Aku dan mama pindah ke lingkungan baru karena keperluan kerja papaku. Rumah kami yang sebelumnya sangat jauh dari tempat kerjanya papa. Lingkungan baru ini sedikit lebih ramai penduduknya dibandingkan dengan lingkungan di rumah lama kami. Ada cukup banyak anak muda di sini, dan mereka rata - rata masih SMA. Menjelang sore, aku melihat ada 4 anak cewe SMA yang berjalan bersama menuju ke rumah yang ada di samping kanan rumahku. Kalau kuperhatikan, 4 cewe SMA tersebut seperti sekumpulan anak nakal atau berandalan. Seragam atas mereka tidak dimasukkan ke dalam rok, tidak mengenakan kaus kaki, rambut agak acak - acakan, dan ekspresi wajah mereka yang tengil. Semoga mereka gak bikin ulah di sini. Hari berikutnya, aku melihat 4 anak cewe berandalan itu berangkat ke sekolah. Aku geleng - geleng saat melihat seragam mereka yang acak - acakan.
"Mereka mau sekolah atau mau nongkrong di pinggir jalan," kataku dalam hati.
Aku lalu kembali ke rumah untuk lanjut menyiapkan segala hal yang kuperlukan untuk masuk universitas. 2 bulan lagi, aku akan resmi menjadi seorang mahasiswa. Kakakku mengatakan kalau kehidupan kampus penuh dengan tantangan, dan aku menjadi tidak sabar untuk segera merasakannya sendiri.
"Kamu sibuk gak?" Mama tiba - tiba berdiri di depan pintu kamarku yang terbuka.
"Kenapa?" tanyaku.
"Temenin mama ke supermarket yaa," ucap mama.
"Yaa," sahutku, sedikit ogah - ogahan.
Aku paling malas kalo suruh menemani mama belanja, karena mamaku selalu suka berlama - lama di supermarket. Kita berangkat ke supermarket sekitar jam 10, dan selesai belanja sekitar jam 1 siang. Rasanya lelah menemani mamaku belanja. Saat kita mendekati rumah, aku melihat 4 anak cewe berandalan sedang duduk - duduk di depan rumah mereka. Mama sepertinya juga melihat 4 anak cewe tersebut.
"Mereka tetangga kita yaa?" tanya mama.
Aku melirik mamaku yang ada di samping kiriku. "Iya."
"Kamu udah kenalan sama mereka?" tanya mama.
Aku memberhentikan mobil di depan pintu pagar rumah, lalu aku tarik tuas rem tangan. "Belum."
Mama melirik ke arah belakang, menatap ke arah 4 anak cewe yang memakai seragam secara asal - asalan.
"Ndak usah diliatin anak - anak nakal kayak mereka," ucapku.
"Kok kamu tau mereka anak nakal?" tanya mama.
"Liat aja cara mereka berpakaian," jawabku.
Aku lalu turun dari mobil, kemudian aku bawa masuk barang belanjaannya mama. Di dalam rumah, mama melanjutkan obrolan kami di dalam mobil tadi.
"Kamu gak bisa menilai mereka nakal dengan hanya melihat gaya berpakaian mereka," kata mama.
"Kalo anak baik - baik, gak mungkin pake seragam acak - acakan gitu," ucapku, menyanggah pernyataannya mama.
"Kalo gitu, mama coba buktiin yaa," kata mama, "ini mama temui mereka sekarang yaa."
"Ngapain nemui mereka?" ujarku, tidak setuju dengan idenya.
"Gak apa - apa lahh ... itung - itung kenalan sama tetangga kita," kata mama.
Aku geleng - geleng kepala ketika melihat mama berjalan menuju ke luar rumah. Mamaku memang suka bergaul dengan orang baru, berbeda dengan diriku yang tidak terlalu suka bersosialisasi. Aku lalu kembali ke kamar untuk mengistirahatkan badanku sejenak. 30 menit kemudian, aku beranjak dari kasur dan menuju ke dapur untuk mengisi ulang botol minumku. Aku lalu menyadari kalau mama masih belum ada di rumah.
"Jangan bilang dia masih ngobrol dengan 4 cewe itu," kataku dalam hati.
Beberapa detik kemudian, aku mendengar suara pintu pagar dibuka. Aku lihat mama datang dengan wajah ceria.
"Mereka gak nakal lhoo, malah seru banget ngobrol sama anak - anak itu," ujar mama.
"Masak? Gak yakin aku," kataku, "paling cuma gimmick."
"Enggak lah! Keliatan banget mereka gak pura - pura pas mama ajak ngobrol," balas mama.
"Kalo mama cocok, yaa bagus lahh," ujarku, "tapi aku tetap gak mau gaul sama mereka."
Mama tersenyum sambil geleng - geleng. Hari berikutnya, aku melihat mama kembali menemui ke-4 cewe berpakaian asal - asalan yang sedang ngerumpi di samping rumah kami. Kulihat mereka menyambut mama dengan ceria. Setelahnya, salah satu dari grup 4 cewe itu mengajak mama untuk masuk ke dalam rumah yang ada di samping kiri rumah kita. Mama mengangguk dan ikut masuk ke dalam bersama dengan 4 cewe itu.
"Ngapain coba mama mau - maunya diajak masuk ke rumah mereka," kataku geleng - geleng kepala, "aku yakin rumah mereka pasti kayak kapal pecah."
Aku kembali masuk ke dalam rumah untuk lanjut mengerjakan hal yang lain. 2 jam berlalu, aku baru menyadari kalau mamaku belum balik dari rumah mereka.
"Kok lama amat mama dolan di tempat mereka!" kataku dengan sebal.
Beberapa menit kemudian, mama datang dengan wajah senang.
"Mama kok lama amat dolan ke rumah mereka!" kataku dengan nada kesal.
"Seru banget ngobrol sama mereka," ucap mama, "asik lhoo anak - anak itu."
"Jangan sering ketemu sama mereka, nanti ketularan sikap jelek mereka," ujarku tegas.
"Sapa bilang sikap mereka jelek," kata mama menepuk pelan lenganku, "meski mereka pake seragam asal - asalan gitu, tapi mereka tau lhoo cara meladeni mama."
Aku sekali lagi hanya bisa geleng - geleng kepala. Hari - hari berikutnya, mama selalu berkunjung ke rumah mereka untuk sekedar ngobrol dan bersenda gurau. Pernah suatu saat aku iseng mengintip apa yang mama dan 4 anak cewe berandalan itu lakukan di dalam rumah mereka, dan kulihat mama dan 4 anak cewe itu sedang asik mengobrol sambil tertawa. Aku tidak mendengar dengan jelas apa yang mereka obrolkan, tapi sepertinya obrolan mereka sangatlah seru. Aku juga merasa agak gimana gitu ketika melihat mamaku diapit oleh 4 cewe berandalan itu, dimana mama berada di tengah, dan di sisi kiri dan kanannya masing - masing 2 cewe. Terlihat kontras sekali melihat mamaku yang putih (Chinese) berada di antara cewe - cewe berkulit sawo matang. Hari Sabtu, mama memintaku untuk jaga rumah sore nanti.
"Mau ke mana?" tanyaku.
"Mau jalan - jalan sama Amy, Mita, Siska dan Nita," jawab mama.
"Siapa lagi mereka!" kataku dengan agak kesal.
"Yaa itu, 4 anak cewe yang kamu sebut berandalan itu," ujar mama.
"Haaahhhh!?" Aku bangkit dari rebahanku. "Mama mau jalan - jalan sama mereka??? Mama serius??"
"Serius lah," ucap mama santai.
"Mau ke mana? Mau ngapain aja? Dan sampe jam berapa?" tanyaku penuh selidik
"Kita cuma mau jalan - jalan ke mall sama makan malam di kafe yang lagi grand opening," jawab mama.
Aku tidak terlalu senang saat mendengar mama mau jalan - jalan dengan cewe - cewe gak jelas itu. Ngapain coba malming sama berandalan kayak gitu.
"Santai aja, HP-nya mama nyala terus kok, jadi kamu bisa nelpon mama," kata mama, mencoba menurunkan ketegangan yang ada di dalam diriku. Menjelang jam 5 sore, kulihat mama keluar dari kamar mengenakan kaos merah yang agak ketat dan celana jeans hotpants.
"Gimana? Mama kayak cewe SMA, kan?" tanya mama dengan senyum centil.
"Iya," jawabku, menoleh ke arah lain.
Meski mamaku telah berumur 41 tahun, tapi dia memiliki tubuh yang bagus, dengan wajahnya yang cantik awet muda. Semua itu berkat olahraga yang teratur dan perawatan tubuh maksimal. Mama kemudian pamit keluar untuk menemui 4 anak cewe itu. Aku iseng - iseng mengikuti dari belakang, dan kulihat sebuah mobil MPV hitam sudah berada di depan rumah kita. Mama segera masuk ke dalamnya dan mobil itu melaju pergi menjauh dari padaku.
"Entah kenapa ... perasaanku tidak enak," ucapku lirih.
Mendekati jam 9 malam, mama juga belum pulang. Aku lalu mencoba untuk menelponnya.
"Kok gak diangkat!" gerutuku.
Dua kali aku menelpon mama, dan dia sama sekali tidak menjawab panggilanku.
"Bilangnya bisa ditelpon!" seruku dengan nada tinggi, "kenyataannya gak diangkat!"
Aku malah jadi agak khawatir, apa jangan - jangan terjadi sesuatu? Atau mungkin karena sedang asik ngobrol, sampe gak denger HP-nya bunyi?
"Dasar mama! Bikin anaknya khawatir aja!" gerutuku.
Mendekati jam 10 malam, HP-ku berdering. Saat aku cek, ternyata mama yang menelpon.
"Mama ngapain aja! Kok ditelpon 2x gak diangkat!" seruku.
"Maaf, tadi mama keasikan main sama temen - temen barunya mama," kata mama dengan santai.
Aku bisa mendengar suara cekikikan samar dari HP-ku, sepertinya itu suara dari 4 anak cewe berandalan itu.
"Main apaan?" tanyaku penasaran.
"Maiiinn ...." Mama terdiam sesaat, membuatku jadi curiga. "Itu, namanya apa sih ... ohh yaa, dance yang ada di mall - mall itu," kata mama dengan nada ceria.
"Masak gitu aja gak tau," kataku.
"Mama lupa hihihihi," ucap mama. "Ohh yaa, mama pulangnya besok pagi yaa."
"Hahhhh!?" Aku sangat terkejut ketika mendengarnya. "Mau ngapain????"
"Mau ngerumpi sampe larut malem lah, hihihihi," jawab mama dengan tawa kecil. "Udah dulu yaa, mama mau lanjut main, ehh ... ngerumpi hihihi."
Mama menutup panggilan, meninggalkanku dalam kondisi bingung. Pikiranku campur aduk, bingung, dan resah. Kenapa coba mamaku bisa - bisanya menghabiskan waktu malam bersama dengan anak - anak gak jelas itu? Semalaman aku hampir gak bisa tidur gara - gara memikirkan apa yang dilakukan mama dengan 4 anak cewe berandalan itu. Esok paginya, aku terbangun dengan bagian bawah mata yang agak menghitam, karena gak bisa tidur sama sekali. Aku menuju ke dapur dengan terhuyung - huyung. Dari arah luar, aku mendengar suara pintu pagar dibuka. Mama masuk ke dalam rumah dengan wajah ceria.
"Aku pulang," ucapnya.
Aku menatap mama dengan wajah seram. "Mama ini ngapain aja! Katanya pulang malam! Kok malah pulang besoknya!"
"Hehehe, maaf yaa," ucap mama, "habisnya mereka ngajakin main dan ngobrol sampe larut malam."
"Trus Mama nginep mana?" cecarku.
"Di hotel," jawab mama singkat.
"Hotel biasa atau yang berbintang?" cecarku lagi.
"Hotel bintang 3, hihihi," jawab mama. Dari gesturnya, sepertinya dia tidak berbohong. "Udah yaa, mama mau mandi dulu."
Mama pergi meninggalkanku begitu saja. Aku kembali geleng - geleng menatapnya. Siangnya, aku pamit kepada mama untuk pergi ketemuan sama teman. Sejujurnya aku merasa gelisah meninggalkan mama sendiri di rumah, karena aku yakin mama pasti akan mengunjungi 4 anak cewe nakal itu. Selama kumpul bersama teman - temanku, pikiranku terbang ke mana - mana. Aku jadi sulit untuk fokus mengobrol dengan teman - temanku. 1 jam berlalu, aku tancap gas kembali ke rumah untuk mengecek mamaku. Sesampainya di rumah, aku tidak mendapati keberadaannya mama.
"Pasti berkunjung ke tetangga," gumamku dengan ekspresi kesal.
Aku lalu keluar dari rumah dan menengok ke rumah tetangga. Aku tidak mendengar suara apa pun ketika mencoba menguping dari balik pagar rumah tetangga.
"Masak mereka pergi lagi!" Aku menatap rumah tetanggaku dengan kesal.
Aku lalu masuk kembali ke rumah dan membanting tubuhku ke atas kasur. Ke mana coba dia sekarang? Di satu sisi aku kesal karena mama bergaul dengan 4 remaja cewe yang gak jelas. Di sisi lain, aku khawatir kalau mama sampai terbawa arus ikut - ikutan perilaku yang aneh - aneh. Tidak berselang lama kemudian, aku mendengar suara pintu pagar dibuka. Aku segera beranjak dan turun ke bawah untuk menyambut mamaku yang sepertinya mulai nakal.
"Mama ke mana aja tadi??" tanyaku, berkacak pinggang.
"Ke rumah tetangga hihihi," jawab mama cengengesan.
"Hah!? Serius?" cecarku. "Kok pas aku lewat situ, gak ada suara sama sekali?"
"Kita ngobrol dan seru - seruan di kamar," jawab mama.
"Seru - seruan?" Aku menatap mama dengan bingung.
"Maksudnya kita main dan tebak - tebakan cowo ganteng di sosmed hihihi," jelas mama.
"Astaga! Permainan macam apa itu!" Aku menepuk dahiku cukup keras. "Ohh yaa, aku baru sadar. Kenapa mama berkunjung ke rumah tetangga pake tanktop dan hotpants?" Aku baru sadar kalau mama mengenakan pakaian yang tergolong minim.
"Habisnya hari ini rasanya gerah banget," kata mama dengan santai.
"Tapi jangan pakai yang terlalu minim gitu lah!" ketusku.
"Kan gak masalah kalo sama cewe," kata mama, membenarkan cara berpakaiannya.
Kalo kupikir - pikir, ada benarnya juga. Mama ngumpulnya sama cewe - cewe gak jelas itu, dan aku yakin mereka pake pakaian minim juga. Kalo sama cowo, mungkin aku berhak marah.
"Yaa udah deh," kataku, berlalu dengan lesu.
Mama hanya tertawa kecil, lalu dia naik ke lantai 2 menuju ke kamarnya. Aku kembali merebahkan diri dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya aku senang - senang aja mama punya teman ngobrol, tetapi aku gak mau kalau teman ngobrolnya remaja cewe yang penampilannya kayak berandalan. Hari berikutnya, mama kembali berkunjung ke tetangga. Aku iseng mengintip, dan kulihat 4 cewe tersebut baru pulang sekolah. Para remaja cewe itu menggandeng mama dan membawanya masuk ke dalam rumah mereka. Setelah mereka benar - benar sudah masuk, aku iseng mencoba mengintip dari jendela depan rumah mereka. Aku sempat melihat mama dan 4 cewe itu masuk ke dalam kamar.
"Aduh, kalau ini agak riskan misal aku intip," kataku dalam hati.
Aku bingung apakah harus aku intip atau tidak. Aku takut kalau dipergoki oleh orang, bisa - bisa aku bakal digebukin disangka ngintip cewe tetangga. Setelah berpikir 4 kali, kuputuskan untuk mencoba mengintip dengan sangat hati - hati. Sayangnya, jendela kamar mereka dalam kondisi tertutup. Aku coba dekatkan telingaku, dan beruntungnya aku bisa mendengar suara cekikikan dari mama dan 4 cewe itu.
"Kalian berbalik sana, aku mau ganti baju!"
"Halah, ngapain malu. Kan kita cewe semua di sini."
"Nah bener itu." Kali ini aku mendengar suaranya mama.
Kemudian, aku mendengar suara cekikikan diikuti dengan suara jeritan kecil.
"Ayo lepas seragamnya!"
"Ehhh!! Nakal yaa kalian, hihihi."
"Astaga! Kamu pake BH kayak gini di sekolah?"
"Yaa ampun, bukankah itu lingerie?" Suaranya mama kembali terdengar.
"Nakal banget yaa temen kita ini."
Aku seketika agak ngaceng saat mendengarnya. Ternyata mereka memang anak - anak nakal. Masak ke sekolah pake lingerie.
"Yuk kita lepas rok-nya sekalian. Pasti dia pake CD seksi."
"Yukk!!"
"Kyaaaa!"
"Nah, bener kan ... dia juga pake CD lingerie."
"Gila ... ke sekolah pake CD model thong. Binal banget sih kamu."
"Hayoo, kamu mau godain siapa nih?" tanya mama.
"Aku cuma penasaran gimana rasanya pake daleman seksi."
"Yakali nyobanya di sekolah!"
"Jangan - jangan kalian diam - diam pake pakaian dalam seksi juga?" kata mama.
"Ehh .. enggak yaa Ci."
"Nih aku buktiin."
"Ehh!? Kok kamu malah lepas seragam??"
"Nih, aku cuma pake daleman biasa."
"Yaa udah deh, aku ikutan lepas seragam."
Aku hanya bisa terdiam dengan wajah datar. Aku tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Kok bisa yaa mamaku betah sama cewe - cewe aneh dan mesum kayak mereka.
"Astaga ... kalian kok malah lepas seragam semua??" ucap mama.
"Buat buktiin kalo cuma Mita yang pake lingerie."
"Ehh Ci, mau sekalian gak?"
"Sekalian apa?" tanya mama.
"Buka baju hihihihi."
"Tiba - tiba aku jadi pengen liat dalemannya Ci Tasya."
"Ehh!?" Sepertinya mama terkejut.
"Ayo buka Ci! Atau kita yang bukain nih?"
"Dasar kalian ini!"
"Ayolah ... lagian kita udah pernah telanjang bareng lhoo."
Seketika aku terdiam membeku. "Telanjang bareng?? Yang barusan aku dengar itu beneran atau sekedar hembusan angin?"
"Kalo itu beda hihihihi," kata mama.
"Sama aja lahh--kan sama - sama bugil."
"Iya bener. Tapi itu karena kita gak bawa pakaian ganti," timpal mama.
Penisku semakin keras ketika mendengar apa yang diucapkan oleh mamaku. Imajinasi liar langsung masuk ke dalam kepalaku--membayangkan 5 cewe tidur bareng tanpa busana.
"Ayolah Ci, kita udah setengah telanjang lhoo."
"Hadehh ... kalian ini," kata mama, "oke deh."
Mataku terbelalak saat mendengarnya. Saat ini, dibalik tembok yang ada di sampingku, mama sedang membuka pakaiannya.
"Wihhh ... seksi juga dalemannya Cici."
"Aku jadi gak yakin kalo Ci Tasya udah kepala 4."
"Iya lhooo. Body-nya gak kalah sama kita para gadis."
"Kalian berlebihan deh," ucap mama.
Aku memutuskan untuk pergi setelah tidak tahan dengan pikiran - pikiran liar yang terus menyelimuti otakku. Kalo di situ terus, bisa - bisa aku coli nanti. Setibanya di kamarku, aku merebahkan diriku, kemudian aku keluarkan penisku, lalu aku kocok secara perlahan sambil mengingat - ingat obrolan dari mama dan 4 cewe berandalan itu.
"Ouhhh ... kenapa mama mau - maunya buka baju di depan bocah - bocah yang bahkan lebih muda dari aku?" racauku.
Aku mengocok batangku selama 5 menit, kemudian aku semburkan maniku ke tisu yang ada di sampingku. Setelahnya, aku sedikit menyesal kenapa coli membayangkan mama dan 4 cewe nakal itu. Sekitar 40 menit kemudian, terdengar suara pintu pagar rumah dibuka. Sudah jelas itu mamaku yang pulang dari rumah tetangga. Kemudian, aku mendengar suara pintu kamarku diketuk. Dengan rasa malas, aku beranjak dari kasur dan membuka pintu kamarku.
"Kamu sudah makan belum?" tanya mama.
"Belum," jawabku, "aku lagi gak nafsu makan."
"Yahh, jangan dong," kata mama, "kamu harus tetap makan, kalo gak nanti kamu sakit lhoo."
"Iya deh," kataku, mengalah dengan agak berat hati. "Makan rumah apa luar?"
"Makan luar yuk," ajak mama.
"Oke deh," sahutku ogah - ogahan.
Siang hari ini, aku dan mama makan siang di sebuah rumah makan chinese food. Setelahnya, kita kembali pulang. Aku lebih banyak diam, karena pikiranku dipenuhi dengan hal - hal mesum. Aku sepertinya sudah gila membayangkan apa yang ada dibalik pakaiannya mama.
***
Pada hari Jumat, mama mengatakan kalau besoknya dia akan jalan - jalan sama 4 cewe tetangga.
"Hahh!? Lagi??" ucapku kaget.
"Mereka ngajakin mama malmingan lagi," kata mama.
"Daripada sama mereka, kenapa gak sama temen - temen sebayanya mama?" tanyaku.
"Mereka kebanyakan pada sibuk," jawab mama, "yaa udah deh, mama menerima ajakan dari tetangga kita yang seru."
Aku menghela nafasku sejenak. "Yaa sudah."
"Pake acara nginep gak?" tanyaku kemudian.
"Kayaknya sih iya," jawab mama.
"Kok pake 'kayaknya'!" ujarku agak kesal.
"Mereka juga belum pasti," kata mama dengan santainya.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku, dan kembali lanjut membaca cerita di komputerku. Hari Sabtu akhirnya tiba. Mama berencana pergi sekitar jam 3 siang. Mama juga mengatakan kalau bakal ada acara menginap, dan pulang di Minggu pagi. Aku sangat yakin pasti bakal terjadi sesuatu yang berbau mesum. Tanpa terasa, waktu mulai mendekati jam 3 siang. Aku lihat mama mengenakan kaos hitam ketat dan celana jeans panjang.
"Mama pergi dulu yaa," ucap mama dengan wajah ceria.
Aku jadi penasaran, acara dolan macam apa yang akan terjadi. Malamnya, aku kesulitan untuk tidur karena kepikiran tentang apa yang sedang dilakukan mama dengan 4 cewe nakal itu.
"Apa mereka saat ini sedang mengobrolkan hal mesum? Atau mungkin mereka sedang bugil bareng?" pikirku.
Karena terus dibayang - bayangi pikiran mesum, aku putuskan untuk menonton film biru kiriman dari temanku di HP-ku. Menonton film biru dari temanku juga tidak efektif menghilangkan bayang - bayang mesum mengenai tubuh setengah telanjang mama dan 4 remaja cewe itu.
"Sepertinya aku sudah jadi gila," gumamku, "bayangin mamaku sendiri cuma pake BH dan CD pas lagi ngebokep."
Entah kenapa, aku ingin kembali menguping rumah tetangga kalau misal mama berkunjung lagi ke sana. Besoknya, mama tiba di rumah pada pukul 10 pagi. Raut wajahnya terlihat bahagia.
"Dolan ke mana aja?" tanyaku.
"Sampe ke luar kota, hihihi," jawab mama.
"Hahh!? Ngapain aja?" tanyaku penasaran.
"Jalan - jalan dan nginep," jawab mama. "Udah yaa, mama mau mandi dulu."
Tiba - tiba, ide mesum muncul di dalam otakku, yaitu mengintip mamaku buka baju. Aku penasaran banget pakaian dalam apa yang dikenakan mama kemarin. Aku perlahan mengikuti mama dari belakang, lalu mama menuju ke kamarnya dan menutup pintunya.
"Aduh, gimana yaa ngintipnya?" pikirku, "kalo aku buka ... bakal ketahuan."
Mengintip mama jelas misi mustahil. Kelihatan banget kalo pintu kamarnya tiba - tiba terbuka secara misterius. Bisa digampar aku kalo sampe ketahuan ngintip. Akhirnya aku mengurungkan niatku, dan kembali ke kamar. Sore harinya, mama kembali ijin kepadaku kalau dia mau berkunjung ke tetangga.
"Wahh, kesempatan bagus nih," kataku dalam hati.
Setelah agak jauh, aku membuntuti mama yang menuju ke rumah 4 cewe itu. Aku melihat salah satu dari cewe remaja itu menyambut mama dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Aku masuk melalui jalur yang sama, lalu aku menuju ke samping rumah mereka. Aku kembali ke tempat di mana aku menguping sebelumnya. Aku mendapati jendela sedang terbuka, jadi aku bisa menyibakkan kordennya. Saat aku sibak korden jendelanya, aku melihat 4 cewe nakal itu sudah duduk - duduk di kasur bersama dengan mama. Salah satu dari mereka membuka laptop yang ada di depan mereka.
"Aku dapet video yang direkam langsung lhoo."
"Kayaknya seru nih."
"Jelas dong. Ini seorang pembantu brondong yang ngentotin majikannya."
"Bentar ...." Aku terdiam membeku. "Jangan bilang mereka mau nonton bokep."
Dari tempat aku mengintip, aku bisa mendengar dengan jelas suara aneh dari laptop mereka. Yang membuatku melongo adalah mama terlihat menikmati tontonan mesum yang ada di layar laptop itu.
"Kontolnya besar juga yaa."
"Iyaa," sahut mama.
Aku melihat mama dan 4 anak cewe itu mulai gelisah. Remaja cewe yang berada di paling kiri mulai gigit - gigit jari. Yang ada di samping kanannya mama sedang mengelus - elus pahanya sendiri. Tiba - tiba, cewe yang ada di paling kanan melepas kaosnya.
"Ehh!? Ngapain kamu buka baju??"
"Gerah. Adegannya makin hot."
"Yaa udah deh, aku lepas baju juga."
Mataku terbelalak ketika menyaksikan 4 cewe berandalan itu melepas pakaian mereka, menyisakan BH dan CD mereka yang masih melekat di tubuh mereka.
"Ayo Ci, lepas bajunya juga."
"Ngapain?? Aku gak gerah sama sekali," ujar mama.
"Masak?? Jangan malu - malu ci."
"Hadeh, yaa udah deh," kata mama.
Penisku tegang maksimal ketika melihat mama melepas kaos dan celana pendeknya. Ini pertama kalinya aku melihat mamaku setengah telanjang. Harus kuakui mama terlihat sangat seksi dan body-nya tidak kalah dengan cewe - cewe nakal itu. Mereka lanjut nonton bokep dengan hanya mengenakan BH dan CD saja. Setelah lewat sekitar 25 menit, cewe yang ada di samping kanannya mama menutup laptop, lalu mama dan 4 remaja cewe itu merebahkan diri di atas kasur.
"Kayaknya seru kalo misal dientot sama cowo yang ada di video itu."
"Aku tadi bayangin diriku digenjot sama tuh cowo."
"Kalo kamu gimana Ci?"
"Hah? Aku??" kata mama, terkejut.
"Kita pengen tau pendapatnya Cici."
"Aku gak ada pendapat hihihi," ucap mama.
"Gak usah malu - malu Ci. Katakan saja."
Mereka berempat mendesak mama untuk memberikan pendapat, dan mama terlihat malu untuk mengatakan opininya.
"Hmmm ... gimana yaa ... kayaknya menarik aja sih menurutku," ujar mama malu - malu.
"Di mana yaa kita bisa nemu cowo kayak gitu?"
"Kalo mau menjelajah, pasti ketemu hihihi."
"Kalo mau, besok Jumat sore kita jalan - jalan menjelajah hihihi."
"Setuju!" mama termasuk yang ikut berseru juga.
Perasaanku seketika menjadi tidak enak. Kayaknya ini jenis jalan - jalan yang gak bener. Yang bikin agak panas-dingis, kenapa mama malah setuju? Aku segera berlari kembali ke rumah, mencoba mencerna lagi ajakan dolan dari salah satu cewe berandalan itu.
"Hmmm ... gimana yaa? Gak mungkin aku langsung menanyakan itu kepada mama. Bisa - bisa ketahuan kalo aku mengintip dia dan 4 cewe itu," kataku dalam hati.
"Kalo aku masukin alat perekam, ada peluang bakal ketahuan," lanjutku.
Aku malah jadi gila sendiri memikirkan semua ini. 30 menit berlalu, aku baru sadar kalau mama belum balik.
"Apa aku harus mengintip lagi?" pikirku.
Aku lalu beranjak, lalu menuju ke bawah untuk mengecek rumah tetangga. Aku melirik sedikit, tidak ada tanda - tanda kehidupan. Aku kembali mengendap - endap masuk ke dalam area rumah tetangga, dan menuju ke tempat aku menguping tadi. Aku mendapati jendela kamar mereka tertutup. Aku mencoba menguping, tidak ada suara dari dalam.
"Apa mereka pada pergi yaa?" pikirku.
Aku kembali ke rumahku dengan penuh pikiran.
Jangan bilang mereka dolan dadakan!" ucapku dalam hati, "Bentar ... bukannya tadi pagi mereka baru saja pulang dari jalan - jalan yaa? Masak dolan lagi??"
Aku kembali ke kamar untuk rebahan lagi. Tanpa sadar, aku mulai mengelus - elus penisku dari balik celanaku.
"Semoga mama dan 4 cewe itu gak melakukan hal yang aneh - aneh," kataku dalam hati.
Penisku mulai mengeras akibat kuelus - elus. Bisa - bisanya aku membayangkan mama dan 4 remaja cewe itu saling berpelukan dengan hanya mengenakan pakaian dalam. Tiba - tiba, aku dikejutkan dnegan suara pintu pagar yang dibuka. Aku segera beranjak dan menyambut mamaku yang terlihat girang kembali.
"Habis ke mana?" tanyaku.
"Habis dari rumah tetangga," jawab mama.
"Serius? Gak ke tempat lain? Cuma di rumah tetangga?" cecarku.
"Iyaa, mama cuma di rumah tetangga," jawab mama, meyakinkanku.
Aku terdiam bingung, apa benar mama dan 4 cewe itu tidak kemana - mana? Trus mereka di mana ketika aku mencoba menguping tadi?
"Kenapa?" tanya mama, penasaran.
Aku seketika jadi salah tingkah. "Gapapa, hehe."
Mama tersenyum penuh arti kepadaku, kemudian dia melangkah menuju ke kamarnya. Entah kenapa aku menjadi kian penasaran.
***
Hari baru telah datang, aku terbangun dengan kepala yang sedikit pusing. Semalam aku bermimpi aneh. Aku melihat mamaku melakukan tindakan mesum dengan 4 cewe nakal itu. Aku melihat mereka semua hanya mengenakan pakaian dalam saja.
"Aku sepertinya sudah benar - benar gak waras," gumamku.
Aku kemudian turun ke bawah, dan kulihat mama sedang menyiapkan sarapan.
"Ayo makan dulu," ajak mama.
Aku hanya mengangguk kecil, tanpa berkata apa pun. Selama sarapan, mama yang lebih banyak memulai obrolan.
"Ohh yaa, nanti mama mau fitness," kata mama, "mau ikut gak?"
"Hmm ... yaa," jawabku.
"Sipp!" Mama terlihat senang. "Tetangga juga ikut fitness sama kita nanti."
Aku terbelalak ketika mendengarnya. "Hahh!! Mama ngajak mereka??"
"Iyaa," jawab mama.
"Astaga!" Aku menepuk dahiku.
"Emang kenapa? Bukannya makin seru kalo rame - rame?" ucap mama.
"Itu menurut Mama," balasku. "Trus ... kita bakal satu mobil sama mereka?"
"Endak, kita bawa mobil sendiri," jawab mama.
"Kalo misal satu mobil sama mereka, aku gak ikut!" kataku seraya melangkah kembali ke kamarku.
Aku menyiapkan pakaian untuk fitness, kemudian menuju ke garasi untuk memanaskan mesin mobil. Setelah cukup lama menunggu, mama datang dan siap untuk berangkat ke gym.
"Ini langsung berangkat atau bareng - bareng sama 4 cewe itu?" tanyaku dengan agak kesal.
"Langsung aja," jawab mama, "kita ketemuan di sana."
Setibanya di gym, aku berganti pakaian olahraga, kemudian aku masuk ke ruang fitness untuk mulai berolahraga. Mama berada di luar untuk menunggu 4 cewe nakal tetangga kita. Beberapa menit kemudian, aku dibuat melongo melihat pakaian olahraga yang dikenakan mama dan 4 cewe berandalan itu. Mereka semua mengenakan atasan yang menyerupai bra sport dan bawahan celana ketat yang sangat pendek. Penampilan mereka berlima sukses menarik perhatian beberapa pria yang ada di sini, termasuk aku. Harus kuakui, mamaku terlihat sangat seksi dengan pakaian olahraga yang dia kenakan saat ini. Perutnya yang masih rata, payudaranya yang besar dan bulat sempurna, dan pahanya yang putih mulus. 4 remaja cewe itu sebenarnya juga memiliki body yang seksi, tapi aku tetap tidak suka dengan mereka. Aku terus memperhatikan mama dan 4 remaja cewe itu, memastikan tidak ada hal aneh yang terjadi. Tak berselang lama kemudian, mama mendatangiku yang masih asik angkat beban.
"Ayo gabung sama kita," ajak mama, "sekalian kenalan sama tetangga kita."
"Gak mau!" tolakku.
"Jangan gitu dong," kata mama, "mereka ramah dan seru lhoo."
Kemudian, 4 remaja cewe yang tidak aku sukai itu menghampiri kami.
"Halo, kamu anaknya ci Tasya, yaa?" Salah satu dari mereka mendekatiku. "Kenalin, aku Siska."
Aku hanya mengangguk kecil menanggapi perkenalannya. Tiga cewe lainnya juga turut memperkenalkan diri mereka. Siska adalah cewe dengan rambut yang selalu dikuncir poni kuda. Amy memiliki paras yang cantik dengan rambut sebahu. Mita memiliki rambut panjang dengan poni menyamping ke kanan. Nita juga memiliki rambut panjang, dan dia memiliki pinggul yang seksi.
"Yuk, join sama kita," ajak Mita.
"Gak usah, makasih," ucapku.
"Jangan malu - malu lahh," kata Siska.
Pada akhirnya aku mengalah dan ikut bersama dengan mereka. Kami berolahraga selama 40 menit, setelah itu aku berjalan menuju ke ruang ganti pria untuk ganti baju.
"Mama sama yang lainnya mau sauna dulu," ucap mama, menghampiriku yang mau masuk ke ruang ganti, "kamu nunggu gapapa, kan?"
"Astaga! Pake sauna segala," ucapku, agak kesal.
"Mama kasih kamu 200 ribu deh, mau kan nunggu?" tanya mama dengan ekspresi memohon.
"Iyaa deh," sahutku dengan berat hati.
Setelah selesai ganti, aku berjalan ke luar untuk mencari udara segar. Aku bingung mau ngapain. Menunggu mama dan 4 cewe itu selesai sauna pasti memakan waktu lama.
"Enaknya ke mana yaa?" pikirku.
Di dekat sini ada beberapa resto dan kafe yang cukup menarik. Aku memutuskan ke salah satu kafe terdekat untuk menghabiskan waktu di sana. 30 menit berlalu, belum ada notifikasi pesan muncul di HP-ku.
"Lama amat sih!" gerutuku.
Agak menyesal aku diminta menunggu mama bersauna ria dengan 4 cewe itu. 20 menit berlalu, ada pesan masuk di HP-ku. Saat kulihat, ternyata dari mama, yang mengatakan kalau dia sudah selesai sauna. Aku lalu menunggu di tempat parkir, dan tidak perlu menunggu lama, mama sudah tiba.
"Lama amat saunanya!" protesku.
"Maaf yaa, kita terlalu menikmati tadi," kata mama.
Aku masuk ke dalam mobil, kemudian aku tancap gas menuju ke rumah. Aku perhatikan mama senyum - senyum sendiri dari tadi. Aku yakin terjadi sesuatu di tempat sauna, dan itu pasti berhubungan dengan hal - hal berbau mesum.
Bersambung....
Epilog
Malamnya, Tasya keluar dari rumahnya, menuju ke rumah tetangganya. Di depan pintu rumah tetangganya, Mita telah menunggu kedatangannya.
"Yuk, masuk," ajak Mita.
Di dalam rumah, Nita, Amy dan Siska duduk di sofa ruang keluarga, menunggu kedatangan dari Tasya.
"Hans udah tidur?" tanya Amy.
"Kayaknya sih belum," jawab Tasya.
"Yakin kamu gak ketahuan datang ke sini malam - malam?" tanya Siska.
"Santai, aku mengendap - endap kok," jawab Tasya.
Tasya lalu bergabung bersama dengan 4 gadis remaja itu. Mereka mengobrolkan kegiatan yang mereka lakukan di tempat fitness pagi tadi.
"Tadi liat gak ada cowo kurus jelek ngeliatin kita trus?" kata Mita.
"Jijik diliatin cowo kayak gitu," kata Nita.
"Biasanya yang kayak gitu, kontolnya besar lhoo," ucap Amy.
"Kayaknya ada juga om - om yang melirik kepada kita," ujar Tasya.
"Rasanya excited juga dilirik cowo - cowo," ucap Mita. "Ohh yaa, Hans ngelirik kita gak yaa?"
"Kayaknya gak," jawab Siska, "dia kayaknya benci sama kita."
"Meski begitu, dia cool lhoo," kata Mita.
"Kalian ini bisa aja hihihihi," ucap Tasya.
"Ngobrolnya udahan deh," kata Siska, "aku mau nyobain sesuatu."
"Bentar ... jangan bilang ...." Amy menatap Siska yang berjalan menuju ke dapur.
"Yappp! Aku mau nyoba pare yang aku beli kemarin," kata Siska.
"Gila!! Kapan hari itu timun sama lobak, sekarang pare??" seru Mita, matanya terbelalak.
"Gak cuma pare, ada terong juga hahahaha," kata Siska, tertawa terbahak - bahak.
"Astaga! Mau nyobain lagi ini??" tanya Tasya.
"Hehehe, benar sekali!" jawab Siska. "Ayo! Buka baju kalian!"
Tanpa banyak bicara, Amy, Mita, Nita dan Tasya membuka baju mereka sampai telanjang bulat. Siska kemudian meminta mereka membungkukkan badan dan merebahkannya di atas meja. Dalam posisi ini, pantat mereka jadi terekspos kepada Siska, yang telah memegang sebatang pare di tangannya.
"Ayo! Dilebarin pahanya!" perintah Siska kepada Amy seraya menepuk pantatnya.
Amy menuruti perintah temannya dan dia lebarkan pahanya, memamerkan vaginanya yang minim rambut. Siska memasukkan dua jarinya ke dalam vaginanya Amy, agar pelumasnya keluar.
"Okee, sudah cukup basah ini." Siska mencabut dua jarinya dari vaginanya Amy, dan mengecek jarinya yang basah.
Siska kemudian mengarahkan pare yang dia pegang ke vaginanya Amy, lalu dia dorong perlahan. Amy terlihat meringis menahan sakit dan nikmat saat sebuah pare berukuran besar memasuki liang senggamanya.
"Besar banget nih pare," ucap Amy, "kamu beli di mana sih?"
"Di bapak - bapak pinggir pasar hihihihi," jawab Siska.
"Udah dicuci belum," tanya Amy.
"Belum hihihihi," jawab Siska, "bercanda."
"Kalo sampe belum dicuci, tuh pare aku masukin ke bool-mu!" ucap Amy.
Siska tertawa lepas ketika mendengarnya. Pare tersebut didorong masuk begitu dalam ke liang senggamanya Amy, kemudian Siska menarik keluar pare yang dia pegang. Dia melakukan itu sebanyak 3 kali, kemudian dia beralih ke Nita, yang ada di samping kirinya Amy.
"Sudah siap?" tanya Siska sambil menepuk pantatnya Nita.
"Siapp!" sahut Nita seraya melebarkan pahanya, memamerkan vaginanya.
Tanpa banyak bicara, Siska memasukkan dua jarinya untuk melicinkan vaginanya Nita. Setelahnya, Siska mendorong masuk pare yang dia pegang ke dalam vaginanya Nita.
"Ouhhhhh," lenguh Nita.
Siska juga melakukan gerakan maju-mundur sebanyak tiga kali, kemudian dia beralih ke Tasya yang ada di samping kirinya Nita.
"Udah siap Ci?" tanya Siska.
"Siap dong!" sahut Tasya sembari melebarkan pahanya.
Sama seperti tadi, Siska juga mengecek apakah vaginanya Tasya sudah becek. Setelah cukup becek, Siska menyorongkan pare yang sudah penuh dengan lendir itu ke dalam lubang kenikmatannya Tasya.
"Ahhhh ...." Tasya mendesah panjang ketika lubangnya dimasuki sebuah pare panjang dan besar.
Siska memaju-mundurkan pare tersebut sebanyak 3 kali di vaginanya Tasya. Setelahnya, dia melakukan hal yang sama kepada Mita.
"Uhhh ... besar banget," lenguh Mita.
"Habis ini memekmu yaa," kata Amy kepada Siska.
"Setuju! Siska juga harus wajib ngerasain pare masuk ke dalam memek!" ucap Nita.
Selesai menyodok vaginanya Mita, Siska melepas bajunya, lalu dia membungkuk dan merebahkan badannya di atas meja.
"Nih liat, aku fair kan," kata Siska.
Amy mengambil pare yang sudah penuh dengan cairan kelamin, lalu disodokkan ke dalam vaginanya Siska.
"Auhhhh!" lenguh Siska.
Amy menyodokkan pare tersebut sebanyak 3 kali, lalu setelahnya, dia cabut dari vaginanya Siska.
"Sekarang kita masukin terong yang kita beli ke dalam memek kita," ucap Siska, melangkah menuju ke kulkas.
Siska menunjukkan 5 buah terong hijau yang berukuran cukup besar. Dia lalu mengambil satu dan memasukkannya ke dalam vaginanya.
"Uhhh ... dingin," desah Siska.
"Kayaknya bakal adem nih memekku," ucap Amy, mengambil salah satu terong dingin tersebut.
Amy mendesah panjang ketika dia mencolokkannya ke dalam vaginanya. Nita dan Mita langsung merasa merinding ketika vagina mereka dimasukin terong dingin. Tasya masih sedikit ragu.
"Ayo Ci, dicoba," ucap Siska, terong hijau masih menggantung di alat kelaminnya.
Mita, Nita dan Amy juga mendesak Tasya untuk merasakan sebuah sensasi dingin di alat kelaminnya. Tasya mengambil terong yang masih dingin itu, lalu dia arahkan ke vaginanya secara perlahan.
"Ohhhhh ...," desah Tasya ketika setengah dari terong itu masuk ke dalam liang senggamanya.
"Gimana Ci? Sensasinya unik, kan?" tanya Siska.
"Iyaa," jawab Tasya, tubuhnya bergetar akibat kenikmatan aneh itu.
Tasya dan 4 cewe tersebut lanjut mengobrol di ruang keluarga dengan terong hijau besar masih menancap di vagina mereka. Sensasi geli menyelimuti tubuh mereka, membuat suasana di ruangan tersebut menjadi panas.