Senin, 02 Juni 2025

Cerita Seks Mama dan 4 Cewe Nakal Tetangga Kita part 2

POV Tasya

Menjelang jam 1 siang, aku berkunjung ke rumah tetanggaku untuk mengobrol sambil memainkan 'permainan' yang asik. 

"Halo Ci," sapa Amy, membukakan pintu untukku.

"Permisi," ucapku seraya masuk ke dalam rumah.

Baru saja masuk, aku dikejutkan dengan sebuah pemandangan yang membuatku panas dingin. Di ruang tamu, Siska sedang memasukkan sebuah terong berukuran besar ke dalam vaginanya Mita yang menungging di atas sofa. Mereka berdua telanjang bulat.

"Ahhh ... ahhh ... terusin ...," desah Mita.

"Seriusan kalian main di ruang tamu?" tanyaku, "kalo ketahuan orang lain, bisa gawat lhoo."

"Santai saja Ci," ucap Siska, "desahannya Mita gak keras, hihihi."

Aku kemudian duduk sambil melihat terong ungu besar yang keluar-masuk di dalam vaginanya Mita. Amy dan Nita duduk di sampingku, lalu mereka mengajakku mengobrol, mengalihkan perhatianku dari Siska dan Mita. Aku kesulitan untuk fokus dengan obrolannya Amy dan Nita karena pemandangan mesum yang ada di depanku.

"Hey kalian! Mau nyobain terong besar ini gak?" tanya Siska seraya menghentikan sodokan terongnya di vaginanya Mita.

"Nanti aja," jawab Amy.

"Kita mau ngobrol - ngobrol dulu," imbuh Nita.

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Sekitar 3 menit kemudian, giliran Siska yang vaginanya disodok dengan terong besar. Mita menyodokkan terong tersebut dengan tempo sedang.

"Ahh ... ahhh ... lebih kenceng Mit," ceracau Siska.

"Aduh ... kalian bikin aku sange nih!" kata Amy dengan wajah kesal.

"Kalo gitu, kita lanjutin aja di kamar," ucap Mita.

"Gass!" seru Amy.

Mita mencabut terong yang dia sodokkan di vaginanya Siska, lalu mereka berdua berdiri dan berjalan ke kamar.

"Yuk, Ci," ajak Nita.

"Oke," sahutku.

Aku, Amy dan nita berjalan menuju ke kamar. Siska menutup jendela agar tidak diintip oleh orang luar. Mita kemudian datang dengan membawa 3 terong ungu berukuran besar.

"Cuma ada 3," kata Mita.

"Berarti kita gantian, hihihi," ujar Nita.

"Yuk, lepas baju kalian," ucap Siska.

Aku, Amy dan Nita langsung melepas pakaian kita. Sekarang kita semua sudah telanjang bulat.

"Nungging dong Ci," pinta Nita yang telah memegang sebuah terong ungu berukuran besar.

"Oke." Aku tersenyum lalu menungging di lantai.

Nita berlutut di belakangku, kemudian dia memasukkan dua jarinya ke dalam liang senggamaku. Aku mendesah kecil saat dia mengocok vaginaku.

"Hmm ... sepertinya sudah cukup basah," kata Nita seraya mencabut dua jarinya dari vaginaku.

Kemudian, aku merasakan sebuah benda besar menempel di bibir vaginaku. Nita menggesek - gesekkan terong besar tersebut di bibir vaginaku.

"Ahhh ... masukin dong," pintaku.

"Okee Ci," sahut Nita.

Vaginaku terasa sakit ketika terong besar tersebut menyeruak masuk ke dalam liang senggamaku. Vaginaku dipaksa untuk membuka lebih lebar lagi agar bisa menerima terong besar itu. 

"Gila! Dalam banget!" seruku.

"Ini baru seperempatnya lhoo," kata Nita.

Aku tersentak ketika mendengarnya. "Serius?" kataku seraya berpaling ke belakang.

"Iyaa," sahut Nita.

Aku mendesah cukup keras ketika Nita mendorong masuk terong tersebut lebih dalam. Nita kemudian menarik terong tersebut, lalu dia dorong lagi. Setelah aku mulai terbiasa dengan ukuran dari terong itu, Nita mulai menyodok - nyodokkan dengan tempo cepat. Aku merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Vaginaku benar - benar terasa penuh. Aku lalu iseng melirik yang lain. Amy dan Siska tengah keenakan disodok terong oleh Mita. 5 menit kemudian, aku mendapatkan orgasme dahsyat. Badanku bergetar akibat disetrum oleh kenikmatan. Nita kemudian mencabut terong tersebut dari vaginaku.

"Sekarang giliranku," ujar Nita sembari menungging di sampingku.

Aku lalu berdiri, mengambil terong ungu besar yang belepotan cairan cintaku. Aku buka vaginanya Nita, lalu aku masukkan tiga jariku ke dalamnya.

"Aaahhhhhh ...," Nita mendesah panjang.

Setelah vaginanya cukup basah, aku masukkan terong besar tersebut ke dalam vaginanya Nita. Cukup sulit untuk memasukkannya, karena ukurannya yang besar.

"Pelan - pelan Ci," kata Nita, tubuhnya bergetar.

Aku dorong terong ini secara perlahan. Baru sepertiganya saja yang masuk, Nita sudah orgasme.

"Cepet banget orgasmemu," kataku, tersenyum geli.

Nita melirik ke arahku. "Habisnya enak banget hehe."

Aku diamkan terong tersebut tertancap di vaginanya Nita selama satu menit. Setelah itu, aku tarik perlahan, lalu aku dorong masuk. 

"Ahhh ... ahhh ... sodok yang lebih keras Ci," pinta Nita sambil mendesah binal.

Aku mengangguk dan aku sodok - sodokkan terong ini lebih cepat. Hanya dalam waktu 3 menit, Nita kembali orgasme. Badannya langsung ambruk di lantai. Amy kemudian mendatangiku.

"Ci, mau aku sodok pake terong bekas memeknya Siska?" kata Amy.

Aku tersenyum binal. "Boleh aja."

Amy memintaku untuk berbaring telentang di atas lantai. Aku menurut saja dan membaringkan diriku di atas lantai. Amy membuka pahaku lebar - lebar, lalu dia masukkan terong yang sudah basah itu ke dalam vaginaku. Aku mendesah panjang ketika vaginaku kembali dijejali terong yang besar dan panjang. Sembari menyodok vaginaku, Amy juga meremas - remas payudara besarku. Aku mengamati sekitarku, dan kulihat Siska sedang berhubungan seks dengan Nita, sementara Mita asik meremas kedua payudaranya Amy. 2 menit kemudian, aku kembali mendapatkan orgasme. Cairan cintaku membasahi lantai kamar ini.

"Gimana kalau terong - terong ini diganti?" usul Amy.

"Boleh," sahut Mita, "sebentar yaa," sambungnya seraya mengambil terong - terong itu, lalu berjalan ke luar kamar.

Tidak lama kemudian, Mita datang dengan membawa 4 buah lobak panjang dan besar. 

"Yuk kita main dengan lobak," kata Mita.

"Wokee!" seru Amy, Nita dan Siska.

Amy, Siska dan Niat segera memposisikan diri mereka menungging.

"Ayo nungging Ci!" kata Mita.

Aku mengangguk dan menungging di sampingnya Siska. Mita memasukkan lobak - lobak itu ke dalam vagina kami berempat. Aku mendesah saat lobak itu menyumpal liang senggamaku. Mita mendiamkan lobak - lobak itu di dalam vagina kami.

"Sekarang, kalian goyangkan pantat!" perintah Mita.

Amy, Nita dan Siska mendesah manja ketika mereka mencoba menggoyangkan pantat mereka. Aku coba goyangkan pantatku dengan perlahan.

"Aaaahhhhhhh ...." Lobak yang tertancap di vaginaku memberikan sengatan kenikmatan ke tubuhku.

Selama 1 menit aku, Amy, Nita dan Siska menggoyangkan pantat sesuai dengan perintahnya Mita. Setelah itu, Mita meminta kita untuk merangkak. 

"Siap!" seru kami berempat.

Vaginaku berkedut setiap kali aku mencoba menggerakkan kakiku. Kenikmatan ini membuatku kesulitan untuk merangkak. Aku lihat ke samping, Amy, Nita dan Siska juga kesulitan untuk bergerak.

"Hehehe, pasti kalian keenakan," kata Mita.

"Habis ini giliranmu," kata Siska.

"Nah bener itu- ahhhh," ujar Amy diikuti dengan desahan.

Baru bergerak 5 langkah, aku sudah mengalami orgasme. Tubuhku bergtar dengan hebat, diikuti dengan semburan cairan cinta dari vaginaku. Aku langsung ambruk ke samping kiri karena kaki dan tanganku bergetar tidak kuat menopang tubuhku.

"Yaahh ... Ci Tasya udah ambruk, hihihi," kata Mita.

Beberapa detik kemudian, Nita juga ambruk akibat mendapatkan orgasme dahsyat. Siapa yang menyangka sebuah lobak bisa memberikan kenikmatan yang luar biasa. Tidak lama kemudian, Siska bangkit berdiri, mencabut lobak dari vaginanya, lalu dia mendorong Mita sampai membungkuk dan dia masukkan lobak tersebut ke dalam vaginanya Mita.

"Sekarang giliranmu!" kata Siska.

"Ohh yeah ...," desah Mita.

Siska meminta aku, Nita dan Amy untuk tetap menungging. Siska menarik lobak yang ada di dalam vaginaku, lalu dia mendorongnya masuk lagi. Dia juga melakukan hal itu kepada Nita dan Amy. Suasana di rumah ini dipenuhi dengan desahan binal dari kami berlima. Tepat di samping kananku, Siska sedang menyodokkan lobak di vaginanya Mita dengan kasar. 

"Kapan kamu nyodok kita? tanya Amy seraya menggoyangkan pantatnya.

"Sabar, hihihi," jawab Siska, "aku mau ngasih pelajaran Mita dulu."

Aku kemudian bangkit berdiri, aku cabut lobak yang ada di vaginaku.

"Sini, aku aja yang nyodok," ucapku.

Aku sodokkan lobak - lobak yang menancap di vaginanya Nita dan Amy dengan tempo sedang. Mereka berdua mendesah keenakan menikmati sodokanku yang elegan. Sementara itu, Mita mendesah keras dengan tubuh yang mengejang, pertanda dia akan mendapatkan orgasme. Aku lihat Nita dan Amy sepertinya juga akan mencapai orgasme. Aku percepat kocokan lobak di dalam vagina mereka, dan benar saja, Amy dan Nita mendapatkan orgasme dahsyat. Mereka berdua langsung tumbang di atas lantai. 

"Habis ini giliranku yaa, hihihi," kataku.

Selama 40 menit lamanya, aku dan keempat anak SMA ini saling memuaskan dengan lobak. Setelahnya, kami kembali berpakaian. Aku lalu berpamitan untuk kembali mengurus rumah.

"Jangan pulang dulu Ci," ucap Mita, "ikut makan siang sama kita yuk."

"Menu makan siangnya pakai lobak dan terong yang tadi," imbuh Siska.

Aku tersenyum seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Kayaknya lezat tuh."

"Udah pasti itu, hihihi," kata Nita.

Aku menuju ke ruang makan dan duduk di meja makan, menunggu keempat teman mesumku ini memasak lobak dan terong yang tadi keluar-masuk di vagina kami berlima. 15 menit kemudian, Nita dan Siska menyajikan berbagai macam hidangan yang dibuat dari terong dan lobak. Ada terong balado, sup lobak, tumis terong, dan telur dadar isi lobak.

"Baunya harum," ucapku.

"Mari makan!" kata Amy.

Aku cicipi hidangan yang ada di meja makan, ternyata lezat.

"Enak lho," pujiku. "Apa karena tercampur dengan cairan kelamin kita yaa?"

"Mungkin, hihihi," kata Mita.

Selesai makan, aku pamit pulang kepada keempat temanku ini.

"Nanti malam datang lagi yaa," kata Nita.

"Yaa," sahutku.


POV Hans

"Mama pasti dolan ke tempat cewe - cewe berandalan itu lagi," gerutuku saat tiba di rumah.

Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara pintu pagar dibuka. Ketika kulirik, ternyata mama baru saja tiba.

"Pasti dari rumahnya mereka," kataku dengan wajah sebal.

"Iya, hihihi," sahut mama.

Ketika mama melewatiku, aku mencium bau aneh. Sebuah bau yang sangat asing di hidungku.

"Bau apa ini?" pikirku bingung.

Mendekati jam 6 sore, aku sedang asik di depan komputerku. 

"Hans! Ayo makan!" panggil mama.

Aku tidurkan komputerku, lalu menuju ke bawah untuk makan malam. Aku dan mama menikmati makan malam tanpa banyak mengobrol. Sekitar jam 8 malam, aku masuk ke dalam kamar untuk lanjut bermain game dengan teman - temanku.

"Hmmm ... harusnya malam ini tidak terjadi apa - apa," pikirku.


POV Tasya

Setelah kupastikan Hans masuk ke kamarnya, aku berjalan tanpa bersuara menuju ke rumah tetangga. Siska telah menungguku di luar rumah dan dia membukakan pintu pagar agar aku bisa masuk.

"Kita sudah nungguin kamu lhoo Ci," kata Siska.

"Pasti ada sesuatu yang seru," ucapku.

"Tentu saja dong," sahut Siska.

Siska mengajakku masuk ke kamar yang paling luas. Di dalam kamar, terlihat Amy, Nita dan Mita sedang memeriksa 2 buah dildo hitam berukuran besar.

"Pasti mau nyobain itu," kataku.

"Betul sekali!" sahut Nita.

"Selain nyobain dildo ini, kita juga ada sedikit variasi," imbuh Amy.

"Wihh ... kayaknya seru deh," ucapku dengan girang.

Siska kemudian datang dengan membawa sebuah panci berisi minyak.

"Ehh!? Itu minyak mau buat apa?" tanyaku dengan ekspresi kaget.

"Buat diolesin ke tubuh dan dildo, hihihi," jawab Siska.

Aku terkejut saat mendengarnya. Ternyata ini variasi yang dimaksud oleh Amy.

"Yuk! Buka baju kalian!" kata Siska dengan penuh semangat.

Amy, Nita, Mita dan Siska melucuti seluruh pakaian mereka hingga telanjang bulat.

"Ayo, buka bajunya Ci," kata Mita.

"Ahh, i-iya," sahutku.

Dengan ragu, aku melepas seluruh pakaianku. Nita mencelupkan tangannya ke dalam minyak yang berwarna kecoklatan itu, lalu tangannya yang berlumuran minyak itu dioleskan ke tubuhnya Amy.

"Uhhh, geli," ucap Amy.

Siska juga melumuri tangannya dengan minyak, dan dia oleskan ke badannya Mita.

"Ayo Ci, oleskan minyak ke tubuh kita," kata Siska.

"Kalian serius main pake minyak?" ucapku, "minyak kan harganya lumayan mahal. Ditambah bikin lantai kotor lhoo."

"Hahahah, santai aja Ci," ucap Amy, "itu minyak bekas kok."

"Kalau masalah lantai kotor, kita pasti bersihkan nanti," imbuh Nita.

Aku menghela nafas sejenak, kemudian aku ikut bergabung bersama dengan mereka berempat. Aku celupkan tanganku ke dalam panci yang berisi minyak itu, lalu aku oleskan ke badannya Siska dan Nita. Badan mereka berdua langsung menjadi sangat licin.

Sini, aku minyakin Ci," ujar Mita seraya mengoleskan minyak ke punggungku.

Mita mengoleskan minyak ke punggungku dengan lembut.

"Terasa licin dan berminyak," kataku.

Kemudian aku mengolesi area payudaranya Siska dengan minyak. Nita meminyaki tangannya dan mengoleskannya ke pantatku. Seluruh badan kami tidak luput dari olesan minyak--termasuk selangkangan dan belahan pantat.

"Baiklah ... berikutnya aku oleskan minyak ke dua dildo ini," ucap Amy.

Amy menancapkan dildo besar itu ke lantai, lalu dia olesi dengan minyak.

"Baiklah, siapa yang mau nyoba pertama?" tanya Amy.

"Aku, aku," ucap Nita, melangkah maju mendekati salah satu dildo itu.

Nita berlutut di atas dildo itu. Dia perlahan menurunkan pantatnya hingga ujung dildo yang berminyak itu menyentuh bibir vaginanya. Nita mendorong pinggulnya secara perlahan, dan kulihat dildo hitam itu mulai masuk ke dalam vaginanya.

"Uhhhh ...," lenguh Nita.

Di sampingnya, kulihat Siska sudah berlutut dan mengarahkan vaginanya ke dildo satunya yang telah berdiri dengan tegak.

"Ahhhhh ... besar dan licin," desah Siska.

"Kayaknya seru deh," ucap Mita yang mendempetkan tubuhnya ke tubuhku.

Kulit kami terasa sangat licin saat bersentuhan. Ini memberikan sensasi aneh bagiku. Siska dan Nita mulai menaik-turunkan pinggul mereka dengan tempo cepat. Tanpa sadar, aku menyodok - nyodok vaginaku dengan jari tengah. Tiba - tiba, Amy meremas - remas kedua payudaraku yang berlumuran minyak.

"Akkhh! Nakal yaa," kataku seraya melirik ke belakang.

"Liat badanmu bikin aku sange, Ci," ucap Amy.

Tangan kanannya Amy kemudian turun ke selangkanganku. Jari - jarinya yang licin mengorek - ngorek bibir vaginaku yang licin karena minyak. Rasa nikmat mulai menjalar di tubuhku. Aku arahkan tangan kiriku ke dadaku, membantu Amy meremas payudaraku yang besar. Aku lalu menurunkan tangan kananku untuk membantu Amy meraba - raba vaginaku. Mita kemudian berjalan mendekati Siska dan Nita yang masih asik menaik-turunkan pinggul mereka. Dia lalu meremas - remas pantatnya Siska dan Nita.

"Ahhh ... nakal yaa," lenguh Siska, melirik ke belakang.

"Habisnya aku sange liat kalian berdua," ucap Mita.

"Kalo gitu, sini cium aku," kata Nita.

Mita dan Nita saling berpagutan lidah dengan begitu mesra. Melihat hal tersebut membuat vaginaku jadi basah. 

"Wihhh ... Ci Tasya sange yaa liat mereka berdua saling berciuman?" kata Amy seraya menyodok - nyodok vaginaku dengan jari tengahnya.

"Aaahhhh! I-iya, hehehe," ujarku terengah - engah.

"Kalau gitu, yuk kita ciuman juga," kata Amy.

Aku dan Amy saling berpagutan lidah dengan begitu mesra. Ini pertama kalinya aku berciuman dengan seorang perempuan. Ciuman kami benar - benar hot, sampai membuat vaginaku semakin basah. Mita semakin keras meremas payudaraku dan kocokan jarinya di vaginaku juga semakin cepat.

"Ahhh! Ahhhh! Akkhh! Aku mau keluaar!" seruku tertahan.

"Keluarin aja Ci, hehehe," kata Amy yang kembali mencium bibirku.

Aku semburkan cairan cintaku dari dalam vaginaku. Aku mengalami orgasme yang sangat nikmat. Kedua kakiku seketika jadi melemah, membuatku terduduk di lantai. Aku menatap ke depan, kulihat Siska dan Nita terbaring lemas di lantai, sementara Mita sedang asyik menaik-turunkan pinggulnya di atas dildo hitam itu. Amy mendekati dildo hitam yang sedang menganggur, lalu dia oleskan minyak di permukaannya.

"Sekarang giliranku," ucap Amy.

Amy berlutut di atas dildo hitam besar yang licin itu, lalu dia turunkan vaginanya hingga dildo itu masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya. Tidak jauh dari Amy, Siska mulai menjilati vaginanya Nita. 

"Ci, jilatin memekku dong," pinta Siska seraya melebarkan pahanya.

Aku menurut dan kujulurkan lidahku ke vaginanya Siska yang basah kuyup. Ini juga menjadi pengalaman pertamaku menjilat kemaluan wanita. 

"Ternyata vaginanya Siska lezat juga," ucapku dalam hati.

Sambil menjilati vaginanya Siska, aku menyodok - nyodok vaginaku dengan dua jariku. Aku lalu melirik ke arahnya Amy, kulihat Mita mulai menaik-turunkan pinggulnya, bersebelahan dengan Amy. Aku jadi semakin tidak sabar untuk mencoba dildo besar itu. Beberapa saat kemudian, Nita mendekatiku.

"Aku jilatin memekmu yaa Ci," ucapnya.

Aku tidak menjawabnya karena lidahku masih sibuk menjilat vaginanya Siska. Tubuhku seketika bergetar ketika lidahnya Nita menyapu bibir vaginaku. Nita juga memainkan klitorisku dengan lidahnya, membuatku badanku semakin merinding keenakan. 

"Ahhh!! Aku mau keluaaar!" jerit Siska.

Cairan cintanya menyembur dengan deras ke mukaku.

"Banyak banget, hihihi," kataku.

Siska segera berjalan merangkak menjauhi kami untuk beristirahat sejenak. Nita lalu mengajakku saling jilat vagina dalam posisi 69. Aku berada di atas, Nita berada di bawah. Aku mainkan lidahku di vaginanya Nita sembari memainkan kiltorisnya dengan tangan kananku. Desahan - desahan binal memenuhi ruangan ini.

"Agak cepetan yaa! Ci Tasya belum nyobain lohh," kata Siska kepada Mita dan Amy.

"I-iya," sahut Mita.

"Aku ha-habis ini orgasme," kata Amy.

Mita dan Amy mempercepat genjotan mereka. Dalam waktu satu menit, Amy mendapatkan orgasme. Dia melepas dildo hitam itu dari vaginanya, lalu merebahkan badannya di atas lantai. Nita mengambil dildo itu, kemudian dia mengolesinya dengan minyak.

"Yuk, Ci, silahkan dicoba," kata Nita.

Aku posisikan diriku di atas dildo hitam besar itu. Aku perlahan menurunkan pantatku, hingga ujung dildo besar itu menyentuh bibir vaginaku. Aku dorong pinggulku dan dildo tersebut mulai masuk ke dalam vaginaku. 

"Ugghhh," lenguhku.

Dildo besar itu mengisi penuh vaginaku. Terasa sangat nikmat saat benda besar itu masuk makin dalam ke liang senggamaku.

"Aaaahhhhhh ...." Aku mendesah panjang ketika dildo tersebut masuk semua ke dalam vaginaku.

Aku diamkan sejenak dildo besar ini di dalam vaginaku. Kemudian, aku mulai menaik-turunkan pinggulku. Aku mendesah menikmati dildo ini yang mengoyak vaginaku. Beberapa menit kemudian, badanku bergetar hebat. Tidak lama lagi aku akan mencapai orgasme.

"Ahhhh!!!" Aku mendesah keras diikuti dengan semburan cairan cinta dari vaginaku.

Aku cabut dildo besar itu dari vaginaku, lalu aku rebahkan badanku yang licin dan penuh keringat ke lantai. Setelah istirahat selama 2 menit, aku minta ijin kepada mereka untuk bilas sebentar.

"Gak lanjut?" tanya Mita.

"Enggak, hehehe," jawabku, "takut kemalaman."

"Yaahhh, penonton kecewa," kata Nita.

Selesai membilas badanku yang berminyak dan juga berkeringat, aku berpamitan pulang kepada Mita, Nita, Amy dan Siska.

"Besok lagi yaa," kataku.

"Yaa!" sahut mereka.

Aku masuk ke dalam rumahku secara perlahan, agar tidak terdengar oleh anakku. Setelah masuk ke dalam kamar, aku segera mandi. Baru kali ini aku melakukan sebuah permainan yang membuat vaginaku masih berkedut sampai sekarang.

"Kayaknya malam ini aku tidur telanjang aja deh," kataku dengan seynum - senyum.

Bersambung....

Selasa, 06 Mei 2025

Cerita Seks Kisahku dengan Boneka - Bonekaku part 2

 "Halo sayang!" seru Fey, menyambut kedatanganku.

Aku melongo melihat temanku yang cuma memakai pakaian dalam. Fey menarikku ke dalam dan mengunci pintu apartemennya.

"Kamu habis ngentot sama sapa?" tanyaku senyum - senyum.

"Sama boneka baruku," jawab Fey, "mau lihat?"

"Tentu saja," jawabku dengan antusias.

Fey menarikku menuju ke kamarnya. Aku tersentak mendapati dua boneka makhluk jelek bertubuh pendek.

"Kamu dapet dari mana itu?" tanyaku penasaran.

"Hmph ... kamu penasaran yaa aku dapat boneka - boneka ini dari mana?" kata Fey, menatapku dengan tatapan mesum.

"I-iya." Aku sedikit menjauhkan wajahku dari wajahnya Fey.

"Aku ada rencana mengajakmu ke tempat di mana aku mendapatkan boneka - boneka pemuas nafsu ini," kata Fey, "tapi sebelumnya, kamu main dulu sama dua boneka terbaruku itu."

Aku langsung tersenyum lebar. "Itu yang saya tunggu - tunggu."

Dengan cekatan dan tanpa berbicara, Fey melepas pakaianku sampai aku telanjang bulat. Kedua boneka makhluk jelek itu tiba - tiba terbangun, lalu mendekatiku. Mereka berdua menggandeng kedua tanganku, lalu menarikku ke kasur dengan kasar.

"Perkosa dia sayang - sayangku hihihihi," kata Fey.

Dua boneka jelek itu membaringkanku di atas Kasur. Mereka berdua naik ke atas Kasur, kemudian berlutut di dekat wajahku seraya mengocok penis mereka yang berukuran besar. 

"Di sebelah kirimu, dia namanya Grall," kata Fey, "yang satunya bernama Grakk."

"Nama macam apa itu!" ucapku.

Fey hanya tertawa kecil menanggapi ucapanku. Tidak lama kemudian, Grall menjambak rambutku, lalu dia sorongkan penisnya ke dalam mulutku dengan kasar. Grall menyodok - nyodok mulutku dengan kasar. Sementara itu, Grakk meraba - raba vaginaku seraya memainkan klitorisku.

"Kamu seksi banget lhoo say," ujar Fey, masih sibuk merekamku.

Aku tidak bisa berkomentar karena mulutku masih tersumpal penis besarnya Grall. Kemudian, aku merasakan sebuah enda tumpul menempel di bibir vaginaku. Dengan posisi kepalaku yang terangkat ke samping kiri, aku kesulitan melirik Grakk yang akan segera mengeksekusiku. penisnya Grakk menyeruak liang senggamaku, lalu masuk secara perlahan.

"Nih aku rekam momen penisnya Grakk masuk ke dalam memekmu," kata Fey.

Aku mendesah tertahan ketika penis dari si boneka jelek itu memasuki liang kenikmatanku. Aku tersentak saat Grakk mendorong dengan kasar penisnya hingga masuk semua. Tak perlu Waktu lama, Grakk mulai menggenjotku dengan kasar. Aku merasa seperti terbang di atas awan. Dua lubangku disodok bersamaan secara kasar. Keringat mulai membasahi tubuh seksiku. Beberapa menit kemudian, tubuhku mengejang, pertanda orgasme akan segera terjadi. Cairan kewanitaan menyembur keluar dari vaginaku, menandakan aku sangat menikmati persetubuhan tidak lazim ini. Grall dan Grakk kemudian bertukar posisi. Grakk menyodokkan begitu saja penisnya ke dalam mulutku, Grall memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Mereka meng-gangbangku tanpa memberiku kesempatan untuk istirahat sejenak. Genjotan mereka yang keras membuat tubuhku bergoncang dengan hebat. Tak berselang lama, Grall dan Grakk mengubah posisiku menjadi menungging. Grall kembali menyodok vaginaku, sementara Grakk sibuk menggenjot mulutku seraya menjambakku. Genjotan mereka yang berirama membuat tubuhku bergerak ke depan dan ke belakang. Sambil menyetubuhiku, Grall sesekali menampar pantatku yang montok, membuatku bergetar keenakan. Beberapa menit kemudian, aku kembali orgasme. Dua boneka makhluk jelek itu masih setia menyetubuhi dua lubang kenikmatanku. Sekitar 7 menit kemudian, Grakk mencabut penisnya dari mulutku, diikuti oleh Grall. Grakk membaringkan dirinya di atas kasur. Penis besarnya mengacung tegak ke atas. Aku langsung mengerti apa yang diinginkannya. Aku merangkak mendekati Grakk, lalu kuarahkan vaginaku ke ujung penisnya Grakk. Setelah aku rasa pas, kudorong pantatku ke bawah. Penisnya dengan mudah masuk kembali ke dalam vaginaku. Aku lalu mulai menggoyang pinggulku dengan gaya erotis. Grall kemudian mendorong punggungku ke depan, setelahnya dia masukkan penisnya ke dalam lubang anusku.

"Mantap!! Double Penetration!" seru Fey.

Mereka menyodokku dua lubangku bagaikan piston mesin, membuat diriku melayang tinggi ke angkasa. Aku mendesah keras menikmati hubunan seksual yang aneh ini. Hanya dalam hitungan 2 menit, aku mendapatkan orgasme ketigaku. Badanku mengejang, kepalaku terdongak ke atas, diikuti dengan desahan yang panjang. 

"Kamu bisa lho orgasme sampe 5 kali kalo sama mereka berdua," kata Fey, masih sibuk merekamku.

"Keren dong," ucapku lirih, kecapekan digenjot oleh dua boneka jelek dan cebol itu.

Grall mencabut penisnya dari lubang pantatku. Grakk menepuk - nepuk pahaku, sepertinya dia memintaku untuk berdiri. Aku cabut penisnya Grakk, lalu aku duduk di sampingnya. Kali ini giliran Grall yang berbaring di atas kasur.

"Ohh, mau gantian," kataku dengan senyum mengembang.

Aku posisikan bibir vaginaku di atas penisnya Grall yang mengacung tegak. Dengan sekali dorongan, penisnya masuk dengan mudah ke dalam liang senggamaku. Aku sedikit membungkukkan punggungku agar memudahkan Grakk menyodomiku. Penisnya Grakk dengan mudah masuk ke dalam anusku. Aku mendesah panjang ketika dua lubang di bawah perutku dijejali oleh dua penis. Pinggulku bergoyang mengimbangi sodokan dari dua boneka jelek itu. Badanku basah kuyup akibat keringat yang terus mengucur dari tubuhku yang masih kencang dan seksi.

"Kok aku jadi sange yaa," ucap Fey.

"Ayo sini gabung," ajakku.

"Nanti aja, setelah mereka selesai ngentotin kamu," kata Fey.

"Yahhh." Aku sedikit kecewa.

10 menit kemudian, Grall dan Grakk mencabut penis mereka dari lubang kenikmatanku. Mereka berdua mendorongku ke samping, lalu berjalan mendekati Fey. Kedua boneka jelek itu menarik Fey hingga terjatuh ke atas kasur. Dengan cekatan, mereka melepas BH dan CD-nya Fey, lalu memposisikannya telentang. Grall menjambak rambutnya Fey, lalu menyorongkan penisnya ke dalam mulutnya Fey. Grakk melebarkan pahanya Fey, kemudian dia masukkan penisnya ke dalam vagina dari temanku itu. Aku jadi terangsang kembali saat melihat mereka menyetubuhi Fey dengan kasar. Persetubuhan panas itu sayangnya hanya berlangsung sekitar 10 menit. Kedua boneka jelek itu kemudian turun dari kasur dan meninggalkan kita begitu saja.

"Mereka ke mana?" tanyaku bingung.

Fey tersenyum menyeringai. "Habis ini bakal seru."

"Hahh??" Aku bingung dengan yang dikatakan oleh Fey.

Tidak lama kemudian, Grall dan Grakk kembali dengan membawa gulungan tali tambang berwarna merah.

"Mereka bawa tali buat apa?" tanyaku bingung.

Fey tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah tertawa cengengesan. Grall dan Grakk mendekati Fey, lalu mereka memposisikan kedua tangannya di belakang punggungnya. Aku melongo ketika dua boneka itu mengikat kedua tangannya Fey.

"Gimana? Seru, kan?" kata Fey.

"Seru apanya! Kamu kayak sedang disandera sama mereka!" ujarku.

"Ini adalah salah satu variasi permainan mereka," kata Fey.

"Masak permainannya kayak gitu!" ucapku.

"Seru kok! Dicoba dulu saja," kata Fey dengan kedua tangannya sudah terikat di belakang punggungnya.

Aku menghela nafasku, kemudian aku mengangguk, tanda setuju untuk ikut permainan aneh ini. Kedua boneka jelek itu lalu menghampiriku dan mereka menarik kedua tanganku ke belakang. Mereka mengikat kedua tanganku dengan posisi kedua sikuku ditekuk 90 derajat. Mereka lalu membaringkanku dalam posisi menyamping. Fey juga diposisikan menyamping, lalu dia ditarik mendekat ke diriku. Tubuh kami didempetkan dalam posisi menyamping. Kedua payudara kami saling menempel sampai tertekan. Aku tidak nyaman dalam posisi ini, tetapi Fey malah senyum - senyum. Kedua boneka cebol itu lalu mengikat kaki kananku ke kaki kirinya Fey, dilanjutkan dengan kaki kiriku yang diikatkan ke kaki kanannya Fey.

"Ini mereka mau ngapain sih??" tanyaku kepada Fey.

"Mereka sedang mengajak kita bermain," jawab Fey.

"Masak mainnya kayak gini!" kataku dengan sewot.

"Udah, kamu ikutin aja," ucap Fey.

Grall dan Grakk kemudian meletakkan tali di atas pinggul kita, lalu mereka mengikat pinggul kita menjadi satu. Prosesnya sendiri tidak terlalu menyenangkan. Mereka beberapa kali membolak - balik badanku dan badannya Fey agar ikatannya bisa mengelilingi pinggul seksi kita berdua. Tentunya hal tersebut membuat aku dan Fey saling menindih satu sama lain. Setelah selesai mengikat kita berdua, Grall dan Grakk pergi meninggalkan kita berdua.

"Dah, gitu aja?" tanyaku.

"Kita harus berdiri dan berjalan menuju ke tempat di mana mereka menunggu kita," kata Fey.

"Berdiri? Jalan? Gimana caranya??" ucapku, "kita aja terikat seperti ini."

"Bisa," ucap Fey dengan santai, "kita hanya perlu bergerak dengan perlahan."

Fey memberikan aba - aba, lalu kami berguling menuju ke pinggir kasur. Setelahnya, aku menurunkan kaki kananku ke bawah, dan kaki kirinya Fey mengikutiku. Dengan hati - hati, kami berhasil menurunkan kaki kami ke lantai. 

"Baik, kita berdiri pelan - pelan," ujar Fey. 

Aku mengangguk dan mengikuti arahannya Fey. Pelan - pelan tapi pasti, kita akhirnya bisa berdiri dengan sempurna.

"Yuk, sesuai aba - abaku, kita berjalan menuju ke luar," ucap Fey.

"Ya," sahutku.

Dengan hati - hati, kita berjalan keluar dari kamar. Rasanya memalukan sekali berjalan dalam kondisi seperti ini. Aku melirik ke arah pintu apartemennya Fey, dan kulihat dua boneka jelek itu telah menunggu kedatangan kita. 

"Permainan macam apa ini!" gerutuku dalam hati.

Pada akhirnya, kita sampai di tujuan.

"Lepasin dong say," pinta Fey.

Grall meminta kita berlutut, lalu dia mulai melepaskan ikatan kami, dimulai dari tangan, lanjut di pinggul dan terakhir kaki kami.

"Fiuhh ... akhirnya," kataku sambil mennggerakkan kedua tanganku.

Kedua boneka jelek itu tiba - tiba terjatuh ke lantai. Mereka tidak lagi bergerak dan menjadi seperti boneka pada umumnya.

"Kalo sudah selesai, mereka bakal seperti itu," ucap Fey.

"Ohhh." Aku mengangguk - angguk. "Sekarang apa?"

"Aku jadi penasaran dengan dirimu," kata Fey.

"Hahh??" Aku bingung dengan perkataannya.

"Kamu gak keberatan kalo misal aku mau mencicipi tubuhmu?" tanya Fey dengan senyum genit.

kedua mataku sedikit terbelalak. "Kok kamu tiba - tiba jadi lesbi?" tanyaku.

"Aku penasaran aja sih gimana rasanya main sama cewe hihihi," jawab Fey, "kebetulan kamu cewe, dan punya body yang seksi."

Aku memberikan tatapan risih kepada Fey. "Kamu cari cewe lain aja. Aku gak suka kalo main sesama jenis."

"Halah, jangan gitu lah." Fey menarik tanganku. "Lagian kamu kan udah main sama boneka."

"Hubungannya apa coba!" seruku, pasrah ditarik Fey menuju ke kamarnya. Fey mendorongku ke kasur, lalu dia menindihku. 

Fey memegang kedua pipiku, lalu dia mencium bibirku dengan lembut. Awalnya aku mencoba menghindar, tetapi perlahan aku mulai mengikuti permainannya dan membalas ciumannya. Nafsu kembali menguasai diriku. Aku peluk dengan erat tubuh seksinya Fey. Aku meraba - raba punggungnya yang mulus dan sedikit berkeringat itu.

"Akhirnya kamu terangsang juga hihihi," kata Fey dengan senyum mesum.

"Berisik!" kataku seraya menarik kepalanya agar bisa kulumat bibirnya.

Selama 5 menit kita berciuman sambal saling meraba punggung. Kemudian Fey mengajakku untuk melakukan posisi 69.

"Jilatin memekku ya," pinta Fey.

"Tentu saja Say," sahutku.

Aku berada di Bawah, sementara Fey menungging di atasku. Dia tempelkan vaginanya ke mulutku, dan aku langsung menjilatinya. Ini pertama kalinya aku menjilat organ kelamin Wanita. Tubuhku bergetar saat Fey menjulurkan lidahnya ke dalam liang senggamaku.

"Memekmu manis juga yaa hihihihi," ucap Fey dengan tawa genit.

"Vaginamu juga tidak kalah lezat lhoo," kataku.

Selama 5 menit kami saling menjilat kemaluan. Setelanya, Fey mengajakku saling gesek kelamin dengan gaya 'scissor'. Aku dan Fey mendesah bersahut - sahutan saat kemaluan kami saling bergesekan. Ini pertama kalinya vaginaku bersentuhan dengan vagina lain.

"Yang kenceng Say geseknya," celetuk Fey.

"Okee," sahutku.

Sambil gesek - gesek kelamin, kami juga saling meremas payudara. Desahan binal memenuhi ruangan ini. Beberapa menit kemudian, tubuhku mengejang, pertanda aku akan segera mengalami orgasme.

"Kalau mau muncrat, semburin bareng aja," kata Fey, mempercepat gesekannya ke vaginaku.

"Baiklah," sahuktu.

Aku dan Fey mempercepat gesekan di vagina kami, dan tidak berselang lama, kami mendapatkan orgasme. Aku menghempaskan badanku ke Kasur. Tubuhku terasa letih akibat permainan seks ini.

"Gimana? Seru, kan?" tanya Fey.

Aku hanya mengangguk kecil sembari tersenyum. Tidak kusangka aku melakukan seks sesama jenis dengan temanku. Mama macam apa aku ini. Beberapa menit kemudian, aku dan Fey kembali melakukan hubungan lesbian hingga jam 1 siang. Aku berpamitan kepada Fey untuk pulang.

"Jangan lupa dengan janji kita yaa," ujar Fey.

"Yaa," sahutku.

Setibanya di rumah, aku disambut oleh Glenn. "Habis dari mana Ma?" tanyanya.

"Habis dari rumahnya teman," jawabku. "Kamu sudah makan siang belum?"

"Sudah," jawab Glenn.

Aku lalu berjalan ke kamarku untuk mengistirahatkan badanku. Aku rebahan di atas ranjang dengan hanya mengenakan pakaian dalam. Aku masih tidak percaya telah melakukan hubungan seks sejenis dengan Fey. Temanku itu sungguh gila.

***

Hari yang ditunggu telah tiba. Aku menuju ke apartemennya Fey untuk berangkat Bersama menuju ke tempat di mana dia mendapatkan boneka - boneka aneh ini.

"Sudah siap?" tanya Fey, "sudah pakai sepatu gunung?" lanjutnya.

"Sudah dong," jawabku, "tapi ... kenapa harus pakai sepatu gunung?"

"Karena tempat yang akan kita kunjungi adalah area berbukit," jawab Fey.

"Ohhh, oke," sahutku.

Aku masuk ke dalam mobilnya Fey, kemudian dia memacu mobilnya keluar dari area parkir. Perjalanan menuju ke lokasi tujuan memakan waktu 1 jam. Apa yang dikatakan Fey benar. Mendekati lokasi tujuan, jalan mulai agak menanjak.

"Kita sudah hamper sampai, hihihi," ucap Fey dengan tawa misterius.

Entah kenapa, perasaanku tidak enak. Tak berselang lama, kami tiba di depan sebuah gua.

"Seriusan ini tempatnya?" tanyaku tidak percaya.

"Iyapp," jawab Fey. "Yuk, kita masuk ke dalam."

Aku mengikuti Fey masuk ke dalam gua yang agak seram ini. Kemudian, kita sampai di ujung gua, di mana ada seorang berjubah hitam duduk di sana.

"Selamat datang," ucap pria berjubah itu.

"Halo Tuan," kata Fey. "Sesuai janjiku, aku mengajak temanku ke sini."

Aku melongo kecil menatap Fey. "Maksudnya apa coba?" tanyaku dalam hati.

"Bagus!" seru si pria berjubah itu. "Dengan begini, pekerjaan bisa selesai."

"Pekerjaan apa?" tanyaku penasaran.

"Pekerjaan seru pokoknya," kata Fey dengan senyum misterius.

Tiba - tiba, dari arah samping kanannya si pria itu, muncul 3 makhluk yang menyerupai goblin. Ketika kuperhatikan dengan seksama, ternyata mereka adalah boneka.

"Jangan - jangan kita harus bersetubuh dengan mereka?" pikirku.

"kamu tau kan harus apa," kata pria misterius itu.

"Tentu saja," sahut Fey mengangguk. "Yuk, kita ikuti para goblin itu."

Aku dan Fey berjalan mengikuti 3 boneka goblin itu menuju ke area lain dari gua ini. Kemudian, kita sampai di mulut gua yang ada di sisi lain.

"Ini kita mau ngapain sih?" tanyaku penasaran.

"Kita mau ditunggangi sama mereka hihihi," jawab Fey dengan tawa mesum.

"Ditunggangi? Maksudnya disetubuhi dari belakang?" Aku kembali bertanya. 

"Bukan," jawab Fey menggelengkan kepalanya. "kamu lihat aja deh."

Fey melangkah mendekati 3 goblin yang berdiri di depan kita. Aku terkejut ketika Fey mulai melucuti pakaiannya hingga telanjang bulat, dan hanya menyisakan sepatu kets yang terpasang di kakinya. Ketiga boneka goblin itu berjalan ke samping untuk mengambil sebuah benda yang mirip sadel kuda. Fey berlutut dan para goblin itu menarik kedua tangannya Fey ke belakang, lalu mereka mengikatnya dengan posisi siku ditekuk 90 derajat. Mereka kemudian memasangkan sadel tersebut ke punggungnya Fey. Beberapa strap disambungkan di area dadanya Fey, agar sadel tersebut terpasang dengan kuat di punggungnya Fey.

"Kamu diapain sih?" tanyaku penasaran sekaligus bingung.

"Mereka sedang mempersiapkan diriku untuk menjadi kuda," jawab Fey.

Aku tersentak mendengarnya."Kuda!? Jadi maksudmu ditunggangi itu beneran ditunggangi kayak kuda???"

"Iyapp," jawab Fey dengan anggukan percaya diri. "Ayo, buka bajumu."

"Bentar! Kalo cuma ditunggangi seperti itu, kenapa harus telanjang?" ucapku.

"Mana ada kuda pake baju," kata Fey.

"Kita ini kan manusia," ucapku dengan muka datar.

"Untuk saat ini kita jadi kudanya mereka," ujar Fey. "Ayo cepetan telanjang! Demi boneka baru hihihi."

Aku menghela nafas sambil berdiri mematung melihat Fey yang mulutnya mulai disumpal dengan bit kuda, diikuti dengan pemasangan tali kekang di kepalanya. Aku perlahan membuka pakaian luarku, dilanjutkan dengan pakaian dalamku. Sekarang aku telah berdiri dalam kondisi telanjang bulat. Salah satu boneka goblin di dekatku memintaku untuk berlutut. Aku menurut dan goblin itu menarik kedua tangan ke belakang untuk diikat di belakang punggungku. Kemudian, sebuah sadel dipasang di punggungku. Strap dari sadel tersebut diikatkan dengan kuat di area dadaku. Setelah selesai, salah satu dari mereka mendekatiku dengan membawa sebuah bit. Dia sumpalkan bit itu ke dalam mulutku, lalu dikencangkan dengan tali kekang yang dipasang di kepalaku. Aku tidak percaya bakal berakhir seperti ini--menjadi 'kuda' bagi para boneka goblin ini. Kulihat salah satu dari goblin itu menaiki sadel-nya Fey. Fey segera berdiri dan goblin itu memegang tali kendalinya seperti seorang joki yang sedang menunggangi kuda. Aku kemudian merasakan ada yang naik ke atas sadel di punggung. Secara reflek, aku juga berdiri seperti seekor kuda yang jinak. Boneka goblin yang menaiki Fey memberikan isyarat kepadaku untuk melihatnya. Si goblin itu menendang Fey dengan kaki kirinya, lalu Fey mulai berjalan mengikuti arahan dari tali kendali. Goblin yang menunggangiku menendangku dengan kaki kirinya, dan aku reflek berjalan sesuai dengan arahan dari penunggangku. Kami berjalan keluar dari gua, kemudian penunggangku menarik tali kendalinya, membuat kepalaku tertarik ke belakang. Aku menghentikan langkahku karena kulihat Fey juga diperlakukan sama seperti itu dan dia langsung berhenti. Goblin yang menunggangi Fey memberikan isyarat untuk melihatnya lagi. Kali ini dia menendang Fey dengan kaki kanannya dan Fey mulai berlari. Aku perhatikan si boneka goblin itu membuat Fey berbelok kanan dengan menarik tali kendalinya ke kanan. Jika ingin ke kiri, dia menarik tali kendalinya ke kiri. Kecepatan larinya Fey bertmbah jika si goblin itu menendangnya dengan kaki kanannya. Sepertinya aku sudah paham kode mereka untuk mengendalikan 'kuda - kuda' betina ini. Fey kemudian berhenti saat tali kendalinya ditarik ke belakang. Kami sekarang berdiri berdampingan. Aku melirik Fey dan dia juga melirikku.

"Kamu sudah pernah diperlakukan seperti ini yaa?" kataku dalam hati kepada Fey.

Kemudian, penunggangku menendangku dengan kaki kanannya dan aku mulai melangkahkan kakiku untuk berlari. Aku berlari mengikuti Fey yang berada di depanku. Ini pertama kalinya aku berlari dalam kondisi telanjang bulat. Masih belum cukup, aku ditunggangi sebuah boneka goblin yang mengendalikanku layaknya seekor kuda. Beruntung aku suka olahraga lari, jadi aku tidak masalah disuruh berlari oleh penunggangku, meskipun aku merasa tidak nyaman dengan kedua payudara besarku yang berguncang hebat karena tidak mengenakan sprot bra. Ketiga anakku pasti akan syok jika melihat mamanya menjadi 'kuda' dan sedang ditunggangi oleh sebuah boneka goblin. 10 menit lamanya aku dan Fey berlari. Kami tiba di sebuah area hutan yang sepi. Penunggangku menarik tali kendali yang dia pegang, membuatku menghentikan langkahku. Aku melihat goblin yang menunggangi Fey menepuk bahunya Fey dan dia langsung berlutut. Goblin yang menunggangiku menepuk bahuku dan aku reflek langsung berlutut. Kedua goblin itu turun dan mereka meninggalkan kita berdua yang masih setia berlutut. Beberapa menit telah berlalu, aku dengan begonya masih berlutut. Aku mencoba memanggil Fey, tetapi tidak berhasil karena mulutku tersumpal bit yang terbuat dari logam. Kemudian, dua goblin tadi menghampiri kita dan melambaikan tangan kepada kita. Sepertinya dua goblin meminta kita untuk mengikuti mereka. Aku dan Fey bangkit berdiri dan kita berjalan mengikuti mereka. Tidak jauh dari tempat kami berlutut, ada sebuah gerobak beroda 4. Ada beberapa kotak dan gentong yang diletakkan di atas gerobak itu. Fey kemudian memposisikan dirinya di depan gerobak itu, lalu dua goblin itu memasangkan sebuah strap di pinggulnya dan menghubungkannya ke tiang kayu gerobak yang ada di sampingnya. Aku langsung paham kalau para goblin itu ingin kita menarik gerobak itu seperti kuda yang menarik kereta kayu. Aku lalu berjalan ke depan gerobak dan membiarkan para boneka goblin itu mengikat pinggulku ke gerobak mereka. Aku melirik Fey dan Fey juga melirikku. Ingin rasanya aku memarahi dia karena membuatku berada dalam situasi aneh ini. Kedua boneka goblin itu naik ke atas gerobak, lalu mereka mengayunkan tali yang terhubung ke pinggul kita dari belakang. Fey menatapku dan memberikan isyarat untuk berjalan. Aku dan Fey kompak menarik gerobak yang ada di belakang kami dengan sekuat tenaga. Gerobak mulai berjalan dan kami tidak perlu menariknya dengan kuat - kuat. Sepanjang berjalan, aku terus mengumpat dengan apa yang kualami saat ini. Sungguh sangat memalukan diperlakukan seperti binatang oleh dua boneka goblin sialan itu. Tubuh telanjangku basah karena keringat. Ingin rasanya aku menceburkan diri ke dalam air. Sayangnya aku tidak bisa karena diriku sedang sibuk menarik gerobak yang dikemudikan oleh dua goblin jelek itu. Sudah 10 menit lamanya aku dan Fey menarik gerobak ini. Beruntung aku rajin berolahraga, jadinya aku mampu menarik gerobak yang lumayan berat ini untuk Waktu yang lama.

"Mereka mau membawa kita ke mana sih??" gerutuku dalam hati.

10 menit kemudian, kita tiba di sebuah gubuk. Goblin yang mengendalikan aku dan Fey menarik tali yang terhubung ke pinggul kami. Aku dan Fey menghentikan Langkah kami. Nafasku terengah - engah. Kedua kakiku terasa begitu letih. Kedua boneka goblin itu melepas strap yang terpasang di pinggul kami. Setelahnya, mereka melepas sadel, bit dan tali kekang yang ada di tubuhku dan tubuhnya Fey. Aku langsung merebahkan badanku yang penuh keringat di atas permukaan tanah. Aku tidak peduli jika badanku bakal kotor karena tanah.

"Kamu kecapekan yaa?" tanya Fey, duduk berlutut di sampingku.

"Gara - gara kamu nih, badanku jadi capek seperti ini!" kataku dengan kesal, "bahkan rahangku sakit nih karena bit sialan itu!"

"Hehehe, maaf - maaf," ucap Fey. "Kalau misal aku memberitahumu kita bakal seperti ini, kamu pasti akan menolaknya di awal."

"Sebenarnya kenapa sih kita dijadiin kuda sama dua boneka jelek itu?" tanyaku, masih kesal.

"Bukan kuda, tapi ponygirl," ujar Fey.

"Gak penting!" seruku.

"Jadi ... dua boneka goblin adalah kawan baiknya Panjul," ucap Fey.

"Panjul itu sapa lagi!" ucapku dengan nada sebal.

Belum selesai berbicara, dua goblin tadi menghampiri aku dan Fey dan mereka mengikat kedua tangan kami di belakang punggung.

"Kok kita diikat lagi?" tanyaku penasaran.

"Mereka memang selalu gitu," jawab Fey, "dah ikutin aja. Demi mendapatkan boneka seks yang kita mau."

Aku menghela nafas dengan kepala sedikit tertunduk. Aku dan Fey bangkit berdiri, lalu berjalan mengikuti dua boneka goblin itu masuk ke dalam hutan. Kita kemudian tiba di sebuah kolam. Kedua goblin itu memberikan isyarat bagi aku dan Fey untuk berlutut di depan sebuah tiang kayu yang ada di dekat kolam.

"Mereka mau mandiin kita," bisik Fey.

"Yang bener aja!" seruku tertahan.

"Udah, ikutin aja," kata Fey.

Aku kembali menghela nafas dan mengikuti kegiatan aneh ini. Kedua boneka goblin itu melepas sepatu yang aku dan Fey kenakan, lalu memberikan isyarat kepada kami untuk berlutut. Kedua boneka jelek itu mengambil ember, lalu mereka mengisinya dengan air dari kolam di samping kami, kemudian mereka siramkan ke tubuhku dan tubuhnya Fey. Aku merasa seperti seekor kuda yang sedang dimandikan oleh jokinya. Kedua boneka goblin jelek itu menyikat tubuhku dan Fey menggunakan sikat yang agak kasar. Entah kenapa, aku malah diam saja dan pasrah seperti seekor kuda jinak. Selesai membersihkan tubuh kami, mereka mengelap badan kami. Salah satu dari boneka jelek itu memberi isyarat bagi kami untuk buang air kecil. 

"Ini beneran kita disuruh pipis di depan mereka?" kataku kepada Fey.

"Emang kenapa?" tanya Fey dengan senyum genit.

"Malu lahh!" seruku.

"Astaga! Kok bisa - bisanya kamu malu??" ucap Fey terkejut. "Padahal kamu aja udah sering telanjang dan ngentot sama boneka lhoo."

"Beda!" seruku.

"Rasa malumu disimpan dulu deh," kata Fey, "habis ini kita bakal pergi lagi. Jadi lebih baik kamu pipis dulu, daripada kamu pipis di tengah berlari."

Aku memejamkan mata sejenak, kemudian dengan perasaan malu, aku kencing di depan salah satu goblin jelek itu. Selesai buang air, si boneka goblin itu menyiramkan air ke selangkanganku dan membersihkannya. Dengan kedua tanganku terikat di belakang punggungku, sudah jelas aku gak akan bisa mengelap vaginaku. Setelahnya, mereka  kembali memasangkan sadel ke punggungku dan punggungnya Fey.

"Astaga!!" gerutuku dalam hati.

Kedua goblin itu membawa sebuah ember berisi air. Fey meminum air dari ember dengan menurunkan kepalanya ke ember lebar itu. Setelah Fey selesai minum, giliranku yang minum dengan cara yang sama seperti Fey. Aku merasa malu sekali minum seperti seekor binatang. Setelah itu, aku pasrah saja saat sebuah bit dimasukkan ke dalam mulutku. Dua goblin jelek itu meminta diriku dan Fey untuk berdiri. Mereka membawakan dua pasang sepatu bot dan meminta kami untuk memakainya. Aku menurut saja dan kumasukkan kedua kakiku ke dalam sepatu bot tersebut. Aku dan Fey kemudian berlutut dan dua boneka goblin itu segera menunggangi kami kembali. Penunggangku menendangku dengan kaki kirinya, dan itu adalah isyarat bagiku untuk berjalan. Aku dan Fey berjalan sesuai dengan arahan dari sang penunggang yang duduk di belakang punggung kami. Kami dibawa menuju ke sebuah jalan setapak. 

"Ini mau ke mana lagi cpba??" gerutuku dalam hati.

Beberapa detik kemudian, goblin yang menunggangiku menendangku dengan kaki kanannya. Seperti seekor kuda yang jinak, aku melangkahkan kakiku untuk berlari. Kulihat Fey juga turut mulai berlari. Harus kuakui, boneka goblin yang menunggangiku sangat lihai dalam mengendalikanku. Dia memastikan diriku tidak menyenggol pohon dan menginjak batu besar. Sepatu boot yang aku pakai ini juga sangat nyaman untuk berlari. Beberapa menit telah berlalu. Entah kenapa aku merasakan sebuah kebebasan yang unik. Padahal posisiku saat ini telanjang dan kedua tanganku diikat di belakang punggungku. Hembusan angin sepoi - sepoi yang menerpa tubuh telanjangku, membuatku merasa nyaman. Aku juga mulai terbiasa dengan kedua payudaraku yang gondal - gandul karena tidak adanya BH. Aku tidak tahu sudah berapa lama diriku berlari. Goblin yang menunggangiku menendangku dengan kaki kanannya setiap kali aku melambat. Aku tidak mempermasalahkannya dan menjadikan itu sebagai motivasi agar aku terus semangat berlari. Beberapa saat kemudian, kita tiba di sebuah gubuk yang kumuh. Goblin yang menunggangiku menarik tali kendalinya, dan itu membuatku berhenti. Kulihat Fey juga berhenti di samping kiriku. Kami berdua lalu berlutut dan kedua goblin itu turun dari sadel kami. Dari belakang gubuk, muncul pria berjubah hitam yang tadi kami temui di gua.

"Bagus, bagus," ucapnya seraya bertepuk tangan.

"Sejak kapan dia di sini?" pikirku.

"Lepaskan bit dan sadel di tubuh mereka, sekalian lepaskan tali yang mengikat tangan mereka!" perintah si pria itu.

Kedua boneka goblin itu menurut dan mereka melepaskan semua benda yang terpasang di tubuh kami. Aku merasa senang bisa menggerakkan kedua tanganku lagi.

"Kamu kayaknya sudah menikmati menjadi ponygirl yaa," kata Fey menggodaku.

"I-iya," sahutku malu - malu.

"Gimana rasanya?" tanya Fey penasaran.

"Ummm ... kayak berasa ... bebas gitu," jawabku malu - malu.

"Hey, kalian! Jangan mengobrol terus! Ayo sini bantu kita!" seru si pria berjubah hitam itu.

"Okee," sahut Fey. "Yuk, kiya bantu si panjul," ajak Fey kepadaku seraya merangkul bahuku.

"Hahh!? Namanya Panjul?" tanyaku kaget.

"Iyapp, hahahaha," jawab Fey.

Pria bernama Panjul tersebut membawa kami menuju ke sebuah tempat yang penuh dengan kayu - kayu.

"Sekarang, kalian belah kayu - kayu itu menjadi dua menggunakan kapak yang ada di sana," ucap Panjul, menunjuk ke arah dua kapak yang bersandar di sebuah tunggul pohon.

"Serius??" tanyaku kaget.

"Iya, serius," jawab Panjul.

Fey merangkul bahuku. "Udahlah, kita jalani saja."

"Aku belum pernah melakukan hal seperti ini," ujarku.

"Ini mudah kok," kata Fey.

Fey mengambil kapak yang telah tersedia, lalu dia ambil salah satu batang kayu yang ada di tumpukan kayu. Dia letakkan kayu tersebut secara vertikal. Fey mengangkat kapak tinggi - tinggi, lalu dia ayunkan dengan kuat ke bawah. Batang kayu tersebut langsung terbelah jadi dua.

"Mudah kan?" ucap Fey.

"Kamu pernah melakukan hal ini?" tanyaku.

"Tentu saja, hehehe," jawab Fey.

"Pantas saja," ujarku dengan muka datar.

Fey membantuku untuk membelah kayu. Dalam waktu singkat, aku sudah bisa melakukannya sendiri. Sejujurnya terasa sangat aneh melakukan aktivitas ini dalam kondisi telanjang bulat. Tubuhku sangat basah karena keringat. Aku mulai merasa haus akibat dari aktivitas fisik ini. Panjul kemudian datang dan memberi kami dua gelas air dingin. Aku langsung meneguk semuanya tanpa menyisakan setetes pun. Aku dan Fey lanjut membelah batang - batang kayu tersebut sampai semuanya telah terbelah.

"Bagus, bagus!" kata Panjul sembari memberikan tepuk tangan. "Sekarang, kalian menuju ke rumahku bersama dengan para goblin itu."

Entah kenapa, aku seketika bersemangat ketika Panjul berkata aku dan Fey akan pergi bersama dengan dua boneka goblin itu. Ketika sedang membelah batang - batang kayu itu, entah kenapa, aku sangat menantikan untuk ditunggangi lagi oleh penunggangku. Kedua goblin itu telah menyiapkan perlengkapan pony untukku dan Fey. Dengan senang hati, aku berlutut di depan mereka. Aku berinisiatif memposisikan kedua tanganku di belakang punggungku, jadi penunggangku tidak perlu menarik kedua tanganku ke belakang. Bahkan, aku membuka mulutku, menantikan bit logam masuk ke dalam mulutku. Setelah semuanya terpasang, penunggangku menaiki sadelku dan dia kembali membawaku untuk berlari. Aku begitu bersemangat berlari di atas jalan setapak ini. Awalnya aku sangat benci diperlakukan seperti kuda, tetapi sekarang aku malah sangat menikmatinya. Selama 15 menit aku dan Fey berlari menuju ke rumahnya Panjul. Dari kejauhan, aku melihat sebuah gubuk.

"Pasti itu rumahnya," kataku dalam hati.

Kami berhenti di depan gubuk, lalu para boneka goblin itu melepas peralatan ponygirl di tubuhku dan Fey. Aku dan Fey berjalan masuk ke dalam gubuk, dan kita mendapati Panjul sedang duduk di depan sebuah dupa.

"Silahkan duduk," ucap Panjul.

"Kok dia biasa aja kita telanjang begini," bisikku kepada Fey.

"Udah biasa bagi dia," bisik balik Fey.

Aku terkejut mendengarnya. "Udah biasa??" kataku dalam hati.

Panjul meminta kami duduk bersila. Dia lalu bertanya boneka apa yang kita inginkan.

"Aku minta 3 boneka alien grey," kata Fey.

"Hah!? Alien??" ujarku kaget mendengar permintaannya Fey.

"Hihihihihi, aku mau mencoba gimana rasanya diculik alien dan dijadiin subyek eksperimen mereka," ucap Fey.

Aku menepuk dahiku. "Kalau kamu beneran diculik, aku gak mau tau!"

"Baik," sahut Panjul. Dia kemudian menatapku. "Kalau kamu?"

"Boleh minta berapa boneka yaa?" tanyaku.

"Maksimal 3," jawab Panjul.

"Hmph ...." Aku berpikir sejenak. "Aku mau 1 boneka cowo kulit hitam, 1 boneka anjing besar dan 1 boneka goblin," kataku.

"Mungkin bukan ide bagus kalau boneka goblin," kata Panjul.

"Iyakah?" Aku malah jadi penasaran.

"Mending ganti aja deh," kata Fey, "bahaya nanti."

Aku jadi sedikit kecewa. "Oke deh. Aku ganti boneka makhluk jelek dan cebol aja deh," kataku.

"Bisa lebih spesifik?" ucap Panjul. "Kalau hanya sekedar jelek dan cebol sulit membuatnya."

"Saranku, gremlin aja beb," kata Fey, "bakal seru nanti."

Aku menatap Fey sebentar, kemudian aku mengangguk kepada Panjul, mengikuti sarannya Fey.

"Baiklah, aku akan membuatkannya," kata Panjul, "sembari menunggu, kalian temani dua boneka goblin itu jalan - jalan."

"Okee!" seruku dengan penuh semangat.

Panjul dan Fey menatapku dengan ekspresi terkejut.

"Padahal tadi gak suka, sekarang malah ketagihan," kata Fey pelan.

"Sebelum itu, kalian minum ini dulu," ucap Panjul sambil menghidangkan dua gelas minuman berwarna hijau.

"Apa ini?" tanya Fey seraya mengamati isi gelas yang dia pegang.

"Itu ramuan untuk menambah stamina kalian," jawab Panjul, "supaya kalian bisa berlari untuk waktu yang lebih lama."

"Mantap!" Aku langsung meneguk ramuan itu sampai habis.

"Gila! Cepet amat!" ucap Fey.

"Hehehehe." Aku tertawa sambil menggaruk pipi dengan jari telunjukku.

Aku dan Fey beranjak berdiri dan menuju ke luar gubuk. Di luar, dua goblin telah menunggu kami dengan sadel di tangan mereka. Aku dan Fey segera berlutut membelakangi mereka. Kedua goblin itu mengikat kedua tangan kami di belakang punggung, kemudian lanjut memasang sadel di punggung kami, dan terakhir memasang bit dan tali kekang di mulut kami. Mereka naik ke atas sadel dan segera membawa kami untuk berlari. Sambil berlari, aku merasa kalau ini adalah lari yang paling nyaman. Aku tidak perlu fokus ke sekitar atau berpikir mau pergi ke mana, cukup lari saja dan biarkan penunggangku mengarahkanku. Ramuan tadi benar - benar memberikan efek yang luar biasa. Sudah 20 menit lamanya aku dan Fey berlari, tetapi kedua kakiku sama sekali tidak capek. Kedua goblin ini membawa kami mengelilingi bukit ini.

"Sepi sekali. Gak ada orang," gumamku dalam hati.

Kemudian, kita tiba di sebuah hulu sungai. Penunggangku menarik tali kendali yang terhubung ke bit di mulutku. Aku dan Fey menghentikan langkah kami. Aku dan Fey kemudian berlutut dan mereka berdua turun dari sadel. Kedua boneka goblin itu lalu mengambil sebuah tali yang panjang dari sadel dan mereka pasang di samping bit. Mereka menarik tali tersebut, yang artinya meminta kami berdua untuk mengikuti mereka. Aku dan Fey dibawa menuju ke sebuah pohon, lalu tali yang dipegang oleh kedua goblin itu diikatkan ke salah satu batang pohon itu.

"Ini sih kayak memarkir kuda," kataku dalam hati.

Setelahnya, mereka meninggalkan aku dan Fey, berdiri terparkir di depan pohon seperti kuda, agar kita tidak ke mana - mana. Aku dan Fey saling bertatap - tatapan, tidak bisa berbicara karena mulut kami tersumpal bit. 

"Sampai berapa lama kita disuruh nunggu seperti ini," gumamku dalam hati.

Waktu terasa berjalan dengan lambat. Aku ingin segera berlari lagi. Setelah lama menunggu, kedua goblin itu akhirnya datang. Tali yang terikat ke batang pohon dilepas oleh mereka, dilanjutkan dengan melepas ujung tali yang terpasang di tali kekangku dan Fey. Kedua boneka goblin itu kembali menunggangi aku dan Fey, lalu membawa kami sesuai dengan arahan dari tali kendali yang mereka pegang. Aku dan Fey berlari melewati jalan setapak yang lumayan halus. Sepatu boot yang diberikan oleh kedua goblin itu sangat nyaman digunakan untuk berlari, bahkan lebih nyaman daripada sepatu kets-ku. Meski tubuhku penuh dengan keringat, tapi aku tidak merasa gerah. Mungkin karena aku telanjang, jadi tubuhku langsung bersentuhan dengan angin.

"Bahaya sih ini kalau aku sampai ketagihan," kataku dalam hati.

Tak berselang lama, penunggangku menarik tali kendali yang terhubung ke bit di mulutku. Seperti kuda yang jinak, aku langsung menghentikan langkahku. Goblin yang meenunggangiku menendangku dengan kaki kirinya, yang artinya aku harus berjalan. Ketika kuperhatikan, di sekitarku ini ternyata ada banyak pohon jambu. 

"Sepertinya mereka mau cari buah jambu," pikirku.

Aku dan Fey berjalan melewati pohon - pohon jambu yang buahnya sudah cukup banyak. Penunggangku mengarahkanku ke salah satu pohon jambu, kemudian dia memintaku untuk berlutut. Aku dan Fey kembali 'diparkir' di depan pohon. Ingin rasanya menghela nafas, tetapi tidak bisa karena bit yang terpasang di mulutku. Beruntung, kedua boneka goblin itu lebih cepat menyelesaikan urusan mereka, dan segera menunggangi kami lagi. Aku dan Fey kembali berlari mengikuti arahan dari penunggang kami.

"Semoga penunggangku membawa kami berlari lebih jauh," kataku dalam hati, berharap dibawa berlari lebih lama lagi.

Mungkin sudah sekitar 30 menit kita berlari menelusuri hutan ini. Dari kejauhan, aku melihat gua tempat di mana aku dan Fey memulai perjalanan kami.

"Hmph ... sepertinya boneka pesanan kami sudah selesai," ucapku dalam hati.

Kami masuk ke dalam gua, kemudian dua boneka goblin itu melepas perlengkapan ponygirl yang terpasang di tubuh kami. Setelahnya, mereka memberikan sebuah keranjang yang berisi pakaian kami yang telah ditata rapi.

"Ohh iya! Sepatu kita," kataku.

"Tenang ... sudah ada yang membawakan," kata Fey.

Dari belakang, muncul boneka goblin yang berjalan dengan membawa sepatu kets kami. 

"Sebentar, ucapku, "bukankah lebih baik kita bilas dulu sebelum berpakaian?" usulku seraya menatap tubuhku yang penuh dengan keringat dan butiran tanah.

"Iya juga yaa," kata Fey. "Setauku di sini ada tempat buat berendam."

Fey mendatangi goblin yang tadi menungganginya, lalu dia menanyakan di mana tempat untuk bilas. Si goblin itu kemudian berjalan dan kami berdua mengikutinya. Boneka goblin tersebut membawa kami ke sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat sebuah kolam air. Aku dan Fey langsung menceburkan diri ke dalam kolam yang jernih itu.

"Nyamannya," ucapku sambil berenang di kolam yang dangkal ini.

"Gimana? Menyenangkan bukan berlari sambil ditunggangi oleh boneka goblin?" kata Fey dengan senyum menggoda.

"I-iya, hehehe," jawabku malu - malu.

Selesai berendam, aku dan Fey mengeringkan badan kami. Aku dan Fey kembali mengenakan pakaian kami, lalu menuju ke ruangan di mana Panjul telah menunggu kami. Aku tidak sabar melihat bentuk dan rupa dari boneka yang aku pesan.

Bersambung.... 

Rabu, 12 Maret 2025

Cerita Seks Mamaku Dientot oleh 2 Remaja part 2

Sudah seminggu lamanya sejak aku melihat mamaku sendiri disetubuhi oleh dua anak dekil yang seumuran denganku. Aku tidak habis pikir, mama beberapa kali digoda oleh cowo ganteng di tempat fitness, dan dia selalu menolaknya. Tapi kenapa dengan cowo dekil, mama malah mau? Gara - gara kejadian tersebut, aku jadi salah tingkah setiap kali bersama dengan mama. Bagaimana gak salah tingkah, bayang - bayang tubuh telanjangnya digenjot dua anak kumal sering muncul di kepalaku ketika menatap mama. Di satu sisi, aku sebenarnya ingin mencari tahu, kenapa mama melakukan tindakan bejat tersebut. Suatu hari, mama mengundang seorang pemulung untuk mengambil sampah botol dan kardus di rumah kami.

"Nathan, bantuin mama angkat kardus," ucap mama.

"Yaa," sahutku.

Tidak hanya aku, ciciku juga turut membantu mama mengeluarkan tumpukan botol plastik dan sampah plastik dari gudang. Ketika aku melihat bapak - bapak pemulung yang sedang menunggu di depan rumah, pikiran kotor kembali menyelimuti kepalaku. Entah bagaimana, aku bisa - bisanya membayangkan mamaku dientot oleh bapak - bapak pemulung itu.

"Ehh!? Kok ngalamun aja??" seru mamaku, "ayo sini bantuin angkat - angkat."

"Ahh ... i-iya Ma," kataku, terkejut.

Aku tidak habis pikir, kok bisa - bisanya aku membayangkan hal jorok seperti itu. Tapi kalau aku pikir - pikir lagi, itu kan salahnya mama yang bersetubuh sama dua remaja dekil tersebut. Setelah selesai angkat - angkat, si pemulung itu menyerahkan sejumlah uang kepada mama, lalu dia pergi meninggalkan rumah. Ketika aku kembali rebahan di kamar, aku mencoba memikirkan kembali kenapa mama mau disetubuhi oleh orang yang baru dikenal kurang dari 2 jam. Karena keasikan berpikir sampai membuatku ketiduran. Aku terbangun ketika kudengar pintu kamarku diketuk.

"Kamu sedang apa?" tanya mama, yang ternyata mengetuk pintu kamarku.

"Habis tiduran," jawabku.

"Mama mau fitness, kamu jaga rumah sama ci Cecil yaa," kata mama.

"Yaa," sahutku.

Kalo di tempat fitness, udah pasti gak akan terjadi apa - apa. Demi menghilangkan pikiran kotor yang melayang - layang di kepalaku, aku memutuskan bermain game yang mengasah emosiku. Tanpa terasa, sudah 1 jam lamanya aku bermain game. Aku lalu keluar kamar untuk minum segelas air dingin. Tiba di lantai 1, aku disambut ci Cecil.

"Kamu pasti main game tadi."

"Kok tau?" tanyaku.

"Suaranya aja kedengaran," jawab ci Cecil.

"Ohh." Aku berlalu menuju ke dapur.

Selesai minum, aku memutuskan bergabung dengan ci Cecil menonton TV di ruang keluarga.

"Kamu gak ikut fitness sama mama?" tanyaku kepada ci Cecil.

"Enggak," jawab ci Cecil, "kemarin aku udah sama temen - temenku."

"Ohhh." Aku hanya mengangguk kecil.

Mendekati jam 7 malam, aku mendengar pintu gerbang rumah terbuka. Sepertinya mama sudah pulang dari fitness. Ketika aku menengok ke belakang, ternyata papa yang pulang dari acara jalan - jalan dengan teman - temannya.

"Lhoo? Mama mana?" tanya papa.

"Fitness," jawabku.

"Ohh, oke." Papa berlalu begitu saja menuju ke lantai 2.

"Tumben mama belum pulang," ujarku.

"Paling dolan sama temen - temennya," kata ci Cecil.

Mendekati jam 8 malam, aku mendengar pintu gerbang rumah dibuka. Tidak pakai lama, mama masuk ke dalam rumah.

"Halo semua," sapa mama.

"Kok lama?" tanyaku.

"Tadi makan malam bareng temen - temen fitness," jawab mama.

"Tuh kan! Apa aku bilang," kata ci Cecil.

Entah kenapa aku malah berpikir yang lain, di mana aku menduga mama pulang telat karena sedang 'main' dengan cowo yang ada di tempat fitness. Aku beranjak kembali ke kamar untuk bermain HP sambil rebahan. Aku lalu iseng - iseng mencari sesuatu yang menarik di internet.

"Wow ... apa ini?" Aku secara tidak sengaja menemukan sebuah forum anti-mainstream.

Forum ini berisi thread yang membahas berbagai macam fetish aneh, salah satunya adalah fetish cuckold. Ada sebuah thread yang dibuat oleh seorang user yang terangsang ketika melihat mamanya dientot orang lain. Penisku ngaceng dengan keras ketika membaca thread ini. Entah kenapa, aku merasa sama seperti user dari thread ini. Aku juga terangsang ketika melihat mamaku dientot oleh dua remaja dekil yang seumuran denganku. Aku coba cari - cari lagi dan aku menemukan beberapa thread yang bertemakan cuckold. Beberapa user membagikan cerita ketika mereka menonton istri atau pacar mereka disetubuhi orang lain, bahkan banyak yang membagikan foto atau video pasangan mereka yang sedang asik digauli.

"Gila," ucapku, tidak percaya kalau orang - orang seperti ini benar - benar eksis.

Selain istri dan pacar, ada juga yang bercerita ingin melihat mama mereka disetubuhi oleh teman atau orang lain atau member dari forum itu. Pikiran kotor kembali masuk ke dalam kepalaku.

"Aku jadi penasaran kalau misal mamaku dientot oleh salah satu dari member di forum ini," ujarku dalam hati.

Aku memukul pelan pipiku. Bisa - bisanya aku punya pikiran aneh seperti itu. Setelahnya, aku menutup situs dari forum absurd itu, lalu aku bersiap untuk tidur.

***

Esok paginya, mama tiba - tiba memintaku untuk menemaninya belanja di pasar. Aku dengan berat hati menyanggupi ajakannya. Setibanya di pasar, mama memberikan pilihan menunggu di mobil atau ikut dengannya. Aku memilih jalan - jalan melihat sekeliling.

"Nanti mama chat kalau sudah selesai," kata mama sambil berlalu meninggalkanku.

Aku lalu berjalan di sekitar pasar untuk melihat - lihat jika ada sesuatu yang menarik. Setelah lewat 10 menit, aku mulai bosan berjalan - jalan di pinggiran pasar.

"Aku coba masuk ke dalam deh," ujarku dalam hati.

Aku berjalan masuk untuk melihat - lihat apa saja yang dijual di dalam pasar. Aku berjalan makin dalam dan dari kejauhan, aku melihat mama tengah memilih sayuran sambil mengobrol dengan si penjual. Aku berjalan untuk menghampiri mama, dan ketika aku sudah dekat, betapa terkejutnya diriku saat melihat sosok dari penjual sayuran yang sedang diajak bicara sama mama. Si penjual sayuran tersebut adalah Udin, salah satu anak remaja yang menyetubuhi mama seminggu yang lalu.

"Ini terongnya kurang bagus," kata mama.

"Maaf Ci, terong yang dipanen hari ini memang agak kurang," ucap Udin, "meski begitu, ada terong yang lebih bagus lhoo."

"Iyakah?" tanya mama dengan senyum centil,

"Iya," jawab Udin, "di sini," lanjutnya seraya menunjuk ke area selangkangannya.

"Emang se-bagus apa?" tanya mama, aku lihat kedua matanya melirik ke arah selangkangannya Udin.

"Masak lupa dengan kualitas dari 'terong' yang ini?" ujar Udin. "Dulu kan udah pernah nyoba."

"Udah lupa rasanya gimana hihihi," kata mama.

"Kalo gitu, mau gak mencoba lagi sensasi nikmat dari 'terong' ini?" tanya Udin.

"Emang bisa nyoba di sini?" tanya balik mama.

"Bisa dong," jawab Udin, senyum - senyum. "Ikut saya Ci."

Mama tersenyum mengangguk lalu berjalan mengikuti Udin. Aku sudah tahu ini bakal mengarah ke mana, jadinya aku juga mengikuti mereka secara diam - diam. Udin membawa mama menuju ke area yang tidak ada orang sama sekali. Kemudian, Udin menarik mama masuk ke dalam sebuah ruangan yang gelap. Aku berjalan pelan menuju ke sebuah ventilasi kecil yang ada di dinding ruangan--yang menurutku merupakan gudang. Udin menyalakan lampu pijar yang ada di ruangan tersebut, membuat suasana di dalamnya jadi sedikit remang - remang.

"Ternyata benar, ruangan ini adalah gudang," kataku dalam hati.

Kedua mataku melotot ketika melihat mama kandungku berciuman mesra dengan Udin. Tidak dapat kupercaya kejadian seminggu yang lalu, kembali terulang. Bedanya, kali ini tidak ada si asep. Aku melihat si Udin meraba - raba pinggulnya mama lalu lanjut meremas pantatnya mama. Tangan kirinya Udin berpindah ke payudara besarnya mama dan dia mulai meremas - remasnya. Suara desahan manja mulai keluar dari mulutnya mama. Setelah puas berciuman, mama dan Udin melucuti pakaian mereka. Aku melongo melihat mama membuka pakaiannya. Dimulai dari kaos putihnya, lalu celana pendeknya yang berwarna krem, lanjut melepas BH dan CD putihnya yang seksi. Penisku mengacung keras menatap tubuh telanjang dari mama kandungku sendiri. 

"Emut kontolku Ci," pinta Udin.

Mama mengangguk dengan senyum binal, lalu dia berjongkok di depannya Udin. Mama mengocok penisnya Udin dengan tempo perlahan lalu berubah menjadi cepat. Tidak pakai lama, mama memasukkan penisnya Udin ke dalam mulutnya.

"Ohhh ... enak banget Ci," lenguh Udin.

Mama memaju-mundurkan mulutnya dengan tempo cepat. Udin yang keenakan menjambak rambutnya mama dan mendorong - dorong kepalanya agar penisnya masuk lebih dalam ke mulutnya mama. 

"Ngemutnya udahan Ci, gue pengen ngentotin memek lu," kata Udin seraya menarik penisnya dari mulutnya mama.

Udin membantu mama berdiri, kemudian mendorongnya menuju ke sebuah meja kayu yang agak kotor. Udin mendorong bahunya mama hingga posisinya membungkuk dengan dada dan perutnya berada di atas meja kayu tersebut. Udin melebarkan pahanya mama, membuat vaginanya yang berwarna merah muda terekspos di hadapannya. Posisinya yang membelakangiku, membuatku juga bisa melihat vaginanya, dan juga bongkahan pantatnya yang montok dan mulus. Udin memasukkan dua jarinya ke dalam vaginanya mama.

"Aaahhhh ...," desah mama.

"Anjrit! Masih sempit aja nih memek," ucap Udin.

Dengan kedua jarinya, Udin menyodok - nyodok vaginanya mama. 2 menit kemudian, Udin mencabut jarinya dari liang senggamanya mama, lalu dia berdiri dan mengarahkan penisnya ke vaginanya mama yang sudah becek. 

"Gue masukin yaa Ci," kata Udin.

Aku meremas - remas penisku yang masih ada di dalam celanaku ketika melihat si Udin memasukkan penisnya ke dalam liang kenikmatannya mama.

"Uhhh! Gila! Nih memek masih sempit banget!" ujar Udin.

Udin menyodok mamaku dengan kasar plok plok plok plok. Aku bisa mendengar desahan mama yang begitu binal. Di saat mereka bersenang - senang, aku justru menderita karena tidak dapat mengocok penisku. Tiba - tiba, aku mendengar suara orang yang sedang mengobrol. Suara tersebut kian dekat. Aku yang panik segera bersembunyi dibalik kotak - kotak kayu. Aku mencoba mengintip dan kulihat ada dua pria yang sedang berjalan tidak jauh dari gudang ini. Aku takut kalau sampai mereka mendengar suara desahan dari gudang. Keringat dingin mulai mengucur dari leherku, kedua pria itu masih berada di dekat gudang, mengobrol dengan suara pelan. Tidak berselang lama, kedua pria itu akhirnya pergi. Aku menghembuskan nafas dari mulut, merasa lega mereka tidak mendengar suara - suara aneh. Aku lanjut mengintip mama dan mereka sudah berganti posisi. Udin duduk di atas meja, mama duduk di atas pangkuannya Udin sambil menaik-turunkan pantatnya.

"Ohhh ... ohhh ... memek lu enak banget Ci," lenguh Udin.

Pemuda dekil itu meremas dan mengulum kedua payudara besarnya mama. 

"Ahhh ... ahhhh ... terusin say," desah mama.

Mama mempercepat goyangannya, kemudian dia mendesah keras.

"Hehehe, Cici orgasme yaa?" ucap Udin.

Mama tidak menjawabnya, lebih fokus mengatur nafasnya yang terengah - engah. Udin membaringkan mama di atas meja, membiarkannya beristirahat sejenak. Sekitar 1 menit kemudian, Udin menarik tubuhnya mama dan memposisikan pantatnya di ujung meja, membuat kakinya menjulur ke bawah. Udin mengangkat kedua kakinya mama sampai ke atas, lalu dia sodokkan penisnya ke dalam vaginanya mama.

"Akkkhhhh!" jerit mama.

Udin sedikit melebarkan kakinya mama, kemudian dia menyetubuhi mama dengan tempo cepat. Suara desahan mengisi ruangan remang - remang ini. Sambil mengintip, aku juga mengawasi sekitarku. Beberapa menit kemudian, Udin menghentikan genjotannya, lalu dia mencabut penisnya dari vaginanya mama. Udin melebarkan kedua kakinya mama, lalu dia semprotkan spermanya ke perutnya mama.

"Banyak banget manimu," kata mama.

"Habisnya memeknya Cici enak banget," kata Udin.

Udin duduk di atas meja untuk memulihkan tenaganya. Tidak pakai lama, penisnya Udin sudah kembali tegak.

"Gue mau nyoba sesuatu Ci," ujar Udin seraya berdiri di lantai.

"Apa itu?" tanya mama penasaran.

Udin memegang bahunya mama, kemudian mendorongnya hingga mendempet ke tembok yang terlihat kotor. Udin menaikkan pantatnya mama, kemudian dia sodok vaginanya mama dari belakang.

"Ohh yeahh, entotin memekku say," desah mama.

"Gue gak akan bosen sama memek lu," ucap Udin seraya menampar - nampar pantatnya mama.

Aku melongo dengan nafsu di ubun - ubun melihat mama dan Udin berdempetan seperti itu. Sodokan yang dilakukan oleh Udin menghasilkan suara plok plok plok. Beberapa saat kemudian, mama kembali mendesah keras. Sepertinya dia akan orgasme lagi. Udin menghentikan genjotannya agar mama bisa menikmati orgasmenya. Mama kemudian terjatuh ke lantai, sepertinya tidak sanggup untuk berdiri lagi saking lelahnya. Kulihat tubuhnya basah akibat keringat. Udin kemudian memposisikan mama menungging di lantai.

"Gue masukin yaa Ci," kata Udin.

Mama mendesah panjang ketika Udin mendorong masuk seluruh penisnya ke dalam liang senggamanya. Udin juga meremas - remas payudaranya mama yang berguncang hebat akibat sodokannya. Karena udah tidak tahan, aku bergegas mencari toilet. Aku berjalan lumayan jauh dan belum menemukan toilet. Tiba di area yang ramai orang, aku bertanya ke salah satu pedagang di situ di mana letak toilet.

"Lurus aja ke sana," ucap si pedagang.

"Makasih Bu," kataku.

Aku berlari kecil menuju ke toilet, dan aku segera mengocok penisku setelah masuk ke salah satu kamar mandi yang kosong.

"Mama memang lonte! Mau - maunya disetubuhi sama pemuda dekil kayak Udin!" seruku dalam hati.

Setelah aku keluarkan seluruh spermaku, aku bergegas kembali ke mobil untuk menunggu mama. 8 menit berlalu, mama masih belum menampakkan dirinya.

"Apa mereka masih bersetubuh yaa?" kataku dalam hati.

Tidak lama kemudian, mama datang dengan membawa barang belanjaan.

"Maaf yaa, mama tadi kelamaan milih sayur dan buah," ujar mama, berbohong kepadaku.

"Iyaa, gapapa," sahutku dengan perasaan campur aduk.

Aku masukkan barang belanjaannya mama ke dalam mobil, kemudian aku pacu mobilku menuju ke rumah. Aku tidak bisa menatap mamaku sekarang. Setiap kali menatapnya, bayang - bayang tubuh telanjangnya yang sedang digenjot oleh Udin selalu muncul di pikiranku. Setibanya di rumah, aku langsung ngacir menuju ke kamar dan merebahkan diri di kasur.

"Sial!!" seruku dalam hati.

Perasaan kecewa, marah dan horny menyelimuti diriku. Padahal bisa saja aku menghentikan aksi bejat dari mamaku, tapi aku justru menikmatinya. Kemudian aku jadi teringat dengan forum yang aku kunjungi kemarin. Aku ingin kembali mengunjunginya untuk membaca thread - threadnya lebih dalam. Tanpa pikir panjang, aku langsung mencari thread dengan tag cuckold dan mom. Baru melihat beberapa thread yang aku cari, penisku udah pake acara ngaceng segala. 

"Ternyata banyak juga cowo yang suka liat mamanya dientot orang lain," kataku dalam hati.

Aku melihat satu per satu thread yang muncul dari pencarianku. Betapa terkejutnya aku saat menemukan seorang thread-starter yang menampilkan foto mamanya saat disetubuhi oleh tetangganya. Kemudian ada juga TS yang bercerita kalau dia melihat mamanya disetubuhi oleh teman sekelasnya.

"Kalo mamaku malah dientot bocah dekil yang seumuran denganku," kataku dalam hati.

Setelah membaca 3 thread, aku kepikiran untuk bergabung di forum ini dan menuliskan kisahku. Bahkan aku punya ide gila untuk merekam aksi persetubuhan mamaku dengan Udin jika ada kesempatan.

***

3 hari telah berlalu sejak aku memergoki mama bersetubuh dengan Udin. Hari ini mama berencana ke pasar lagi. Kebetulan hari ini adalah Sabtu, jadi sekolahku libur.

"Butuh aku antar lagi?" tanyaku.

"Ndak usah. Mama berangkat sendiri aja," kata mama.

Aku sangat yakin mama menolak aku antar karena ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan Udin. Aku memutuskan menunggu mama pergi lebih dulu, setelahnya aku akan menyusul menggunakan motor. 5 menit telah berlalu, aku nyalakan motorku, lalu aku pacu menuju ke pasar. Setibanya di pasar, aku segera menuju ke tempat di mana Udin berjualan. Saat tiba di lokasi tujuan, aku tidak melihat mama, tetapi aku melihat Udin yang sedang sibuk menjual sayurannya kepada pelanggan. Aku kemudian mencari spot aman agar aku tidak dipergoki oleh mama. Cukup lama aku menunggu di tempat yang sulit dilihat oleh orang, dan mama belum terlihat sama sekali. Tidak berselang lama, mama datang ke kiosnya Udin. Beruntung sudah tidak ada pelanggan di situ.

"Cari terong atau timun, Ci?" tanya Udin dengan wajah mesum.

"Ummm ... timun aja deh," jawab mama, "minta yang ukurannya paling besar."

"Ada dong," jawab Udin.

"Di mana?" tanya mama. 

Aku tidak bisa melihat ekspresinya mama karena mama membelakangiku.

"Di tempat biasa hehehe," jawab Udin cengar - cengir.

Mama kembali mengikuti Udin yang membawanya menuju ke tempat yang kemarin mereka gunakan untuk berbuat mesum. Aku membuntuti mereka layaknya seorang ninja. Dugaanku benar, mereka menuju ke gudang kecil yang kemarin. Tempat ini selalu sepi dari orang, membuatnya menjadi spot yang cocok untuk berbuat mesum. Jantungku berdebar ketika melihat mama dan Udin kembali masuk ke gudang kecil itu. Aku menuju ke tempat mengintip dan kedua mataku langsung disambut dengan pemandangan menggairahkan. Mama dan Udin berciuman dengan penuh nafsu. Mama meraba - raba punggungnya Udin, sedangkan si Udin meraba pinggul seksinya mama. Kemudian, Udin saling melepaskan pakaiannya mama, dan mama melepas pakaiannya Udin. Keduanya sekarang sudah telanjang bulat. Udin kemudian mendorong mama ke tembok, lalu dia jongkok untuk menjilati kelaminnya mama. Dengan posisinya mama saat ini, aku beresiko ketahuan karena mama menghadap ke arah pintu gudang--secara tidak langsung ke arah di mana aku mengintip. Beruntung mama fokus menatap ke Bawah, jadinya aku bisa mengintip dengan leluasa.

"Aaahhh ... aahhhh ... ahhhh," lenguh mama.

"Kenapa Ci Eliza? Enak saya jilatin?" tanya Udin.

Mama mengangguk tanpa berkata apa pun. Udin kemudian menaikkan jilatannya ke perut, lalu ke dadanya mama yang besar. Sambil menjilati putingnya mama, Udin juga meremas - remasnya dengan agak kasar. Udin mengangkat kedua tangannya mama, lalu dia arahkan lidahnya ke ketiaknya mama yang mulus tanpa bulu.

"Ohhh ... ahhh ... Udin saying ...," lenguh mama.

Aku tersentak mendengar ucapannya mama. Nafsu telah menguasai dirinya. Tak berselang lama, Udin menyandarkan punggungnya ke tembok, dan mama jongkok di depan remaja dekil itu. Mama mengocok penis hitamnya Udin, dan tidak pakai lama, mama memasukkannya ke dalam mulutnya. Aku terangsang berat Ketika melihat mama memaju-mundurkan mulutnya seraya testisnya Udin.

"Ouhhh ... terusin Ci," lenguh Udin.

Udin menjambak rambutnya mama, lalu mendorong - dorongnya agar penisnya masuk lebih dalam ke mulutnya mama. 5 menit kemudian, Udin mencabut penisnya dari mulutnya mama. Anak dekil itu meminta mama berdiri, kemudian mendorongnya menuju ke meja kotor yang ada di samping kanan mereka. Udin duduk di atas meja dengan penis hitamnya yang mengacung.

"Sini Ci, duduk di atas kontolku," kata Udin seraya mengocok penisnya.

Mama mengambil posisi duduk di atas pangkuannya Udin, kemudian dia arahkan penisnya Udin ke lubang tempat di mana aku lahir dulu. Mama menggoyang pantatnya dengan gitu erotis. Kulihat Udin sangat menikmati goyangannya mama. Dia memeluk mamaku dengan erat dan membantunya untuk naik-turun di atas penisnya.

"Ohh yeahh ... oh yeahhh," desah mama.

"Memeknya Cici masih rapet aja," ucap Udin.

"Iya dong hihihi," sahut mama.

Aku kemudian teringat sesuatu, dan segera mengambil HP-ku. Diam - diam, aku merekam adegan tak senonoh yang ada di depan mataku. 4 menit kemudian, Udin mengubah posisinya mama menjadi membelakangi dirinya. Dengan posisi ini, aku bisa melihat payudara besarnya dan perutnya yang rata dan kencang. Mama kembali menggoyang pinggulnya, dan Udin sekarang sibuk meremas kedua payudaranya mama yang berguncang dengan indah. Aku bisa melihat wajah mesum dari mamaku, yang keasikan digenjot oleh seorang remaja dekil bernama Udin. Aku merekam kegiatan seks mereka sembari meremas - remas penisku yang masih terbungkus celana. Tak berselang lama kemudian, mama menjerit panjang.

"Keluarin aja Ci," ucap Udin.

Badannya mama mengejang, kepalanya terdongak ke atas. Sepertinya mama mendapatkan orgasme pertamanya. Udin memeluk mama dengan erat, agar dia tidak terjatuh ke bawah. Udin membaringkan mama di atas meja, membiarkannya istirahat sebentar.

"Yuk, lanjut ronde 2," ucap mama.

"Mamaku benar - benar udah jadi binal," kataku dalam hati.

Mama membuka lebar - lebar pahanya, dan meminta Udin untuk menyetubuhinya dengan posisi MOT. Udin Kembali menyodok mamaku dengan tempo cepat. Aku bisa melihat dengan jelas payudaranya mama yang berguncang hebat. Udin mengangkat tinggi - tinggi kakinya mama, dan dia Kembali menyodok vaginanya mama. Mama mendesah tak terkendal, menikmati sebuah persetubuhan yang haram. Beberapa menit kemudian, Udin mengubah posisinya mama menjadi menyamping ke kanan. Udin mengangkat kaki kirinya mama, lalu dia kembali menyodok liang senggamanya mama.

"Memeknya Cici enak banget!" seru Udin.

"Kalo gitu entotin trus memekku," ucap mama.

"Siap!!" seru Udin, mempercepat sodokannya.

Dalam Waktu 15 menit, Udin menggenjot mamaku dalam dua posisi yang berbeda, doggy style dan WOT. Aku hari ini mendapatkan rekaman yang sangat bagus. Setelahnya, aku memutuskan meninggalkan mereka berdua untuk menuju ke tempat parkir. Sambil berjalan menuju ke tempat parkir, aku masih menimbang - nimbang apakah akan membagikan cuplikan dari videoku di forum yang kemarin aku kunjungi. Salah satu yang aku khawatirkan adalah mamaku bakal jadi bintang di forum itu. Memikirkan hal tersebut membuat penisku ngaceng lagi.

Cerita Seks Mamaku Dientot oleh 2 Remaja part 1

Namaku Nathan (17 tahun), anak bungsu dari 2 bersaudara. aku, ayahku Daniel (42), dan mamaku Elizabeth (38) kami adalah keluarga keturunan tionghoa yang cukup berada, malam ini kami pergi ke puncak untuk nonton bareng bersama teman kantor ayahku di villa naik mobil kami. ayahku dan aku sangat antusias karena klub kebanggaan kami yaitu liverpool akan bermain di semifinal leg ke 2 liga champions league setelah sebelumnya kalah agregat 3 - 0 dari Barcelona. ya aku dan ayahku sudah sejak dulu fans garis keras liverpool, bahkan kamarku dihiasi dengan pernak pernik liverpool sementara mama sendiri tidak begitu antusias dengan sepak bola, dia hanya ikut2an saja sementara kakak ku tidak ikut dan memilih di rumah saja.

jam 10 malam ayahku membawa mobilnya dari jakarta ke puncak bogor, saat di tol kulihat sudah ada tanda - tanda bahwa jalan menuju puncak akan macet dari ramai nya mobil.

"wah jangan-jangan macet nih" ujarku.

"semoga ngga, paling cuma macet sedikit disini aja" ujar ayahku sambil menyetir.

ternyata perkiraanku benar, jalan keluar tol menuju puncak macet total, bahkan sampai banyak polisi yang mengatur arus lalu lintas sementara banyak orang keluar dari mobilnya dan duduk di tepi jalan tol.

"haduuuhhh" ucap ayahku mengeluh sambil mengusap kepala nya serasa tidak percaya. mamaku yang duduk di kursi belakang lalu berkata..

"udah pulang aja yuk, nonton di rumah kan bisa"

aku jadi semakin khawatir, apa kita bisa sampai tepat waktu ke villa nya karena pertandingan akan dimulai setengah jam lagi. tapi menurut info dari pengendara lain sepertinya arus jalan tol menuju puncak sengaja ditutup karena kemacetan diperkirakan baru akan dibuka 2 jam lagi. kulihat ayahku dengan ekspresi cemas, sementara mama hanya santai saja sibuk dengan HP nya, tiba-tiba HP ayah berdering lalu ayahku mengangkat telpon yang ternyata dari temannya.

Teman ayah: "halo lu dimana bro?"

ayah: "haduh gua kejebak macet nih di tol"

Teman ayah: "kan gua udah bilang lu harusnya berangkatnya jangan mepet"

ayah: "ya mau gimana lagi ada kerjaan kantor yang belum selesai"

Teman ayah: "Gini aja, gimana kalo lu sekarang balik arah nanti lu lewat jalur tikus aja via cibadak"

ayah: "lewat mana? gua ga tau jalur tikusnya"

lalu ayahku mendengar penjelasan dari temannya, setelah telpon ditutup ayahku buru - buru putar balik mobilnya sedikit ngebut ke arah jakarta bahkan dia tidak peduli dengan polisi yang berjaga di sekitar.

"loh ga jadi ke puncak nya?" tanya mamaku heran.

"kita lewat jalur tikus" ucap ayahku singkat. mobil pun melaju dengan kencang, setelah 15 menit mobil keluar dari tol, aku tak tahu ini di daerah mana. papa membawa mobilnya dengan terburu - buru dari jalan raya yang ramai ke jalan yang mulai sepi, seperti jalan perkampungan. ayahku juga tidak terdeteksi di maps dan hanya mengandalkan insting nya saja.

"pah kita mau ke mana sih? kok jalannya sepi gini bikin takut aja" ucap mama yang mulai khawatir.

ya memang jalannya mulai tidak beraspal, menanjak dan gelap karena tidak ada lampu penerangan. 15 menit papa mulai muter2 di daerah sini, tidak ada sinyal dan tidak ada juga dari tadi orang yang lewat untuk ditanyakan jalan.

aku mulai berfikir, apa jangan-jangan kita nyasar ya? sepertinya pertandingannya sudah dimulai, papa juga terlihat frustasi tidak menemukan jalan dan hanya tertunduk sambil mobil berhenti di tepian jalan. kemudian dari arah seberang kulihat ada cahaya lampu motor melewati kita.

"pah coba ikutin motor itu, siapa tau dia tau jalannya" ucapku. tanpa berfikir lama ayahku memutar arah mobil dan membuntuti pemotor tadi, jalan disini memang banyak perempatan tapi anehnya tidak ada plang menunjukkan ke arah puncak, hanya gapura desa saja dengan jalan yang berkerikil.

10 menit kemudian kami menemukan warung yang besar bentuknya seperti gudang dan suasana nya disana ramai sekali banyak motor dan truk besar di parkir. sepertinya ini rest area untuk para supir truk dan orang dari daerah sini. kami memperhatikan dari dalam mobil disana banyak orang yang pakai jersey liverpool juga sama seperti kami seperti sedang nobar sepak bola.

"wah kayanya ada nobar tuh pah?" ucapku. lalu ayah membalas..

"iya kayanya begitu"

tiba - tiba kami dikagetkan dengan teriakan dari sana : Goooooollllll dengan suara riuh keramaian orang. aku dan ayah saling memandang tak percaya, jangan-jangan mereka juga nonton semifinal liga champion.

"mah nonton sepak bola disini aja yuk?" ucap papa tiba2 ke mama.

"disini ? papa ga salah?" ucap mama yang heran.

"iya udah ga keburu kalo kita ke puncak. yuk turun" ucap ayahku mengajak kami sambil memarkirkan mobil disebelah truk besar. kami pun turun dari mobil, kulihat mamaku yang cantik turun dengan juga memakai jersey liverpool seperti kami, sambil berjalan mama mengikat tali rambutnya yang dari tadi terhempas angin malam. aku awalnya sedikit ragu masa iya kita jadi nonton di tempat seperti ini, ucapku dalam hati.

lalu kami bertiga masuk ke gudang yang gerbangnya sengaja dibuka, seketika semua orang yang ada di dalam tertuju kepada kami, suasana menjadi hening, ya kami keluarga keturunan chinese tiba2 menjadi pusat perhatian para supir truk, pedagang kaki lima, kuli dan orang desa sini, tapi papa tetap PD dan tidak menghiraukan.. lalu papa duduk di bangku panjang seperti bangku warteg yang kosong, sementara aku dan mama hanya mengikuti papa saja lalu duduk di sampingnya dan mama duduk disampingku.

kulihat beberapa orang malah memperhatikan kami, ternyata mereka melirik mamaku yang cantik, apalagi mamaku sekarang memakai jersey ketat dan jeans nya memperlihatkan lekuk tubuh mama yang sexy. mamaku elizabeth atau sering disapa ibu eliza memang terlihat masih muda seperti gadis 20 tahunan, itu karena mama menjaga tubuhnya dengan ikut gym atau senam. ya memang bukan pertama kali ini saja mama menjadi pusat perhatian orang, bahkan teman-temanku ketika main ke rumah selalu memuji mama yang cantik, aku juga sering melihat beberapa laki-laki mencoba menggoda mama di gym tapi selalu mama tolak.

setelah beberapa menit semua orang mulai fokus lagi ke pertandingan sepak bola di layar kaca tv berukuran 36 inch yang sengaja diletakkan di tengah gudang dan menghiraukan kami. aku dan papa akhirnya ikut terbawa suasana pertandingan dan menghiraukan mama yang hanya bermain HP saja.

tanpa terasa babak pertama pun selesai dengan skor 1 - 0 untuk liverpool, di sela2 istirahat papa memesan kopi susu ke warung untuk kami bertiga, sepertinya papa pun sudah melupakan rencana nya untuk nobar di villa, akupun izin ke papa untuk ke toilet sebentar, ternyata toiletnya disini hanya ada 2 dan itupun ngantri karena banyak yang ke toilet saat waktu jeda, uuhh ternyata toilet disini bau dan kotor, tidak ada tanda yang mana toilet laki2 ataupun perempuan asal masuk saja.

setelah aku buang air kecil ternyata babak kedua sudah dimulai, orang2 disana mulai fokus lagi ke layar kaca begitu juga dengan papa, suasana nya hening hanya suara yang keluar dari tv. saat aku mulai duduk lagi kulihat ada 2 orang pemuda kampung yang kuperkirakan seumuran denganku sedang duduk disamping mama. aku pun pura2 cuek saja sambil kembali duduk disamping papa, aku yang awalnya fokus ke layar tv jadi menguping karena salah satu diantara mereka mulai mengajak ngobrol mama.

"sendirian aja ci ?" ucap pemuda kumel dengan rambut panjang alay sambil mengenakan kaos, celana pendek dan sarung yang dia lipat di lehernya. mamapun menanggapi santai.

"ngga nih sama keluarga"

"ooh kirain sendirian hehehe" kata pemuda ini sambil cengengesan. lalu pemuda ini memperkenalkan diri ke mama.

"kenalin saya asep" ucap pemuda ini yang bernama asep ini sambil menyodorkan tangannya, lalu tangan mama yang putih menyalami asep.

"eliza" ucap mama singkat sambil tersenyum.

"ohh namanya ci eliza ya hehe" ucap asep, kemudian temannya asep juga ikut2an menyalami mama.

"kalo saya udin ci, hehe" ucap udin yang dari tadi duduk disamping asep. si udin ini memakai kaos partai, celana panjang lusuh, dan memakai kupluk kepala. si udin ini juga kumal dan berkulit coklat gelap sama seperti asep bedanya giginya tonggos.

"suka liverpool juga ci ?" tanya asep.

"ngga terlalu sih, karena suami sama anak aja suka jadi ikut2an suka" ucap mama.

"heh itu anaknya ci?" tanya si asep seolah tak percaya.

"kirain mah adeknya, abis si cici keliatan masih muda,masih cantik hehe"

"iya eui, si cici mah geulis pisan" ucap si udin yang juga memuji mama.

"hmm,, makasih" ucap mama singkat sambil tersenyum ke arah mereka, karena suara tv terdengar cukup kencang papa dan orang disekitar juga tidak bisa mendengar mama dan 2 pemuda ini dan hanya fokus ke sepak bola saja.

"ci duduk di meja aja yuk biar enak ngobrol, kayanya si cici ga suka nonton bola" ucap asep, lalu mama melirik ke arahku dan papa, aku pura2 fokus ke layar tv. kemudian mama berpindah ke meja kosong yang jaraknya hanya 5 meter dari kami. si asep dan udin yang melihat mama duduk di kursi meja kosong buru2 mengambil kursi plastik kosong juga dan duduk disamping mama. kali ini mama duduk diapit oleh asep dan udin.

"ci eliza dari mana ?" itulah pertanyaan yang keluar dari si asep.

"dari jakarta" ucap mama sambil merapikan rambutnya yang dikuncir, asep dan udin seperti leluasa melihat jenjang leher mama yang putih mulus.

"trus ada tujuan apa kesini ci?"

"sebenarnya tadi tuh suamiku ingin ke puncak nobar sepakbola sama temen kantornya, terus kejebak macet di tol, mau lewat jalur tikus disini malah nyasar"

"ooh gitu, atuh emang disini mah rada ribet ci kalo mau ke puncak, tapi nanti asep bantu ci kasih tau jalurnya"

"kayana ga usah deh abis ini juga kita bakal pulang lagi kok ke jakarta" ucap mama. sementara si asep ngobrol sama mama, kulihat dari tadi si udin yang tonggos ini hanya memperhatikan tubuh mama dari atas ke bawah.

"ci eliza umurnya berapa sih?" tanya asep.

"38, emang kenapa ?" tanya mama.

"ah masa sih ci ? keliatan lebih muda loh ci kirain 20an, ya ngga din?" ucap asep ke temennya.

"eh iya hehe bener" ucap si udin. lalu mama kembali tersenyum

"beneran loh 38, emang kamu sendiri umurnya berapa?" tanya mama.

"saya 17 ci" ucap asep.

"kalo saya 16 ci hehe" ucap udin sambil cengengesan.

"yee ga nanya lu, org ci eliza nanya nya ke gua ya kan ci?" ucap si asep ke udin lagi.

"haha kenapa kalian jadi berantem sih" kata mama dengan senyum nya yang manis.

"eh ci eliza haus ga ? mau minum apa ?" tanya si asep.

"udah kok kopi susu ini aja" ucap mama.

"mau sirup enak ga ci?"

"sirup apa tuh ?"

lalu si asep seperti memberi kode ke arah udin, udin pun bergegas meninggalkan meja entah kemana, lalu si udin kembali membawa botol besar dan 3 cangkir kecil sambil menuangkan minuman ini, lalu si asep mengajak mama meminum minuman ini.

"ayo ci eliza diminum, saya yg traktir hehe."

"ini minuman apa?" tanya mama sambil melihat ke cangkir.

"udah atuh ci diminum aja sirup enak" ucap si udin. lalu mama meminum minuman ini yang aku sendiri ga tau minuman apa karena emang ga ada merk nya di botol.

"mmm... inimah amer" ucap mama sambil mengenyutkan wajahnya. hah amer ? anggur merah ? kataku yang sedikit kaget.

"hehe iya bener, kok ci eliza tau sih ? wah ketauan sering minum yaaa.." ucap si asep.

"ngga kok, cuma pernah aja" ucap mama singkat. kuperhatikan papa masih tetap fokus ke layar kaca tv dan tidak menyadari mama sedang ngobrol dengan 2 pemuda yang tidak dikenal ini, begitu juga dengan keadaan disekitar semua orang yg hanya fokus ke tv atau merokok sambil ngobrol tanpa melihat ke mama seperti tadi.

"ci eliza badannya bagus banget kaya gitar spanyol" ucap si asep.

"pfff haha apaan sih kamu sep gombalan mu murahan ah" ucap mama tertawa, tapi walaupun mama bilang begitu mama tetap meneguk amer tadi.

"ci bentar deh... " ucap asep, lalu si asep memegang tangan mama seperti membandingkan kulitnya dengan kulit mama sementara mama diam aja.

"kaya kopi susu ya ci hitam putih hehe"

"bukan hitam inimah dekil hihi" ucap mama sambil memegang tangannya si asep.

"yee dekil gini kuat juga loh ci"

"apanya yg kuat ?"

lalu si asep menunjukkan otot lengannya, mama hanya tertawa kecil saja, sementara si udin dar tadi bertugas menuangkan kembali amer dari botol jika amer di dalam gelas habis. Tiba - tiba GOOOLLL.. suara gemuruh menyelimuti bangunan ini, seketika papa dan beberapa orang teriak dan loncat kegirangan, ya gol menjadi 2 - 0 untuk liverpool melawan barcelona yang dicetak oleh origi bernomor punggung 27. Aku yang awalnya memperhatikan mama jadi ikutan terbawa suasana kegirangan.

setelah euforia selesai aku jadi teringat mama lagi, disini si asep memakai sarungnya seperti menutupi bagian bawah tubuhnya, karena berisik aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan. kemudian si asep seperti membimbing tangan kanan mama ke dalam sarungnya, hah ? apa yang mereka lakukan ? apa jangan - jangan.. Pikiranku jadi deg-degan membayangkan yang tidak-tidak.

Mama seperti memegang sesuatu dari balik sarung si asep dengan ekspresi kaget, sementara tangan si asep mulai merangkul bahu mama. Entah kenapa mama diam saja melihat kelakuan pemuda yang bernama asep ini yang umurnya sama denganku. Kemudian mama seperti melirik ke arah aku dan papa duduk, aku langsung pura-pura fokus nonton pertandingan, sementara papa masih asyik nonton pertandingan malah sekarang akrab dengan bapak-bapak di sebelahnya.

Setelah beberapa menit aku perhatikan mama lagi, ya ini tidak diragukan lagi mama sedang mengocok penis si asep dari balik sarungnya, mama hanya tersenyum tipis wajahnya sudah memerah karena pengaruh amer tadi sementara si asep tersenyum santai, si udin yang disebelah kiri mama mulai meremas paha kiri mama dengan tangannya.. Sial, kenapa mama diam saja pahanya diremas sama pemuda ini? Pikirku, disini justru ada sensasi aneh dalam diriku melihat mama jadi membuatku tegang sekaligus marah. Ahh apa-apaan ini.

Kemudian tak berselang lama suara gemuruh menyelimuti tempat ini GOOLLLL, papa dan beberapa bapak2 kegirangan bukan main.. hah akupun tak percaya liverpool bisa menyusul sementara 3 - 0 yang berarti agregat menjadi 3 - 3. Tapi disatu sisi aku kembali memperhatikan mama, dengan suasana yang ramai dipenuhi teriakan orang kulihat asep membisikan sesuatu ke telinga mama, mama hanya tertawa manis. Tak berselang lama mama bangkit dari tempat duduknya lalu pergi ke luar gudang, sepertinya ke arah toilet.

5 menit berselang asep dan udin juga pergi ke arah toilet, karena perasaanku yang tidak enak akupun izin ke papa untuk pergi ke toilet lagi, papa yang masih asyik ngobrol dengan bapak-bapak mengizinkanku begitu saja.. Setelah di luar gudang kulihat asep dan udin masuk ke 1 pintu toilet yang sama, akupun mencoba ngintip dari belakang toilet, cukup  susah juga ke belakang toilet karena ada rawa-rawa, setelah itu ku tumpuk beberapa karung semen di belakang toilet, hatiku dag dig dug memikirkan apa yang akan terjadi di dalam..

Saat aku berhasil melihat di dalam DEG, seperti tak percaya pemandangan ini. Kulihat mama sedang berciuman mesra dengan si asep, matanya yang sayu melumat bibir pemuda yang seumuran denganku ini tanpa rasa malu sedikit pun. Sementara si udin meremas pantat mama dari belakang, jadi posisi mereka seperti menghimpit mama.

"din kunci pintunya!" suruh asep di sela2 ciumannya, lalu si udin mengunci pintu kamar mandi, asep dan mama kembali berciuman mesra. Tangan si asep mulai meremas payudara besar mama dari balik kaos jersey. Tangan si udin tidak kalah nakal, tangannya yang satu masuk ke dalam celana jeans mama dari belakang.

Melihat kedua pemuda ini berebut meremas payudara mama, mama lalu melepas kaos jersey nya dan terlihatlah pemandangan indah payudara mama yang putih mulus dibalik bra warna hitam bermotif bunga, si asep dan udin terdiam sejenak melihat pemandangan menakjubkan di depan mereka. Sementara aku sudah sangat tegang, penisku berdiri melihat mama kandung sendiri dilecehkan oleh kedua bocah yang seumuran denganku.

"Loh kok kalian diam ? hihi" ucap mama memecah lamunan asep dan udin.

"Kita beruntung sep dapetin cici binal kayak gini" ucap udin ke asep.

"Udah langsung sikat aja sebelum suami dan anaknya tau" jawab asep.

Lalu mereka berdua mulai meremas payudara mama yang besar dari balik bra hitamnya, dengan kasar si asep melepas kaitan bh mama dan terlihatlah bulatan payudara mama yang sensual dengan puting berwarna pink yang sudah tegang. Tak butuh waktu lama untuk mereka berdua menikmati payudara mama yang menantang.

Asep menghisap puting payudara kanan mama sementara si udin menghisap puting mama sebelah kiri, melihat hal itu penisku benar2 tegang.. Bagaimana tidak melihat mama kandung sendiri netekin 2 pemuda asing dekil dan jelek, ya payudara yang dulu pernah kuhisap sewaktu kecil kini dihisap, diemut dan dijilat dengan kasar oleh si udin dan asep sementara mama hanya menggigit jarinya menahan rangsangan. Setelah puas dengan payudara, si asep mulai membuka celana jeans mama dengan kasar, terlihatlah celana dalam mama yang berwarna hitam lalu dipelorotkan dengan kasar oleh si asep, sementara si udin makin asyik memainkan kedua payudara mama, gigi tonggosnya dan mukanya yang dekil meremas dada mama dengan kasar, bergantian kanan dan kiri puting mama dihisap dan dijilat.

"Aduuhh, kalian jangan kasar dong ahh.." ucap mama.

"Diem lo lonte china" ucap asep kasar, deg, mendengar ucapan itu mama bukannya marah malah mendiamkan kedua pemuda ini menggerayangi bagian tubuhnya. Aku yang sudah dari tadi tegang, akhirnya membuka celanaku dan mengocok penisku melihat pemandangan ini.

Kemudian si asep menyuruh mama duduk di dinding bak mandi sambil membuka paha mama, terlihatlah vagina mama berwarna kemerahan yang tidak ditumbuhi bulu, setelah puas memandangi vagina mama, asep mulai menjilat miss v nya dengan lidahnya. Mama yang tadinya hanya menggigit jari kini mendesah dengan keras.

"Aaahhh.. Aaahhh... aduhh... "

Walaupun suara desahan mama keras tapi masih kalah dengan suara berisik dari dalam gudang tempat nobar, kulihat ekspresi mama sudah memerah sambil memegangi kepala asep seolah jangan melanjutkan jilatannya di vagina mama, tapi asep tidak memperdulikan hal itu malah semakin bersemangat menjilati vagina mama yang sudah basah.

Sementara si udin setelah puas dengan payudara mama kali ini mencium mama sehingga desahan mama tidak terlalu terdengar, mamapun tidak hanya diam tapi ikutan membalas ciuman hot dari si udin walaupun giginya tonggos tapi mama dan udin terlihat mesra sambil saling bertukar air liur.

Setelah puas menjilati vagina mama, si asep mulai melepas celana nya, terlihatlah penis hitam tegak berdiri sambil memposisikan penisnya yang sudah tegang ke vagina mama yang sudah becek, karena kesulitan memasukan penisnya tangan mama justru membantu penis si asep masuk ke vaginanya.

"Aahhh gila sempit banget nih memek" ucap asep. Dengan perlahan penis si asep masuk ke dalam vagina mama, mama lalu melepas ciumannya dari udin sambil melihat vagina nya dimasukin penis besar si asep, aku tidak begitu jelas melihat ekspresi mama karena terhalang badannya asep, dari ritme genjotannya asep memaju mundurkan pinggulnya perlahan lalu cepat.

"Aaaaahhhhh aaahhhhhh yaaampuuun" erang mama.

"Hahaha kenapa ci Eliza ? baru pertama kali memeknya dimasukin kontol pribumi ?" tawa asep dengan puas, mama tidak membalas apapun dan tetap mendesah sementara si udin hanya mengocok penisnya melihat mama dan asep beradu birahi. Hanya butuh 5 menit bagi mama untuk mendapatkan orgasme nya.

"Ya tuhaaaan aaaaaaahhh aaahhh... " desah mama lagi, tubuh mama kejang2 di pelukan si asep sambil kakinya seperti mendekap pinggul asep.

"Enak ci ?" tanya asep.

"E.. enak hah.. Hah.."

"Apanya yang enak ?"

"Kontol kamu.." ucap mama ke asep tanpa malu mengatakan kata vulgar.

"Enakan kontol aku apa suami mu ?" tanya asep lagi, disini mama masih mengatur nafasnya.

"Ayo jawab!" plok.. Tiba2 asep menghentakan pinggulnya..

"I.. iya enakan kontol kamu sep"

"Mau yang lebih enak ga ci ?" tanya asep ke mama, mama hanya mengangguk saja. Lalu si asep mulai menggerakan pinggulnya lagi dengan cepat, mama kembali mendesah.. Dengan tenaga nya yang kuat si asep lalu menggendong tubuh mama yang lebih kecil dari tubuhnya asep, lalu sambil memaju mundurkan lagi penisnya keluar masuk di vagina mama.

"Memek lu sempit banget ci, Ga pernah dipake ya ahhh ?" ucap asep.

Mama tidak menjawab hanya mendesah saja. Disini posisi mereka berganti, aku jadi kembali bisa melihat ekspresi mama yang sudah pasrah. Lalu si udin yang dari tadi hanya mengocok penisnya mulai memposisikan di belakang mama, ya penisnya diarahkan ke lubang anus mama.

Kulihat mama kaget dengan si udin yang ingin memasukan penisnya ke dalam anus mama.

"Ehh.. aahh.. Ka,, kamu mau apaa?" ucap mama.

"Mau dibikin enak gak ci ? udah santai aja" ucap si udin.

"Ehh,, jangan, jangan disitu aaaaahhhh" lalu si udin memasukan penisnya ke dalam lubang anus mama dengan sekali dorongan, blesss..

"Aaahh aduuh.. Sakiiit.." ucap mama kesakitan.

"Santai aja ci, lama-lama juga enak kok hehe" ucap si asep sambil cengengesan

"Gilaa lubang anus lu masih perawan ya ci? sempit banget sumpah" ucap si udin..

Disini mama sudah mendesah tak karuan disodok depan belakang di bagian vagina dan anus nya, tangan mama merangkul pundak si asep yang kekar, kulihat ekspresi mama sangat erotis sekali. Genjotan mereka berirama sangat cepat, lalu tiba2...

"Aahh,, aaahh... aku.. Aku mau keluaaaaarrr" teriak mama keras sekali

"Ayoo ci aku juga mau keluar ahhh" ucap asep.

"Aah anjiiirr boolnya ni china sempit banget asli gua juga mau keluaaaarr" erang udin.

Aku yang dari tadi melihat mereka bertiga kupercepat kocokan penisku melihat pemandangan ini yang tidak masuk akal ini aaaaaahhhhh... croottt.. Crooottt.. disaat yang bersamaan GOOOOOLLLLLL suara mama, asep dan udin jadi tidak terdengar gemuruh suara dari dalam gudang bersamaan itu mereka bertiga mendapatkan orgasme nya dan juga aku yang melihatnya..

mama asep dan udin terkulai lemas di lantai toilet yang jorok itu. Ahh sial aku coli dengan mamaku sendiri yang sedang digenjot anak muda seusiaku ? apa-apaan aku ini, kesal, sedih dan horni menjadi satu. Ku kira ini sudah selesai, ternyata belum.

Si asep dan udin kemudian bangkit berdiri dari lantai toilet, sementara mama masih lemas vagina nya terlihat penuh dengan sperma si asep.. Mereka berdua lalu mengarahkan kontol mereka yang masih ada sisa spermanya lalu menjejalkan ke mulut mama.

"Ayo ci eliza yang cantik, jilat kontol kita dong" ucap si asep sambil memegang kepala mama dengan kasar, lalu mama memegang kedua kontol mereka dan menjilat penis asep dan udin secara bergantian, tak butuh Waktu lama untuk penis mereka Kembali tegak berdiri.

"Aduh gua jadi sange lagi nih sep ngeliat muka cantiknya ci eliza" ucap udin.

"Yaudah tuh lu pake memeknya aja, lu belum dapet kan" ucap asep.

Lalu si udin menuntun mama untuk menungging dan mengarahkan penisnya ke vagina mama yang sudah becek, kali ini asep yang duduk diatas dinding bak mandi menyuruh mama untuk menjilat Kembali kontolnya.

"Ci eliza aku masukin ya kontolnya" ucap si udin seperti meminta izin ke mama, sementara mulut mama tidak bisa berkata apa2 karena tangan asep memegang kepala mama di ikat rambutnya sambil memasukan lebih dalam penisnya ke dalam mulut mama.

"Aaahhh ci enaak bangeet, mulutnya anget ci" lenguh si asep.

Si udin pun menyodok mama dengan cepat plokk plokk plokk sambil tangannya meremas payudara mama yang gondal gandul dari tadi, aku yang sudah lemas karena melihat mama, jadi horni Kembali.. 10 menit kemudian mama seperti kejang2 tanda dia sudah mencapai puncak orgasme.

"Mmmmmffffhhhh uhuk uhuk" erang mama tersedak kontol asep, si udin dan asep pun mempercepat sodokannya di vagina dan mulut mama..

"Aaahhhh gua keluar cii.. Enak banget memek cici2" erang si udin menyemprotkan sperma nya banyak sekali sementara si asep tidak banyak berkata dan crooottt.. Crooottt.. croott.. menumpahkan semua spermanya di mulut dan wajah mama. Sambil mengatur nafas mereka berdua lalu beres2 memakai celana lalu keluar toilet begitu saja meninggalkan mama yang terbaring lemas.. Ahh mama kenapa kamu tega melakukan ini? Mengkhianati aku dan papa? Aah sial akupun Kembali onani melihat mama belepotan sperma dua pemuda itu di wajah, vagina dan anus crottt croottt croottt..

Setelah onaniaku bingung antara menghampiri mamaku di toilet atau Kembali ke dalam Gudang tempat papa nobar, akhirnya ku putuskan kembali ke papa yang masih asik menonton pertandingan.. Priiiitt... tanda peluit pertandingan selesai, skor menjadi Liverpool 4 - 0 Barcelona, Liverpool pun menang agregat 4 - 3 dan berhak ke babak final. Suara riuh pun kembali menggema di bangunan ini, kulihat mama belum kembali juga dari toilet, papa dan beberapa orang masih asyik ngobrol tidak percaya klub kebanggaannya bisa menang agregat, setelah beberapa menit kemudian papa menengook ke arahku.

"Loh mama kemana?" tanya papa yang baru menyadari tidak adanya mama.

"Tadi sih bilangnya ke toilet pah" ucapku sambal khawatir, kalo ada orang lain yang ke toilet sekarang pasti bisa melihat mama nih, pikirku.

Tapi ternyata 5 menit kemudian mama sudah kembali dengan raut wajah yang ceria seolah tidak pernah terjadi apapn.

"Haii saying,, gimana pertandingan nya?" ucap mama ke aku, aku hanya melamun tak percaya melihat mama dengan ekspresinya tanpa dosa.

"Liverpool menang dong haha" ucap papa kegirangan.

"Tadi mama liat juga lho pertandingannya, seru banget ya ternyata, baru kali ini mama suka sama pertandingan sepak bola" ucap mama berbohong sambal tersenyum.

"Ya memang seru lah sepak bola, apalagi liga inggris ya kan nat?" tanya papa ke aku.

"Ehh.. i.. iya pah"

"Yaudah yuk pulang, tadi papa udah tanya ke warga sini jalan balik ke arah Jakarta nya" ucap papa, akhirnya satu persatu semua orang pergi meninggalkan gudang. Setelah itu, kami naik mobil pulang. Di tengah perjalanan aku masih tidak percaya dengan kejadian tadi. Kenapa mama semudah itu untuk dijamah sama pemuda dekil seusiaku? apa arena dihipnotis? Entahlah, aku hanya bisa memandang mama dari kaca spion yang duduk di belakang sambal melamun.

Wajahnya yang antic keibuan, yang selama ini ku kenal dari kecil merawatku, dengan mudahnya disetubuhi oleh orang lain, tak kusangka saat mama melamun tangannya masuk ke dalam jeans meraba vaginanya, lalu kulihat jari mama seperti basah dengan cairan putih kental.. Ya sperma si asep dan udin, lalu menjilat kedua jarinya dengan ekspresi yang erotis, siall, aku jadi horni melihat ekspresi mama sambal memejamkan mata menjilat 2 jarinya yang basah oleh sperma itu. Tiba-tiba mama seperti melihat ke arah kaca spion, akupun buru2 memalingkan pandanganku ke depan.

Hari ini skor 4 - 0 memiliki 2 makna. Yaitu skor pertandingan Liverpool vs Barcelona dan skor persetubuhan antara mama dengan si asep dan udin yang mengeluarkan sperma mereka 4 kali di tubuh mamaku.