Sabtu, 07 Desember 2024

Cerita Seks Kisahku dengan Boneka - Bonekaku (Lanjutan dari Boneka Teddy Bear yang Aneh)

 Matahari pagi kembali menyapa diriku, aku terbangun dengan perasaan yang nyaman. Tetapi, aku kemudian merasakan ada yang menindih tubuhku. Aku lalu mengarahkan pandanganku ke bawah dan kudapati si boneka ular tengah mencoba melilit badanku.

"Ehh?? Kamu mau ngapain??" kataku dengan sedikit gugup.

Si ular berwarna hijau itu mulai melilit area kakiku sampai ke selangkangan. Aku seketika jadi teringat dengan Fey yang dililit oleh boneka ularnya, lalu dia ditelan utuh - utuh, dan berakhir terperangkap di perut si ular selama 1 jam. Aku sedikit panik ketika menyadari apa yang akan dilakukan oleh boneka ular itu kepadaku. Aku agak meronta - ronta mencoba melepas dari lilitannya. Tetapi dia lebih lincah dan dengan cepat melilit area pinggul sampai ke dada, membuat tanganku juga ikut terkunci oleh lilitannya. Aku melirik ke atas dan kudapati si ular telah membuka mulutnya lebar - lebar, siap menelan tubuh seksiku. Aku hanya pasrah saat si ular mulai menelan kepalaku. Aku mencoba agak meronta, tapi usahaku sia - sia, karena si ular cukup kuat membelitku. Kepalaku perlahan masuk ke dalam tubuh si boneka ular. Rasanya sempit sekali berada di dalam tubuh si ular ini, tapi anehnya, aku bisa bernafas dengan lancar. Si ular mendekati bahuku, dan dia melebarkan mulutnya agar bisa menelannya dengan mudah. Sedikit demi sedikit, area bahuku mulai masuk ke dalam tubuh si ular ini, dan sekarang dia mendekati area dadaku. Si boneka ular itu melebarkan kembali mulutnya agar kedua payudaraku yang berukuran besar, bisa masuk ke dalam mulutnya. Si boneka ular itu mulai menelan area dadaku. Aku merasakan sensasi geli ketika dinding mulutnya menyentuh putingku. 1 menit berlalu, seluruh dadaku sudah masuk ke dalam tubuh si boneka ular, dan sekarang perut rataku yang akan segera ditelan. Entah kenapa, aku merasa nyaman ketika berada di dalam perut si boneka ular ini. Seolah rasa pegal dan stress-ku hilang, dan hanya menyisakan rasa tenang dan rileks pada diriku. Beberapa menit berlalu, tanpa kusadari, seluruh badanku sudah berada di dalam perut si boneka ularnya Fey. Saking nyamannya, aku perlahan mulai merasa ngantuk di dalam perut si boneka ular ini. Baru memejamkan mata sebentar, aku mendengar pintu kamarku diketuk. Kepanikan segera menyelimuti diriku.

"Hey, bisakah kamu mengeluarkanku dari sini?" tanyaku sembari sedikit meronta.

"Ma?? Mama masih tidur?" tanya Glenn.

Waduh, ternyata anakku yang mengetuk pintu kamarku. Bisa terjadi kehebohan besar kalo dia liat mamanya berada di dalam perut si boneka ular ini.

"Ehh ... keluarin aku dong. Anakku ada di luar tuh. Bisa heboh kalo Glenn liat aku ada di dalam sini," kataku sambil meronta dengan lebih keras.

Si boneka ular ini kemudian mulai bergerak. Dari arah gerakannya, dia sepertinya bergerak menuju ke pinggir ranjang yang berada di sisi yang tidak menghadap ke pintu kamar. Cerdas juga nih boneka ular. Dia perlahan menurunkan perutnya yang berisi diriku ke lantai, lalu dia berdiam diri seperti tadi. Kemudian, aku mendengar suara pintu kamarku dibuka.

"Ma–lhooo!? Kok gak ada??" ucap Glenn.

Jantungku berdegup dengan kencang. Aku takut sekali kalau semisal Glenn menemukanku dalam kondisi seperti ini.

"Semoga dia gak ke sini," kataku dalam hati.

"Kemana sih dia? Apa buru - buru pergi? Tapi ... kok kamarnya dibiarin berantakan gini?" kata Glenn.

Aku benar - benar tidak tenang, tapi anehnya si boneka ular ini malah terlihat biasa saja. 

"Hahh ... mungkin mama ada urusan, jadi perginya buru - buru," ucap Glenn diiktui dengan suara pintu kamarku yang ditutup.

Aku langsung lega ketika Glenn pergi dari kamarku. Setelahnya, aku kembali bisa menikmati kenyamanan di dalam perut si boneka ular. Rasanya waktu berjalan sangat lambat di dalam perut si boneka ular. Meski nyaman, ada satu kelemahan berada di dalam sini, yaitu tidak bisa bergerak dengan bebas. Seluruh tubuhku seperti dibungkus oleh sesuatu yang sangat ketat, tetapi empuk. Waktu terus berjalan, aku masih di dalam perut boneka ularnya Fey dalam kondisi telanjang bulat. Kemudian, aku merasa kembali bergerak, dengan arah gerakan menuju ke belakang. Perlahan, bagian atas kepalaku mulai keluar dari badan si boneka ular. Kemudian, seluruh kepalaku mulai berada di luar badan si ular.

"Entah kenapa, aku berasa seperti eek-nya si ular ini deh," gumamku.

Proses keluarnya badanku dari perut si boneka ular ini lebih cepat daripada ketika aku ditelannya. Butuh sekitar 3 menit-an bagiku untuk keluar dari perut boneka ularnya Fey sebagai 'eek-nya'. Aku segera bangkit, lalu mengelus kepala si boneka ular itu.

"Nakal yaa kamu," ucapku.

Aku lalu bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandi untuk mandi pagi. Selesai mandi, aku turun ke bawa untuk membuat sarapan.

"Glenn kemana yaa?" kataku dalam hati, "apa dia sarapan di luar?"

Aku cek ruang keluarga dan ruang makan untuk mencari Glenn, keberadaannya tidak ada. Aku lalu menuju ke ke garasi, ternyata motornya sudah tidak ada. Gara - gara aku ditelan sama si boneka ular itu, Glenn pergi lebih awal untuk cari sarapan di luar. Karena Glenn tidak ada, aku akhirnya sarapan sendirian.

"Sepertinya aku harus lebih berhati - hati sama boneka ular itu," ucapku dalam hati.

Selesai makan, aku menuju ke kamar tempat dimana aku menaruh dua boneka teddy-ku. Aku datang untuk sekedar menyapa mereka.

"Halo sayang - sayangku," kataku, "nanti malam kita main yaa hihihihi."

Tiba - tiba, penis kedua boneka teddy-ku mengacung tegak. Aku terkejut sekaligus tertawa melihatnya. Sebenarnya aku mau - mau aja ngeseks dengan mereka saat ini juga, tetapi aku harus segera bersiap untuk pergi bekerja. 

"Maaf yaa. Aku mau kerja dulu. Nanti malam kita puas - puasin yaa," ujarku.

Aku kembali ke kamarku untuk ganti pakaian kerja, setelah itu aku menuju ke garasi untuk menyiapkan mobilku. Aku jadi tidak sabar menantikan malam. Semoga boneka ularnya Fey tidak menginterupsiku. Di kantor, waktu terasa berjalan begitu lama. Ingin rasanya segera kembali, lalu disodok - sodok sama dua boneka teddy kesayanganku. Ketika jam makan siang, Fey menemui dan bertanya mengenai boneka ularnya.

"Wihhh! Pagi tadi kamu udah ditelan sama dia?? Mantap!" kata Fey.

"Iyaa. Pagi - pagi udah dililit sama dia," ucapku.

"Hihihihi. Biar kutebak ... kamu pasti tidur telanjang, iya kan?" ujar Fey.

"Kok kamu tau?" kataku terkejut.

"Boneka ularku itu hanya menelan cewe yang telanjang atau cuma pake daleman doang," ucap Fey.

"Ohh, pantes aja. Kalo misal kemarin malam aku pake piyama, gak mungkin pagi tadi aku ditelan," kataku.

"Tapi kamu juga harus agak waspada. Dia bakal cari momen untuk menelanmu ketika kamu membuka bajumu, atau keluar dari kamar mandi cuma pake handuk aja," kata Fey.

"Serem juga tuh bonekamu," ucapku, "trus gimana cara nangkalnya?"

"Yaa caranya kamu harus menyediakan waktu untuk menyerahkan dirimu secara sukarela," jawab Fey, "kalo gak, yaa siap - siap aja ditelan di momen yang tak terduga."

"Hmph ... ada benernya juga sih. Mending ngatur waktu buat ditelan si ular itu, daripada ditelan di waktu yang tak terduga," ujarku. 

"Dia bakal menelanmu tiap dua hari sekali," kata Fey.

"Lahh!?" Aku terkejut saat mendengarnya. "Apa gak bisa seminggu sekali?"

"Gak bisa lah! Kan udah di-setting begitu," ucap Fey.

"Yaa kamu itu yang bikin settingan-nya!" ucapku dengan senyum kecil.

Fey tertawa kecil menanggapinya. Selesai makan siang, kita jalan - jalan sejenak di luar kantor untuk menikmati jam istirahat.

"Kapan - kapan ke apartemenku yuk," ajak Fey, "kita 'main' bareng - bareng di sana."

Aku tersenyum lebar. "Boleh! Kalo perlu main seharian hihihi."

"Bisa mati keenakan kita nanti," kata Fey seraya menepuk bahuku.

Aku dan Fey lalu tertawa lepas bersama, sampai menarik perhatian beberapa pekerja yang ada di dekat kami. 15 menit kemudian, aku dan Fey kembali ke kantor untuk lanjut bekerja. Waktu kembali terasa lambat saat aku mengerjakan segala tugas yang ada di mejaku. Ingin sekali aku segera pulang dan memanjakan diriku bersama dengan dua boneka teddy-ku. Jam 5 sore, aku segera membereskan meja kerjaku, lalu absen pulang, kemudian bergegas menuju ke tempat parkiran. Selama di dalam mobil, vaginaku terus berkedut, ingin segera disodok oleh penis besar dari kedua boneka teddy kesayanganku. Tiba di rumah, aku disambut oleh Glenn.

"Hari ini makan apa?" tanya Glenn.

"Coba mama cek kulkas dulu yaa," jawabku.

Aku berjalan menuju ke ruang makan untuk mengecek ada apa saja di dalam kulkas. Yang aku temukan adalah telur, sawi sendok, wortel, tahu dan kuah sup sayur kemarin.

"Malam ini makan seadanya aja yaa," kataku, "besok mama belanja banyak."

"Oke deh," sahut Glenn dengan ekspresi sedikit kecewa.

Dengan sisa bahan yang ada, aku membuat makan malam sederhana untuk kita berdua. Selama menikmati makan malam, aku hanya mengobrolkan hal - hal kecil dengan anak bungsuku. Selesai makan malam, aku membereskan meja makan dan mencuci piring kotor dibantu Glenn. Setelah itu, Glenn menuju ke kamarnya untuk lanjut main game dengan teman - temannya. 

"Wahhh, kesempatan nih," ucapku.

Aku segera menuju ke kamar tamu untuk menemui dua boneka teddy kesayanganku. Aku sama sekali belum mandi dan masih mengenakan pakaian kantor.

"Halo sayangku," ucapku kepada dua boneka teddy-ku yang terbaring di atas ranjang.

Aku mengunci pintu kamarku, lalu aku dekati mereka sembari melepas pakaianku satu per satu. Penis mereka mengacung tegak ketika aku sudah telanjang bulat. Mereka lalu berdiri dan duduk di pinggir ranjang. Aku langsung tau apa yang mereka mau. Aku lalu berlutut dan segera memainkan penis besar mereka. Aku kocok penis mereka dengan kedua tanganku, sekaligus aku gunakan lidahku untuk memberikan rangsangan yang lebih nikmat. Karena aku semakin sange, aku menyudahi permainan tangan dan lidahku di penis mereka, kemudian aku berdiri dan bersiap duduk di atas penisnya si teddy coklat.

"Habis ini yaa," kataku kepada si teddy putih.

Aku arahkan penisnya si teddy coklat ke bibir vaginaku, kemudian aku turunkan pinggulku. Penisnya perlahan menyeruak masuk ke dalam vaginaku yang sempit. 

"Ahhhhhh ...." Aku mendesah panjang ketika penis dari si teddy coklat masuk seutuhnya ke dalam vaginaku.

Aku diamkan sejenak untuk merasakan kedutan - kedutan nikmat yang terjadi di dalam vaginaku. Aku perlahan menaik-turunkan pinggulku, agar bisa menikmati penisnya si teddy coklat dengan cara yang santai. Setelah itu, aku gerakkan dengan tempo cepat, hingga menghasilkan suara plok plok plok. Tiba - tiba, aku mendengar suara dari anakku.

"Mama ke mana sih! Masak di kamarnya gak ada lagi."

Seketika rasa takut menyelimutiku, sampai membuatku menghentikan gerakan naik-turunku. Jantungku berdegup cepat. Aku sangat takut kalau sampai dipergoki oleh Glenn.

"Hmmm ... kira - kira ke mana yaa? Apa dia di kamarnya kakak - kakakku?" Sepertinya Glenn berada tepat di depan pintu kamar tamu.

Entah kenapa, bukannya segera melepas penisnya si teddy coklat dari vaginaku, aku terdiam mematung sambil melirik ke arah pintu. Entah setan mana yang merasuki diriku, aku justru mulai menggoyang pantatku secara perlahan, tentunya diiringi dengan jantungku yang berdebar - debar takut ketahuan. Tiba - tiba, pintu kamar tamu diketuk oleh Glenn.

"Mama di dalam??" seru Glenn. "Lhoo?? Kok pintunya dikunci??"

"Aduhh ... gimana ini?? Udah pasti ketahuan ini," kataku dalam hati.

"Mama di dalam yaa? Lagi ngapain? Kok dikunci pintunya?" kata Glenn.

"Iyaa! Mama di sini!" seruku, "ada perlu apa yaa?" tanyaku kemudian sambil lanjut menggoyang pinggulku dengan lemah lembut.

"Mama liat buku matematika-ku gak?" tanya Glenn.

"Mama gak tau!" jawabku, "lhaa kamu taruh mana?"

"Meja tamu," jawab Glenn. "kok kayaknya lebih baik aku masuk aja. Ngobrol dibatesin pintu gini, rasanya aneh," ucapnya kemudian sambil mencoba membuka pintu kamar tamu.

"Aduh, ma-maaf. Mama lagi beres - beres tadi, dan secara reflek pintunya aku kunci," ujarku dengan rasa takut.

"Kok yaa pake dikunci segala sih!" kata Glenn. "Perlu aku bantuin gak?"

"Ndak usah. U-udah mau selesai ini," jawabku.

Entah kenapa, aku malah semakin terangsang di tengah kondisi yang gawat ini. Bahkan aku sampai tidak sadar kalau aku mulai mempercepat goyanganku.

Glenn menghela nafasnya. "Ya udah deh, aku balik ke kamarku."

Setelah aku merasa Glenn telah menjauh, aku menggoyang pinggulku dengan tempo cepat. 3 menit kemudian, aku berpindah ke penisnya si teddy putih dan aku genjot dengan tempo cepat juga. Aku mendesah dengan binalnya menikmati penisnya si teddy putih yang menyodok - nyodok vaginaku. Beberapa menit kemudian, aku mencapai orgasme pertamaku. Vaginaku menyemburkan cairan dalam jumlah banyak, hingga membanjiri area selangkangannya si teddy putih. Si teddy putih memelukku lalu dia merebahkan dirinya ke atas kasur. Si teddy putih lalu melempar badanku ke samping, hingga membuatku sedikit berguling ke samping. S teddy coklat lalu menghampiriku, memposisikan diriku tengkurap, kemudian menarik pinggulku hingga sedikit menungging. Si teddy coklat lalu menyorongkan penisnya ke dalam vaginaku yang basah kuyup.

"Ahhhhh ...," desahku dengan mendongak ke atas.

Si teddy coklat mulai menyodok - nyodok diriku dengan kasar, membuat tubuhku berguncang hebat. Si teddy putih kemudian berjalan ke depan, lalu dia menjambakku, mengarahkan mulutku ke penisnya yang basah kuyup akibat cairan cinta dari vaginaku. Aku dengan senang hati membuka mulutku, dan membiarkan penisnya masuk ke dalam mulut mungilku. Sekarang aku sedang disodok dari depan dan belakang. Penis mereka berdua keluar-masuk secara berirama di dalam vagina dan mulutku. Beberapa menit kemudian, posisiku kembali diubah menjadi WOT, dimana aku berada di atasnya si teddy coklat, dan si teddy putih di belakangku, menyodok lubang anusku. Mereka bergantian menyodok vagina dan pantatku hingga aku orgasme 3 kali. Aku benar - benar puas dengan pelayanan mereka, sampai membuatku susah untuk berdiri. Besoknya, aku kembali bekerja seperti biasanya, dan pulang ke rumah pukul 6 sore. Di tengah perjalanan, aku menerima pesan dari Glenn yang mengatakan kalau dia akan pulang malam karena ada acara kumpul sama teman. Aku meminta Glenn untuk hati - hati dan jaga diri. Setibanya di kamarku, aku melihat boneka ularnya Fey tengah asik tiduran di atas kasurku. Aku hanya tersenyum menatapnya. Aku mulai melepas pakaian kerjaku, karena aku ingin mandi. Ketika di tubuhku hanya tersisa BH dan CD saja, si boneka ular itu melompat dan dengan cepat melilit badanku.

"Ehhhh!?" Aku terkejut dengan apa yang dilakukan oleh bonekanya Fey itu.

Aku jadi teringat dengan apa yang dikatakan oleh Fey. Si boneka ular itu sudah pasti sedang kelaparan, dan karena aku sedang melepas pakaianku, dia menggunakan kesempatan itu untuk mencoba menelanku lagi.

"Nanti aja yaa. Aku mau mandi dulu," pintaku sambil agak meronta.

Tapi si boneka ular hijau ini tidak mendengarkanku dan pada akhirnya aku berakhir di dalam perutnya lagi, dan kali ini aku ditelan saat aku cuma mengenakan pakaian dalam. Aku merasa sedikit kurang nyaman di dalam perut si boneka ularnya, karena bau keringatku tercium cukup kuat di dalam sini. Badan rasanya gerah, ingin sekali aku segera mengguyur badanku dengan shower. Sayangnya aku baru bisa mandi satu jam kemudian, gara - gara si boneka ular ini. Setelah menunggu lama, aku akhirnya keluar dari perut si boneka ular sebagai eek-nya.

"Akhirnya keluar juga," kataku sembari bangkit berdiri dan berjalan menuju ke kamar mandi.

Hari ini aku sama sekali gak melakukan esek - esek dengan dua boneka teddy-ku, karena badanku terasa sangat letih. Tak terasa sudah 5 hari lamanya si boneka ularnya Fey tinggal di rumahku. 2 hari lagi aku harus mengembalikannya kepada pemiliknya. Sebelum hari itu tiba, aku ingin memberikan salam perpisahan kepada si boneka ular hijau itu. Aku mendekatinya dan berbisik kepadanya, "Habis ini kamu boleh menelanku, tapi tunggu sebentar yaa."

Aku segera bergegas masuk ke dalam kamar mandi, kemudian aku mengguyur badanku dengan air, dilanjutkan dengan menyabuni badanku, biar wangi hihihi. Selesai mandi, aku keluar tanpa mengenakan apapun alias telanjang. Aku lalu berlutut di depan si boneka ular dengan senyum mengembang.

"Yuk, sini telan aku. Badanku masih segar dan wangi nih," kataku.

Si boneka ular itu perlahan mulai melilit badanku, lalu dia posisikan diriku telentang. Si boneka ular itu perlahan menelan tubuh telanjangku yang bersih dan wangi. Dalam hitungan 5 menit, aku kembali berada di dalam perut si boneka ular. Kali ini aku menjadi sangat betah, karena bau sabun yang aku pakai tadi menyebar di dalam perut boneka ularnya Fey. 1 jam kemudian, aku keluar dari perut si boneka ular ini. Aku lalu mencium hidungnya dan tersenyum menatapnya. Setelah itu, aku berjalan keluar dari kamarku, menuju ke kamar tamu untuk 'main' dengan dua boneka teddy kesayanganku. Aku masuk ke dalam kamar tamu, kemudian menguncinya, lalu aku segera menerkam kedua boneka teddy-ku. Aku kemudian digenjot dengan berbagai gaya oleh dua boneka kesayanganku itu. Mulut, vagina dan lubang pantatku tidak luput dari sodokan penis mereka. Aku terbaring lemas di atas ranjang setelah digarap oleh kedua teddy-ku selama 30 menit. Sprei di kasur tamu basah dan kusut akibat permainan panas yang kami lakukan tadi. Aku sedikit kesulitan beranjak berdiri, karena kakiku masih gemetar akibat digenjot habis - habisan oleh dua boneka teddy-ku. Aku berjalan menuju ke dapur sambil berpegangan di pegangan tangga. Dengan susah payah, aku akhirnya bisa sampai ke dapur. Kubuka kulkas, lalu aku raih botol minumku, kemudian aku telan air dingin di dalam botolku dalam jumlah besar.

"Segarnya ...," kataku dengan senyum lega.

Badanku terasa segar kembali setelah minum air dingin. Tiba - tiba, aku mendengar suara seseorang yang turun dari tangga. 

"Aduh ... itu Glenn." Seketika kepanikan menjalar di seluruh tubuh telanjangku.

Aku secara reflek menutupi dada dan selangkanganku, kemudian berlari menuju ke halaman belakang melalui pintu transparan di dekat dapur. Aku bersembunyi di balik dinding rumah.

"Hmph?? Perasaan aku denger sesuatu tadi." Terdengar suaranya Glenn.

"Semoga dia gak ke sini," kataku dalam hati.

Kemudian aku mendengar pintu dekat dapur terbuka. Aku mengintip sedikit dan kulihat Glenn sedang celingak - celinguk. Jantungku berdegup semakin cepat, keringat mulai mengucur dari leherku.

"Hmmm ... mungkin angin," ujar Glenn, menutup pintu transparan tersebut.

"Aduh!!" Kedua kakiku seketika lemas ketika mendapati Glenn secara reflek mengunci pintu transparan dekat dapur. "Gimana caranya aku masuk rumah coba."

Aku lalu teringat kalau ada jalan kecil di sudut kanan rumah, yang terhubung ke halaman depan. Aku berjalan ke sana untuk mencari jalan masuk menuju ke dalam rumah.

"Semoga ada jendela yang terbuka," kataku dalam hati.

Aku cek jendela - jendela yang ada di depanku, dan ternyata cuma jendela di kamarnya Glenn yang terbuka. Aku pasti sangat gila kalau mencoba memanggil Glenn dari sini. Dia bakal terkejut dengan mulut terbuka kalau sampai melihat mamanya di luar tanpa busana. Aku kemudian menuju ke halaman depan, berharap ada jendela atau apa pun yang bisa membuatku masuk ke dalam rumah. 

"Aduh ... semuanya kekunci," ucapku dalam hati, "masak aku harus tidur di luar semalaman. Gak pake apa - apa lagi."

Di tengah suhu udara yang cukup dingin, aku mendapatkan sebuah ide yang sangat beresiko. Aku akan menekan bel rumah yang berada di dekat pintu gerbang, lalu aku akan melesat masuk ke dalam rumah ketika Glenn keluar untuk mengecek luar. Aku menekan bel rumah, kemudian bersembunyi di jalur yang terhubung ke halaman belakang. Cukup lama aku menunggu, belum terlihat ada yang keluar dari balik pintu utama.

"Kok Glenn belum turun yaa," kataku dalam hati.

Setelah menunggu selama 5 menit, aku-yang mulai kedinginan-kembali menekan bel rumah, berharap Glenn turun untuk mengecek bawah. Aku kembali menunggu di tempat yang sebelumnya.

"Semoga dia turun," gumamku, memeluk tubuh telanjangku yang agak kedinginan.

Setelah menunggu se-menit, aku melihat pintu depan terbuka.

"Siapa sih??" gerutu Glenn, "ganggu kegiatan malemku aja––mama kok yaa diem aja, gak turun! Apa dia udah tidur yaa?" Glenn masih berdiri di depan pintu.

"Mamamu lagi terjebak di luar, tanpa busana," kataku dalam hati. "Ayo, cepetan ke depan gerbang, mama udah gak betah telanjang di luar."

Glenn lalu melangkah menuju ke pintu gerbang. Ketika jaraknya dari pintu utama udah cukup jauh, aku berlari sangat cepat menuju ke pintu depan, dan segera menuju ke kamarku. Aku merasa lega ketika tiba di kamarku.

"Syukurlah bisa masuk ke dalam rumah," kataku, bersandar di pintu kamarku.

Aku lalu mengambil jubah tidurku, untuk menutupi tubuh seksiku, kemudian aku turun ke bawah untuk menghampiri Glenn.

"Kenapa Glenn?" tanyaku, pura - pura tidak tahu.

"Ada orang iseng mainin bel rumah kita!" jawab Glenn dengan raut wajah kesal, "mama gak denger yaa tadi bel rumah kita dipencet dua kali?"

"Yang terakhir denger, tapi mama tadi agak mager pas mau ngecek hihihi," jawabku, agak salah tingkah.

"Dah lahh, aku mau balik ke kamar," kata Glenn, berlalu meninggalkanku.

Aku lalu melangkah kembali ke kamarku untuk tidur. Aku benar - benar beruntung tidak berakhir tidur di luar sambil telanjang ria. Besoknya, aku pergi ke apartemennya Fey untuk mengembalikan boneka ularnya. Jantungku berdegup dengan cepat, penasaran sambutan seperti apa yang sedang dipersiapkan oleh Fey.

Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar