjang di depannya si Don?" tanyaku.
Mama menatapku dengan tajam. "Ini, kan, pekerjaan seorang model erotis. Kalau malu, lebih baik jangan jadi model."
Aku mengangguk sambil memejamkan mata. "Mama memang hebat."
"Hehehe, terima kasih," balas mama.
Mama kemudian menuju ke salah satu bilik ganti, lalu dari dalam bilik itu, mama mengambil sebuah bikini merah yang tergantung di hanger. Bikini tersebut terlihat begitu minim dan seksi. Mama dengan cueknya melepas baju di luar bilik ganti. Dia lemparkan pakaiannya ke dalam bilik gantinya, lalu dia kenakan bikini merah tersebut. Aku menelan ludahku saat melihat mama hanya mengenakan bikini saja.
"Gimana? Cocok gak?" tanya mama sambil berpose erotis.
Aku mengacungkan jempol. "Cocok banget! Bahkan mama terlihat seksi banget."
Mama tersenyum binal kepadaku. "Hihihi, makasih Sayang," ucapnya sembari mencium pipiku.
Mama kemudian mengenakan jubah putih yang tergantung di dekat meja rias, lalu mengikat tali putih yang ada di area pinggangnya. Jubah tersebut tergolong pendek, cuma sampai bagian tengah pahanya mama. Mama lalu mengajakku keluar, dan kita menuju ke ruang pemotretan. Di dalam ruangan ini, terdapat kasur ukuran king size dengan sprei berwarna putih. Selain kasur, ada beberapa alat untuk membantu pencahayaan, agar foto terlihat bagus. Don kemudian masuk dengan membawa kameranya.
"Clarissa, sekarang kamu bersiap di atas ranjang," kata Don.
"Oke," sahut mama.
Mama melepas jubah yang dia pakai, kemudian dia melangkah naik ke atas kasur. Don telrihat biasa saja melihat mama hanya mengenakan bikini minim. Don memberi arahan gaya kepada mama. Aku menelan ludah saat melihat mamaku berpose dengan begitu erotis. Penisku mulai mengeras dan mendesakku untuk memasukkannya ke dalam vaginanya mama.
"Sabar adik kecil, nanti kalo sudah selesai, bakal kita genjot habis - habisan," ucapku dalam hati.
Setelah melakukan beberapa pose, Don meminta mama melepas seluruh bikininya. Kali ini, mama berpose bugil. Mama menutupi tubuhnya dengan tangan, selimut dan bantal. Don terlihat sangat profesional dalam mengambil foto. Kemudian, seorang wanita muda masuk ke dalam studio. Don menyerahkan SD card dari kameranya kepada wanita tersebut.
"Tolong di edit ya," ucap Don.
"Baik," sahut wanita muda tersebut.
Sesi foto di ruangan ini telah berakhir. Mama mengambil kembali bikininya dan menyerahkannya kepada si wanita muda itu, yang kemungkinan merupakan salah satu staf di studio ini. Mama lalu mengenakan kembali jubah putihnya.
"Sesi berikutnya akan sangat menarik, hihihi," bisik mama kepadaku.
"Maksudnya?" Aku bingung dengan ucapannya mama.
Kita lalu dibawa ke ruang studio yang ada di samping ruangan yang tadi. Di dalam ruangan ini, aku melihat ada dua staf, laki - laki dan perempuan, dan seorang pemuda berkulit sawo matang. Pria tersebut juga mengenakan jubah putih, sama seperti yang dikenakan oleh mama.
"Clarissa, Dion, segera bersiap!" kata Don.
"Yaa," sahut mama.
Mama dan pemuda yang bernama Dion itu berjalan menuju ke tengah studio. Kedua mataku terbelalak ketika melihat mereka berdua menanggalkan jubah putih mereka. Mama dan Dion terlihat begitu ideal ketika berdiri bersebelahan. Dion memiliki wajah yang tampan, tubuh berotot dan batang kejantanannya berukuran besar. Mamaku memiliki kulit yang putih mulus, body seksi, dada besar dan kencang, pinggul seksi, pantat mulus yang montok, dan paha yang menggoda. Yang mengejutkan adalah, selangkangan mereka sama - sama tidak berambut alias gundul.
"Apa seorang model harus mencukur habis rambut selangkangan mereka?" pikirku.
Don kemudian meminta mama dan Dion saling berpelukan. Aku melongo ketika melihat mama memeluk Dion dengan santainya. Dion memegangi pinggulnya mama, sedangkan kedua tangannya mama berada di punggung berototnya Dion. Mereka terlihat begitu kontras, mamaku yang berkulit putih (chinese) dan Dion yang berkulit gelap. Penisku jadi semakin ngaceng. Pose yang mereka berdua lakukan sangatlah erotis. Mulai dari berpelukan sambil berhadapan, kemudian ganti pose di mana Dion memeluk mama dari belakang. Posisi ini membuatku menelan ludah, karena tangan kanannya Dion menutupi kedua payudaranya mama, dan tangan kirinya menutupi selangkangannya mama. Tangan kanannya mama menyentuh tangan kanannya Dion, dan tangan kirinya menyentuh tangan kirinya Dion. Sungguh pose yang begitu erotis dan intim. Berikutnya, Don meminta staf-nya untuk mengambil meja. Dua staf-nya kemudian membawa meja berbentuk persegi dan menaruhnya di dekatnya mama dan Dion.
"Clarissa, kamu sekarang menungging sambil berdiri di meja itu ya," kata Don, "Dion, kamu harusnya tau harus berada di mana."
"Oke," sahut Dion.
Mama kemudian membungkuk sampai dada dan perutnya menyentuh meja tersebut. Dion berada di belakang pantatnya mama, dan dia kedua tangannya menyentuh pinggulnya. Aku terbelalak saat melihat Dion menempelkan selangkangannya ke pantatnya mama.
"Jangan khawatir, Dion tidak akan memasukkan batangnya ke dalam mamamu," ucap Don kepadaku.
Mama kemudian sedikit melebarkan pahanya, dan kulihat pantatnya sedikit naik. Mamaku sangat seksi sekali dalam posisi menungging sambil berdiri. Setelah posisinya sudah pas, Don mulai mengambil foto dari beberapa sudut. Kemudian, Mama memposisikan kedua tangannya di belakang, dan Dion memegangi tangannya mama. Dalam posisi ini, mama seperti sedang digenjot dengan kedua tangannya ditarik ke belakang. Don kembali mengambil beberapa foto kiri dan kanan.
"Tolong mejanya disingkirkan ya," perintah Don kepada staf-nya.
Dua staf-nya mengangkat meja itu, dan membawanya ke luar ruangan.
"Ini pose terakhir ya," kata Don.
"Yaa!" sahut mama dan Dion.
Don lalu meminta mama untuk berjongkok dengan kaki jinjit dan paha dilebarkan. Wajahnya mama didekatkan ke penisnya si Dion yang mulai agak membesar. Aku melongo tidak percaya saat melihat mama menempelkan mulutnya ke batang penisnya Dion. Tangan kanannya mama berada di vaginanya, antara menutupi selangkangannya atau berakting sedang menyodok - nyodok vaginanya dengan jari tangannya.
"Bagus! Tahan sebentar!" ucap Don sambil memfoto mama dan Dion.
Don hanya mengambil dua foto saja. Setelahnya, mama dan Dion kembali mengenakan jubah putih mereka.
"Kita istirahat dulu ya," kata Don.
"Yaa!" sahut mama dan Dion.
Setelah memakai jubah putihnya, mama datang menghampiriku. Dia menarikku menuju ke ruang ganti.
"Gimana? Posenya mama menarik, kan?" tanya mama.
"Sangat menarik," jawabku. "Oh iya, pemuda yang bernama Dion itu ... kok bisa dia gak ngaceng?" tanyaku kemudian.
"Karena dia profesional, sama kayak mama," jawab mama.
"Saat pose yang terakhir, kok penisnya bisa agak ngaceng?" tanyaku.
"Kalo loyo, jadinya aneh kalau dalam posisi seperti tadi," jawab mama.
Aku mengangguk - angguk sambil memejamkan mata.
"Kamu mau memperagakan yang tadi?" tanya mama dengan berbisik.
"Yakin mau melakukannya di sini?" tanyaku, "kalo ketahuan gimana?"
"Santai aja, tempat ini lumayan kedap suara," jawab mama. "Kalo mau, harus sekarang. Kalo ragu, kita peragakan di rumah saja."
"Sekarang aja," ucapku secara spontan.
Mama tersenyum mendengar responsku. Dia lalu melepaskan ikatan tali jubahnya, lalu meloloskannya sampai turun ke lantai. Mama kemudian melepas pakaianku hingga aku telanjang. Mama lalu berjongko, memposisikan dirinya sama seperti yang tadi. Sungguh erotis sekali posisinya mama, membuat penisku mengacung sangat keras.
"Kamu suka ya liat mama berjongkok seperti seorang pelacur?" tanya mama, menatapku dengan tatapan mesum.
Aku terkejut mendengar ucapannya mama. Baru kali ini aku mendengar perkataan vulgar keluar dari mulutnya mama. Mama kemudian menjilati batang penisku dengan lembut. Setelah basah, dia memasukkannya ke dalam mulutnya. Sambil mengoral penisku, mama memainkan vaginanya dengan tangan kanannya. Sungguh suatu pemandangan yang erotis dan menegangkan. Satu setengah menit kemudian, mama melepas penisku dari mulutnya, kemudian dia bangkit berdiri dan menuju ke meja rias.
"Entot mama dari belakang ya," kata mama.
Mama kemudian mengambil posisi menungging sambil berdiri. Kedua dadanya menempel di atas meja. Mama menaikkan sedikit pantatnya, dan kedua pahanya sedikit dilebarkan. Aku lalu meremas pantatnya, kemudian aku masukkan seluruh penisku ke dalam liang senggamanya. Aku kemudian menyodok vaginanya plok plok plok plok. Mama menutup mulutnya, menahan desahan yang keluar dari mulutnya. 2 menit kemudian, mama mengencangkan vaginanya.
"Aku mau keluar say," kata mama.
Aku percepat genjotanku untuk mempercepat orgasmenya mama. Kemudian, sebuah cairan hangat mengalir deras dari vaginanya mama. Penisku terasa begitu hangat disiram cairan cintanya mama.
"Kamu belum keluar ya?" tanya mama sambil melirikku.
"Iya," jawabku.
Mama kemudian mencabut penisku dari vaginanya, lalu dia berlutut dan mengulum penisku. Kulumannya mama membuatku terbang ke awan. Aku dorong - dorong kepalanya mama agar penisku masuk lebih dalam ke mulutnya. Tidak lama kemudian, aku akhirnya berhasil muncrat. Aku semburkan semua maniku ke dalam mulutnya mama. Mama menelan semua spermaku.
"Mama suka sama pejumu," ujar mama sembari membuka mulutnya, menunjukkan genangan maniku di lidahnya.
Aku tersenyum melihatnya. Aku kemudian mengenakan kembali pakaianku.
"Mama ke kamar mandi bentar. Mau bilas," kata mama sembari berlari kecil ke kamar mandi.
Beberapa detik kemudian, mama keluar dari kamar mandi, lalu dia mengenakan kembali jubah putihnya. Aku dan mama kemudian menuju ke ruang studio. Kali ini, mama menjalani sesi foto tanpa busana. Jika kuperhatikan, Don mengambil foto dari sudut yang tidak menampakkan puting dan vaginanya mama. Mama menutupi dada dan selangkangannya jika difoto dari depan. Benar apa yang dikatakan oleh mama. Mereka semua bekerja secara profesional. Setelah sesi foto selesai, mama mengajakku pulang.
"Posenya mama tadi bagus gak?" tanya mama di dalam mobil.
"Bagus dong," jawabku.
"Kapan - kapan, ikut ke studio lagi ya," kata mama.
"Oke Ma!" sahutku.
Tidak terasa kita telah tiba di rumah. Aku membukakan pintu gerbang agar mama bisa memasukkan mobil ke dalam garasi. Aku menunggu mama sampai selesai memarkirkan mobil. Ketika mobil sudah terparkir di garasi, mama menghampiriku dan mengajakku masuk ke dalam rumah. Ketika berada di ruang tamu, aku memeluk mama dari belakang.
"Kenapa Sayang?" tanya mama.
"Ngeseks yuk Ma," pintaku.
"Di kamar aja ya. Sekalian mama mau mandi dulu," ucap mama.
"Di sini aja Ma," pintaku sambil meraba dadanya.
Mama melirik ke belakang dengan tersenyum. "Udah gak tahan ya? Hihihihi," ucapnya, "kalau begitu, telanjangi mama ya."
Aku melepas pelukanku pada mama, lalu aku buka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya. Mama kemudian gantian melepas seluruh pakaianku. Kita berdua sekarang sama - sama telanjang bulat. Aku dan mama kemudian berciuman sambil berpelukan. Aku meraba - raba punggungnya mama yang mulus. Setelah puas berciuman, kita melakukan persetubuhan yang sangat panas di ruang tamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar