"Hoammm ... nyenyaknya tidurku kemarin," ucapku seraya meregangkan kedua tanganku ke atas.
Aku menuju ke kamar mandi untuk cuci muka. Setelah itu aku kembali rebahan. Aku buka HP-ku, dan ada notifikasi pesan dari tante Reni.
"Nanti jam 10, aku ke rumahmu ya. Mau ngentot sama mamamu." tulisnya.
Mama dari temanku ini memang seorang jalang sejati. Bisa - bisanya kirim pesan seperti itu. Semua ini bermula ketika tante Reni tidak sengaja bertemu dengan mamaku di gym. Tante Reni terkejut tidak percaya kalau aku punya mama yang cantik dan seksi. Kalau hanya sekedar memuji tidak masalah. Yang jadi masalah adalah dia ingin melakukan seks sejenis dengan mamaku. Kayaknya udah gila dia. Setelahnya, aku menuju ke bawah untuk sarapan.
"Kamu baru bangun?" tanya mamaku yang sedang sarapan di meja makan.
"Udah dari tadi," jawabku.
Aku ambil dua lembar roti beserta dan wadah kaca yang berisi selai kacang. Sambil sarapan, pikiranku menjalar ke mana - mana.
"Mama nanti gak ada acara, kan?" tanyaku.
"Enggak. Mama hari ini mau bersantai di rumah seharian," jawab mama, "emang ada apa?"
"Gapapa. Cuma tanya aja," jawabku dengan kedua mataku menatap ke arah samping.
Aku jadi merasa tidak enak dengan mamaku. Seorang wanita cantik dan seksi akan datang untuk mencabuli mamaku. Bukannya menentang ide anehnya tante Reni, aku malah diam saja. Seolah aku menyetujuinya dalam keheningan. Selesai sarapan, aku kembali ke kamar untuk menonton video YouTube di komputerku.
***
Jam telah berada di angka 9. Tidak lama lagi, tante Reni akan datang ke sini. Beruntung dia tidak mengajak Joni. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi jika Joni juga ikut ke sini. Aku keluar dari kamar, dan kulihat mama sedang asik menonton TV. Aku kembali masuk ke kamar untuk menunggu tante Reni. Beberapa menit kemudian, ada sebuah pesan yang masuk ke HP-ku. Saat aku cek, ternyata dari Joni. Dia mengirimkan sebuah video berdurasi 30 detik. Video tersebut berisi rekamannya si Joni yang sedang menggenjot seorang wanita seksi berkulit cerah. Dia memberitahuku kalau saat ini dia sedang menyetubuhi seorang tante - tante yang dikenalkan oleh tante Reni.
"Seandainya aku juga punya alat pengendali pikiran," ucapku.
Beberapa menit kemudian, aku mendengar bel rumahku berbunyi.
"Pasti itu tante Reni," ujarku dalam hati.
Aku keluar dari kamar dan menuju ke lantai 1. Tiba di lantai 1, aku lihat mama sudah berjalan lebih dulu menuju ke pintu gerbang.
"Perasaanku gak enak," ucapku dalam hati.
Aku menunggu dengan agak berdebar - debar. Tidak pakai lama, tante Reni masuk ke dalam rumah dengan merangkul bahunya mama. Dari tatapan matanya, mamaku sudah dikendalikan oleh tante Reni.
"Halo Will!" sapa tante Reni, "sudah siap threesome dengan kita berdua?"
"Matamu threesome!" seruku.
"Hahahahaha." Tante Reni tertawa keras, "kesempatan bagus kok ditolak?"
Aku menepuk dahiku. "Langsung ke intinya saja! Kamu mau main di mana?"
"Di kamarmu aja ya," usul tante Reni.
"Hahh ... baiklah," sahutku.
Aku naik ke lantai 2 diikuti oleh tante Reni dan mamaku. Aku buka pintu kamarku, lalu tante Reni masuk bersama dengan mama.
"Pintunya dibuka aja ya, hihihi," kata tante Reni.
"Terserah!" sahutku.
"Sekarang, kamu buka baju kami berdua dong," pinta tante Reni.
"Hah!? Kamu nyuruh aku menelanjangi mamaku sendiri!" seruku.
"Emang kenapa?" tanya tante Reni dengan polosnya.
"Yakali!" seruku.
"Cuma bukain bajunya aja lho. Itu bukan hal sulit," kata tante Reni.
"Mana ada seorang anak menelanjangi mamanya sendiri!" ucapku dengan kesal.
"Ayolah, Will ... sekali ini aja," pinta tante Reni dengan wajah memelas.
Aku menghela nafasku dengan ekspresi kesal. Pada akhirnya aku menyanggupi permintaannya. Tapi, sebelum itu, aku lucuti pakaiannya tante Reni dengan kasar. Aku melongo ketika mendapati selangkangannya tante Reni bersih tanpa bulu.
"Sejak kapan kamu wax?" tanyaku.
"Sejak dua hari yang lalu, hihihi," jawab tante Reni, "gimana? Kamu suka gak memek gundulku?"
Aku mengacungkan jempolku. "Suka!"
Setelah menelanjangi tante Reni, berikutnya adalah mamaku. Aku gemetar saat mendekati mama.
"Maafin aku Ma," ucapku.
Dengan gugup, aku lepas kaosnya mama. Kemudian aku turunkan celana pendeknya. Sekarang mamaku hanya mengenakan BH dan CD hitam.
"Wow ... seksi sekali mamamu," puji tante Reni.
"Berisik!" ketusku.
Dengan tangan gemetar, aku melepas BH dan CD-nya mama. Mamaku sekarang berdiri telanjang di depannya tante Reni. Dia lalu mendekati mamaku, kemudian mencium bibirnya mama sambil memeluknya. Aku melongo melihat mereka berdua berciuman dengan intens. Tante Reni meraba - raba punggungnya mama, dan mamaku juga meraba punggungnya tante Reni. Tangan kanannya tante Reni lalu turun ke pantatnya mama.
"Pantat mamamu montok dan empuk lho," kata tante Reni seraya melirikku.
Aku tidak merespons perkataannya. Kedua mataku melirik ke arah kanan. Tante Reni meremas - remas pantatnya mama dengan gemas. Aku lalu duduk di kursiku, menonton pertunjukan erotis yang ada di depanku. Tidak lama kemudian, tante Reni memposisikan mama berlutut di depannya.
"Jilat memekku ya," pintanya kepada mama.
Mama menurutinya karena dia sedang berada di bawah kendalinya tante Reni. Penisku mulai mengacung saat melihat mama menjilati vaginanya tante Reni.
"Ahh, iya ... ahhh ... terusin," desah tante Reni.
Tanpa kusadari, aku mulai mengelus - elus penisku. Setelah tante Reni puas, dia meminta mama berdiri, dan kali ini tante Reni yang menjilati vaginanya mama yang juga tidak berambut.
"Mamamu nakal juga ya," ucap tante Reni, melirikku, "memeknya gak berjembut, hihihi."
"Au ah!" balasku.
Tante Reni memainkan lidahnya di bibir vaginanya mama. Kulihat dia juga memainkan klitorisnya mama dengan tangan kanannya.
"Ahh, ahhh, ahhh," desah mama dengan mata terpejam.
Tante Reni sungguh lihai dalam memberikan servis seks. Tidak lama kemudian, tante Reni menyudahi permainannya. Dia lalu mengajak mama ke ranjangku.
"Kita mau main 69," kata tante Reni kepadaku, "ayo sini. Biar kamu bisa melihat lebih dekat, hihihi."
Entah kenapa, aku nurut saja dengan ajakannya tante Reni. Mama diposisikan di bawah, sementara tante Reni menungging di atasnya mama. Mereka berdua mulai saling menjilati vagina lawan mainnya. Penisku semakin keras melihat adegan erotis ini. Tante Reni memasukkan kedua jarinya ke dalam vaginanya mama.
"Sempit amat," ucap tante Reni, "pasti jarang dipake, hihihi."
Sodokan jarinya tante Reni membuat tubuhnya mama bergetar. Aku mendekati mereka, lalu aku pegang pantat montoknya tante Reni.
"Jangan cuma dipegang! Diremas juga dong," ujar tante Reni.
"Dengan senang hati," sahutku.
Aku remas - remas bongkahan pantatnya tante Reni. Tidak hanya kuremas, aku juga menamparnya.
"Akkhhh!" desah tante Reni, "nakal ya kamu."
"Hehehe, maaf," ucapku.
Tante Reni kemudian berdiri di sampingnya mama. Dia memposisikan mamaku menungging, kemudian dia menampar pantatnya mama.
"Anakmu nakal tuh! Masak pantatku ditampar, hihihi," canda tante Reni sambil kembali menampar pantatnya mama.
"Astaga!" Aku menepuk dahiku.
"Oh iya, tolong ambilin tasku dong," pinta tante Reni seraya menunjuk tasnya yang berada di meja belajarku.
Aku mengangguk dan mengambilkan tasnya. Tante Reni kemudian mengambil sebuah celana dalam hitam dengan dildo hitam besar yang menempel di bagian depan. Tante Reni memakai celana dalam tersebut, kemudian dia memposisikan dirinya di belakang mamaku yang menungging.
"Aku sodok memeknya," kata tante Reni sembari menatapku.
Aku menoleh ke arah lain, tidak menjawabnya.
"Oh iya, kamu mau liat dari dekat, gak?" tanya tante Reni.
"Yakali!" seruku.
"Halah, gak usah malu - malu," ucap tante Reni seraya menarik tanganku.
Aku sekarang berada di belakang mamaku yang menungging. Aku bisa melihat vaginanya dengan jelas. Tante Reni kemudian mengarahkan ujung dildonya ke bibir vaginanya mama. Aku melongo tanpa berkedip saat melihat vaginanya mama terbuka lebar, menyambut sebuah benda besar masuk ke dalamnya. Tante Reni mendorong dildonya secara perlahan. Setelah masuk semua, tante Reni mendiamkannya sejenak. Dia tarik perlahan dildo besar itu, lalu didorong masuk kembali. Tante Reni melakukannya secara perlahan, lalu semakin cepat. Mama mendesah keenakan, menikmati sodokan dildo dari tante Reni. Penisku semakin keras melihat persetubuhan sejenis ini.
"Kamu udah sange ya?" tanya tante Reni, menatapku dengan tatapan mesum. "Tuh, dipake aja mulutnya, mumpung nganggur."
"Ngawur!" seruku.
Tante Reni tertawa lepas mendengar responsku. Sambil menggenjot mamaku, tante Reni meremas - remas pantat dan payudaranya mama yang bergoyang ke depan dan ke belakang.
"Kamu mau coba remas toketnya gak?" tawar tante Reni.
"Enggak, makasih!" tolakku.
"Kalau begitu, remas toketku yaa," pinta tante Reni.
"Kalo ini aku baru mau," balasku seraya menggenggam payudara kanannya tante Reni.
Aku remas - remas sebentar payudara kanannya tante Reni. Setelah itu aku memposisikan diriku di belakangnya tante Reni, lalu aku remas kedua payudaranya.
"Ahhh ... terusin Say," desah tante Reni.
Sekitar 2 menit kemudian, mama mendesah keras.
"Kayaknya udah mau orgasme nih," kata tante Reni seraya melirikku.
Aku dekatkan mulutku ke bibirnya tante Reni. Kami lalu berciuman dengan mesra. Beberapa saat kemudian, tante Reni menghentikan genjotannya. Aku menatap ke vaginanya mama, dan kulihat cairan cintanya meluber keluar dalam jumlah banyak.
"Mamamu keenakan tuh, hihihi," kata tante Reni.
"Sekarang, giliranmu," ucapku sambil menggenggam bahunya.
"Nanti dulu," kata tante Reni, menahanku. "Aku masih pengen ngentotin mamamu, hihihi."
Tante Reni mengubah posisinya mama menjadi telentang. Dia melebarkan kedua pahanya mama, lalu vaginanya mama kembali disodok dengan dildo besar itu. Mama mendesah cukup panjang saat dildo hitam tersebut masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya. Tante Reni kembali menyetubuhi mamaku. Dari belakang, aku gesek - gesek penisku ke punggungnya tante Reni.
"Aku pengen masukin penisku ke vaginamu, Tante," ucapku dengan manja.
"Habis ini ya, hihihi," balas tante Reni.
Tante Reni mempercepat genjotannya sampai mengeluarkan bunyi plok plok plok. Beberapa menit kemudian, mama mendapatkan orgasme keduanya. Cairan cintanya kembali merembes keluar dari vaginanya. Tante Reni lalu mencabut dildonya.
"Hahahaha, dildoku basah kuyup," kata tante Reni.
Tante Reni melepas CD dildonya, lalu membuangnya ke lantai. Dia lalu mendorongku hingga berbaring di sampingnya mama.
"Kita ngentot dalam posisi WOT ya," kata tante Reni, menatapku dengan tatapan binal.
Tante Reni mengarahkan penisku ke bibir vaginanya, lalu dia turunkan pinggulnya secara perlahan.
"Ahhhh! Penismu enak banget!" lenguh tante Reni.
Setelah masuk semua, tante Reni mendiamkan penisku sejenak. Kemudian, dia mulai menggoyang pinggulnya. Goyangannya semakin cepat.
"Ohh! Yeah, baby!" lenguh tante Reni.
Aku genggam kedua payudaranya tante Reni yang bergoyang ke atas dan ke bawah, kemudian aku remas - remas dengan lembut. Tante Reni juga membantuku meremas payudaranya sendiri. Beberapa menit kemudian, tante Reni mempercepat goyangannya.
"Tante mau keluar!" seru tante Reni.
"Keluarin bareng Tante," ucapku.
Aku percepat sodokanku ke atas. Semenit kemudian, kami mencapai klimaks. Penisku terasa hangat disembur cairan cintanya tante Reni. Mama dari temanku ini kemudian ambruk di atasku. Aku peluk tubuhnya yang basah karena keringat. Tidak pakai lama, tante Reni beranjak berdiri. Dia mencabut penisku dari vaginanya, lalu dia turun dari ranjang.
"Mau bilas?" tanyaku.
"Enggak," jawab tante Reni, "aku mau lanjut ngentotin mamamu, hehehe."
"Hadeh." Aku menepuk dahiku.
Tante Reni kembali mengenakan celana dalam berdildonya, lalu dia mendekati mamaku.
"Ayo, berdiri," perintah tante Reni dengan lembut.
Mama kemudian beranjak dari tidur tengkurapnya, lalu dia beranjak turun dari ranjang. Tante Reni kemudian memposisikan mamaku menungging dengan posisi berdiri dan kedua tangannya bertumpu di atas kasur.
"Aku pengen nyobain boolnya mamamu," kata tante Reni dengan senyum nakal.
"Hahh!?" Aku beranjak berdiri dengan ekspresi terkejut.
"Ini bool kayaknya udah gak perawan deh," ucap tante Reni seraya menguak belahan pantatnya mama, dan menatapnya.
Aku turun dari kasur, lalu berdiri di sampingnya tante Reni. "Kok tau?" tanyaku.
"Insting wanita, hihihihi," jawab tante Reni.
Aku terdiam mematung sambil mengangguk dua kali. Tante Reni mengolesi dildonya dengan pelumas. Setelahnya, dia mengarahkan dildo besarnya ke lubang anus mamaku. Tante Reni mendorong pelan dildonya masuk ke dalam anusnya mama.
"Boolnya sempit banget," kata tante Reni.
Saat dildo tersebut masuk setengahnya, tante Reni berhenti mendorongnya masuk.
"Kamu raba pantatnya dong," pinta tante Reni.
"Jangan aneh - aneh!" seruku.
Tante Reni tiba - tiba memegang tangan kananku, lalu dia arahkan telapak tanganku ke bongkahan pantatnya mama.
"EHHH!?" Aku terkejut.
"Gimana? Empuk, kan?" tanya tante Reni dengan senyum nakal.
Bukannya segera mengangkat tanganku, aku justru mendiamkan tanganku di atas pantatnya mama. Ini pertama kalinya aku menyentuh pantatnya mama. Rasanya empuk dan halus.
"Ternyata kamu nakal juga ya, hihihi," ucap tante Reni.
Aku seketika tersadar dan segera mengangkat tanganku. Aku menatap tante Reni dengan wajah kesal. Tante Reni tertawa cekikikan melihat wajahku. Tante Reni kemudian lanjut mendorong dildonya sampai masuk semua ke dalam pantatnya mama. Tante Reni menariknya perlahan, lalu dia dorong kembali. Sambil menyodok anusnya mama, tante Reni menjambak rambutnya mama.
"Sayang sekali aku gak punya kontol. Jadi gak bisa ngerasain memek dan boolnya mamamu," kata tante Reni.
Genjotannya tante Reni menghasilkan bunyi plok plok plok yang nikmat didengar. Tubuhnya mama dan tante Reni basah karena keringat yang terus mengucur dari tubuh mereka. Beberapa menit kemudian, tante Reni mencabut dildonya dari lubang pantatnya mama, lalu dia arahkan ke vaginanya mama. Mama mendesah panjang saat dildo besar tersebut menyeruak masuk ke dalam liang kenikmatannya. Aku menelan ludah melihat tante Reni menyetubuhi mamaku dengan tempo cepat. Sambil menggenjot mamaku, tante Reni sesekali menampar pantatnya mama plakkk!
"Kayaknya mau orgasme lagi," ucap tante Reni.
"Kok tau?" tanya sambil mengocok penisku.
"Feeling seorang wanita, hihihi," jawab tante Reni.
Tante Reni mencabut dildonya dari vaginanya mama. Kemudian, cairan kelaminnya mama menyembur keluar dari liang senggamanya.
"Sepertinya mamamu jarang dientot," kata tante Reni.
Aku mengangguk. "Papa jarang pulang."
"Berarti kamu harus membantu mamamu supaya memeknya selalu basah," ucap tante Reni tanpa dipikir.
"Gundulmu!" balasku.
Tante Reni tertawa lepas sambil menepuk pantatnya mama. Dia meminta mama untuk berbaring di ranjangku. Kemudian, tante Reni melepas CD berdildonya.
"Sekarang kamu entotin tante ya," kata tante Reni seraya menarikku.
"Tante nungging ya," pintaku.
Tante Reni tersenyum, lalu dia menungging di atas kasurku. Aku ambil CD berdildo yang tergeletak di lantai, lalu aku masukkan dildo yang basah ini ke dalam anusnya tante Reni.
"Akkhhh!! Nakal banget sih kamu!" kata tante Reni, melirik ke belakang dengan senyum nakal.
"Salah sendiri ngomong yang aneh - aneh terus!" balasku.
Aku dorong dildo besar ini sampai masuk semuanya ke dalam anusnya tante Reni. Setelahnya, aku tampar satu kali bongkahan pantatnya tante Reni.
"Aduh! Enak banget," lenguh tante Reni.
Aku arahkan penisku ke vaginanya tante Reni yang sudah basah. Aku dorong penisku perlahan masuk ke dalam liang kenikmatannya tante Reni. Vaginanya terasa lebih sempit akibat dildo yang menyumpal lubang pantatnya.
"Ohhh ... aku merasa seperti sedang di-DP, hihihi," kata tante Reni.
"Enak, kan?" tanyaku.
Tante Reni melirik ke belakang. "Enak banget."
Aku kemudian mulai melakukan gerakan maju-mundur. Sambil kusetubuhi, aku juga meremas - remas pantat dan payudaranya tante Reni.
"Ohh ... ahhh ... ahhh ... terusin say," desah tante Reni.
Tante Reni sangat menikmati genjotan dari penisku. Keringat yang membasahi punggungnya tante Reni, membuatnya terlihat makin seksi. Aku raba punggungnya, lalu turun ke pinggangnya. Aku jadi tambah sange hanya dari meraba - raba tubuhnya tante Reni. Saking keenakan, tante Reni sampai orgasme dua kali. Aku tidak mengubah posisinya, dan terus menyodoknya dalam posisi doggy style. Beberapa menit kemudian, aku merasa akan segera orgasme.
"Keluarin di mana Tante?" tanyaku.
"Di dalem aja say," jawab tante Reni.
Aku percepat genjotanku, kemudian sperma menyembur dari kepala penisku. Aku tumpahkan semuanya ke dalam rahimnya tante Reni.
"Anget banget pejumu, hihihi," kata tante Reni yang ambruk ke atas kasurku.
Spreiku kusut semua gara - gara persetubuhan liar ini. Aku berpaling ke samping kanan, kulihat mama tertidur dalam posisi tengkurap.
"Mamaku gimana?" tanyaku.
"Kamu pakaikan lagi bajunya," jawab tante Reni.
"Terus?" tanyaku lagi.
"Kamu baringkan di sofa," jawab tante Reni.
"Gitu aja?" tanyaku.
"Iyap," jawab tante Reni.
"Oke," sahutku sambil merebahkan badan di sampingnya tante Reni.
Dildo besarnya masih tertancap di pantatnya tante Reni. Aku beristirahat sejenak karena badanku terasa lemas.
"Aku tidur sebentar ya," kata tante Reni.
"Gak dicabut dulu dildonya?" tanyaku.
"Biarin dulu aja," jawab tante Reni, "rasanya enak - enak gimana gitu."
"Terserah," ucapku.
***
Hari baru telah tiba. Aku masih belum niat bangun dari kasurku. Aku melirik ke kalender. Hari ini adalah hari Minggu, jadi aku tidak ada kegiatan sekolah. Tiba - tiba, pintu kamarku diketuk.
"Will? Kamu sudah bangun belum?" tanya mama dari balik pintu.
"Udah," jawabku.
"Kamu gak sarapan?" tanya mama.
"Habis ini," jawabku sambil membalik badanku ke samping.
"Segera turun ya," kata mama.
Setelahnya, tidak terdengar suaranya lagi. Sekitar 2 menit kemudian, aku beranjak dari kasurku, lalu aku turun menuju ke ruang makan. Aku melihat mama sedang sarapan dengan ekspresi biasa saja. Alat pengendali tersebut benar - benar hebat. Mama sama sekali tidak ingat telah diperkosa oleh tante Reni kemarin. Selesai sarapan, aku kembali ke kamarku. Di dalam kamar, aku lihat ada notifikasi yang muncul di HP-ku. Ternyata tante Reni yang mengirimkan sebuah pesan.
"Nanti siang jam 2 kamu bisa ke rumahku?"
Aku membalasnya, "Emang ada apa?"
"Pokoknya menarik deh," balasnya.
"Perlu ajak Joni, gak?" tanyaku lewat sosial media.
"Gak usah. Kamu aja," jawab tante Reni.
"Ok," balasku.
Entah kenapa, perasaanku jadi tidak enak.
***
Sekitar jam 1.55, aku tiba di rumahnya tante Reni.
"Permisi!" seruku.
"Yaa!" balas tante Reni dari dalam.
Tante Reni kemudian muncul dan membukakan pagar rumahnya untukku. Aku lalu dipersilahkan masuk oleh tante Reni. Betapa terkejutnya diriku ketika mendapati Budi sedang duduk di ruang keluarga.
"Lho!? Budi??" ucapku.
Budi tidak meresponsku. Tatapanya tertuju ke depan.
"Jangan - jangan dia dikendalikan?" pikirku.
"Budi sedang aku kendalikan," kata tante Reni, menghampiriku seraya menepuk bahuku.
"Buat apa?" tanyaku dengan perasaan gelisah.
"Tante pengen nunjukkin ke kamu pertunjukan seks yang sangat menarik, hihihi," jawab tante Reni.
Tante kemudian berdiri di depan anaknya. "Budi, tolong telanjangin mama!"
Budi bangkit berdiri, lalu dia melepas pakaiannya tante Reni satu per satu. Aku hanya bisa melongo melihat tante Reni telanjang di depan anaknya. Budi sama sekali tidak menunjukkan ekspresi. Selain itu, area selangkangannya tidak menggembung. Mau gimana lagi, pikirannya sedang dikendalikan oleh mama kandungnya sendiri. Tante Reni kemudian mengambil sebuah cambuk dari meja dekat TV, lalu dia memberikannya kepada Budi.
"Cambuk mamamu ya, hihihi," kata tante Reni seraya tersenyum melirikku.
"Tante gila ya?" tanyaku dengan muka datar.
"Kan udah kubilang, tante mau nunjukkin sesuatu yang menarik," balas tante Reni, "dan ini baru pertunjukan pembuka."
Aku melongo tidak percaya saat mendengarnya. Tante Reni kemudian memposisikan dirinya di depan tembok. Dia sibakkan rambutnya ke depan, membuat Punggung mulusnya terekspos seluruhnya. Kedua tangannya tante Reni bertumpu di tembok. Budi mendekati mamanya, lalu dia mengayunkan cambuk flogger tersebut ke punggungnya tante Reni.
"Ahhhh!!" lenguh tante Reni dengan nada mesum.
Budi mengayunkan cambuknya seperti mesin robot. Wajahnya tidak menunjukkan emosi sama sekali. Tante Reni sangat menikmati dicambuk oleh Budi. Punggung dan pantatnya jadi sasaran cambukan si Budi.
"Gak sakit Tante?" tanyaku.
"Enggak," jawab tante Reni, "justru tante keenakan, hihihi."
Budi terus melayangkan cambukan ke punggung dan pantat montoknya tante Reni. Tubuh bagian belakangnya mulai agak memerah. Sekitar 2 menit kemudian, tante Reni meminta Budi untuk berhenti mencambuknya.
"Enak banget lhoo," ujar tante Reni kepadaku.
Tante Reni kemudian memintaku untuk mengelus punggung dan pantatnya secara lemah lembut. Dia memposisikan dirinya mendempet ke tembok.
"Sakit?" tanyaku.
"Enggak," jawab tante Reni. "Terusin Say."
Aku jadi agak takut dengan tante Reni. Dia sepertinya gak waras. Kemudian, tante Reni melepas pakaiannya Budi sampai dia telanjang bulat.
"Sekarang adalah pertunjukan utama, hihihi," ucap tante Reni, melirikku dengan tatapan nakal.
Tante Reni berlutut di depannya Budi, lalu dia mengocok perlahan penis anak kandungnya. Aku duduk di sofa, menyaksikan sebuah pertunjukan tabu. Penisnya Budi mulai mengeras.
"Wow ... besar juga," kataku dalam hati.
Kemudian, tante Reni memasukkan penis anaknya ke dalam mulutnya. Batang penisnya Budi masuk seluruhnya ke dalam mulutnya tante Reni. Dia memaju-mundurkan mulutnya sambil tangan kanannya memainkan buah zakarnya Budi. Tante Reni beberapa kali melirikku dengan tatapan binal. 2 menit kemudian, tante Reni mencabut penisnya Budi dari mulutnya.
"Sini say," panggil tante Reni kepadaku.
Aku berjalan mendekat. "Ada apa?"
"Aku pengen kamu melihat lebih dekat, ketika kontolnya Budi masuk ke dalam memekku," ucap tante Reni.
Tante reni kemudian memposisikan dirinya menungging di lantai.
"Budi sayang, entotin mama dari belakang ya," kata tante Reni.
Budi kemudian berlutut di belakang mamanya, lalu dia arahkan penisnya ke bibir vaginanya tante Reni. Kepala penisnya Budi mulai masuk ke liang kenikmatannya tante Reni.
"Ohhh ... enak banget sayang," lenguh tante Reni.
Budi mendorong penisnya sampai masuk seluruhnya ke dalam vagina mamanya. Setelah itu, Budi mulai melakukan gerakan memompa. Tante Reni mendesah keenakan, menikmati genjotan dari penisnya Budi. Ini pertama kalinya aku melihat hubungan incest.
"Will, sini, aku hisap kontolmu," kata tante Reni.
"Ya," sahutku.
Aku lepas semua pakaianku, lalu aku berlutut di depannya tante Reni. Dia kocok penisku sebentar, kemudian penisku dimasukkan ke dalam mulutnya. Setiap kali Budi menyodok ke depan, penisku masuk makin dalam ke mulutnya tante Reni. Dari ekspresinya, tante Reni sangat menikmati persetubuhan yang absurd ini. 2 menit kemudian, aku meminta tukar posisi. Tante Reni mencabut penisku dari mulutnya.
"Boleh," sahut tante Reni. "Budi! Kamu pindah depan ya."
Budi mencabut penisnya dari vaginanya tante Reni, lalu dia berjalan ke depan. Penisnya kali ini masuk ke dalam mulut mamanya. Aku memposisikan diriku di belakangnya tante Reni. Aku arahkan penisku yang berlumuran air liur ke vaginanya tante Reni, lalu aku dorong sampai mentok. Pantatnya tante Reni bergetar, menikmati penisku yang masuk semuanya ke dalam liang kenikmatannya. Aku kemudian menyodok tante Reni sambil kuremas payudaranya yang bergoyang ke depan dan ke belakang.
"Uhhh ... sempitnya," ucapku, menikmati jepitan dinding vaginanya tante Reni.
Tangan kananku berpindah ke belakang, lalu aku tampar pantat montoknya tante Reni. Tubuhnya bergetar pelan setiap kali aku tampar pantatnya. Baru sebentar aku setubuhi, tante Reni sudah mendapatkan orgasmenya.
"Enak banget say," kata tante Reni, melirik ke belakang.
Budi terdiam, berdiri dengan lutut. Penisnya masih mengacung tegak ke depan.
"Lanjut?" tanyaku.
"Ganti gaya ya," kata tante Reni.
Budi kemudian diposisikan berbaring di atas lantai. Tante Reni berada di atasnya, lalu dia masukkan penisnya Budi ke dalam vaginanya.
"Sini say, masukin ke boolku," ucap tante Reni dengan senyum binal.
Aku mengangguk sambil mengacungkan jempol. Aku kemudian berlutut di belakangnya tante Reni. Aku arahkan penisku ke liang anusnya tante Reni, kemudian aku dorong perlahan, masuk ke dalam lubang pantatnya yang sempit.
"Aaahhhhh." Tante Reni mendesah panjang.
Aku tarik perlahan penisku, lalu aku dorong kembali. Setelahnya, aku sodok dengan tempo cepat. Sambil aku genjot anusnya, aku remas - remas kedua payudaranya tante Reni.
"Yaa! Begitu! Terusin say!" desah tante Reni.
Badannya yang mulus basah kuyup karena keringat. Sudah jelas tante Reni menikmati persetubuhan ini.
"Ohh shit! Aku keluar lagi!" seru tante Reni.
"Aku masih belum keluar," kataku.
"Kalau begitu, lanjut sodomi tante ya, hihihi," balas tante Reni.
"Oke," sahutku sambil bersemangat menyodok lubang pantatnya tante Reni.
Beberapa menit kemudian, aku merasa akan segera muncrat. Aku dorong penisku dalam - dalam, kemudian aku semburkan semua maniku ke dalam anusnya.
"Ohh say, kamu tau gak tante udah 3 kali orgasme karena genjotan kalian?" ucap tante Reni seraya menoleh ke belakang menatapku.
"Dasar Tante mesum!" ujarku sambil aku tepuk pantatnya.
Aku cabut penisku dari anusnya, kemudian aku menyandarkan punggungku ke sofa. Budi masih rebahan di lantai dengan penisnya yang berlumuran cairan dari vagina mamanya. Tante Reni kemudian duduk di sampingku, dan dia sandarkan kepalanya ke bahuku.
"Lihat, aku tidak keberatan melakukan hubungan incest dengan anakku sendiri," kata tante Reni dengan senyum lebar.
"Itu, kan, kamu! Bukan aku!" balasku.
"Dicoba dulu lah," ucap tante Reni.
"Ngawur!" timpalku.
HP-ku tiba - tiba berbunyi. Saat kubuka, ternyata Joni mengirimkan sebuah video.
"Pasti video bokep," ucap tante Reni, melirik ke arah HP-ku.
"Jelas," sahutku.
Aku buka video tersebut dan kedua mataku langsung melongo. Joni sedang asik menyetubuhi tante Astrid dalam posisi doggy style.
"Ya ampun tuh anak, hihihi," ucap tante Reni.
"Gila! Keras banget genjotannya," kataku sambil fokus menatap layar HP-ku.
"Memeknya Astrid pasti legit dan sempit. Makanya si Joni semangat banget ngentotinnya," ucap tante Reni.
"Yaa ... begitulah," balasku.
"Hmph ... sepertinya Budi udah siap tuh," kata tante Reni.
Aku menoleh ke samping kanan. Kulihat penisnya Budi sudah mengacung lagi.
"Kok bisa?" ucapku dalam hati.
"Bisa dong, hihihihi," balas tante Reni dengan senyum lebar.
Tante Reni meminta Budi untuk duduk di sofa. Tante Reni lalu bangkit berdiri, dan Budi duduk di spot di mana tante Reni tadi duduk. Tante Reni memposisikan dirinya duduk di atas pahanya Budi, kemudian dia mengarahkan penisnya Budi ke liang senggamnya. Dengan sekali dorongan, penisnya Budi masuk semua ke dalam vaginanya tante Reni.
"Ohhhh," desah tante Reni dengan muka binal.
"Enak?" tanyaku.
"Enak banget," jawab tante Reni. "Oh ya, lanjutin yang tadi."
"O-oke," sahutku.
Aku kembali memutar video yang direkam oleh Joni. Tante Reni terlihat fokus menonton video bokep homemade ini. Dia mendiamkan penisnya Budi di dalam vaginanya. Pinggulnya sama sekali tidak bergoyang. Kedua mataku terbelalak saat melihat adegan di mana Joni memasukkan penisnya ke dalam liang analnya tante Astrid.
"Joninya Joni bakal puas banget itu, nyobain semua lubangnya Astrid," kata tante Reni.
"Kayaknya selama seminggu ini Joni gak ngajak aku main bareng," ucapku.
"Itu karena aku bilang ke Joni kalau aku sudah booking dirimu selama seminggu," balas tante Reni.
"Hah!?" Aku terkejut saat mendengarnya. "Booking macam apa itu?? Kok gak tanya aku dulu??"
"Kalo aku tanya, pasti kamu tolak nanti, hihihi," jawab tante Reni.
"Kenapa harus aku? Kok gak si Joni?" tanyaku sambil menyilangkan kedua tanganku di depan dada.
Tante Reni tersenyum sambil melirik ke atas. "Karena ... tante lebih nyaman berbagi fetish aneh denganmu, hihihi."
"Kenapa gak nyaman sama Joni?" tanyaku, penasaran.
"Ummm ... gimana ya." Tante Reni terlihat bingung. "Susah sih jelasinnya. Joni lebih cocok jadi partner seks daripada teman cerita."
Seketika hawanya berubah jadi agak serius. Aku bahkan mem-pause kembali videonya agar tidak merusak suasana.
***
Selesai menonton videonya Joni, aku berpamitan kepada tante Reni yang masih duduk di atas pahanya Budi.
"Mau sampai kapan Tante dalam posisi ini?" tanyaku dengan muka datar.
"Sampai malam, hihihi," jawab tante Reni.
"Aku malah jadi kasihan sama Budi," ucapku dengan muka datar.
Sebelum ke luar, tante Reni memintaku untuk menutup pintu gerbang. Aku mengangguk, lalu aku segera bersiap untuk pulang.
"Hmmm ... kira - kira ... aku bakal berpetualang ke mana lagi ya?" pikirku.