POV Tasya
Menjelang jam 1 siang, aku berkunjung ke rumah tetanggaku untuk mengobrol sambil memainkan 'permainan' yang asik.
"Halo Ci," sapa Amy, membukakan pintu untukku.
"Permisi," ucapku seraya masuk ke dalam rumah.
Baru saja masuk, aku dikejutkan dengan sebuah pemandangan yang membuatku panas dingin. Di ruang tamu, Siska sedang memasukkan sebuah terong berukuran besar ke dalam vaginanya Mita yang menungging di atas sofa. Mereka berdua telanjang bulat.
"Ahhh ... ahhh ... terusin ...," desah Mita.
"Seriusan kalian main di ruang tamu?" tanyaku, "kalo ketahuan orang lain, bisa gawat lhoo."
"Santai saja Ci," ucap Siska, "desahannya Mita gak keras, hihihi."
Aku kemudian duduk sambil melihat terong ungu besar yang keluar-masuk di dalam vaginanya Mita. Amy dan Nita duduk di sampingku, lalu mereka mengajakku mengobrol, mengalihkan perhatianku dari Siska dan Mita. Aku kesulitan untuk fokus dengan obrolannya Amy dan Nita karena pemandangan mesum yang ada di depanku.
"Hey kalian! Mau nyobain terong besar ini gak?" tanya Siska seraya menghentikan sodokan terongnya di vaginanya Mita.
"Nanti aja," jawab Amy.
"Kita mau ngobrol - ngobrol dulu," imbuh Nita.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Sekitar 3 menit kemudian, giliran Siska yang vaginanya disodok dengan terong besar. Mita menyodokkan terong tersebut dengan tempo sedang.
"Ahh ... ahhh ... lebih kenceng Mit," ceracau Siska.
"Aduh ... kalian bikin aku sange nih!" kata Amy dengan wajah kesal.
"Kalo gitu, kita lanjutin aja di kamar," ucap Mita.
"Gass!" seru Amy.
Mita mencabut terong yang dia sodokkan di vaginanya Siska, lalu mereka berdua berdiri dan berjalan ke kamar.
"Yuk, Ci," ajak Nita.
"Oke," sahutku.
Aku, Amy dan nita berjalan menuju ke kamar. Siska menutup jendela agar tidak diintip oleh orang luar. Mita kemudian datang dengan membawa 3 terong ungu berukuran besar.
"Cuma ada 3," kata Mita.
"Berarti kita gantian, hihihi," ujar Nita.
"Yuk, lepas baju kalian," ucap Siska.
Aku, Amy dan Nita langsung melepas pakaian kita. Sekarang kita semua sudah telanjang bulat.
"Nungging dong Ci," pinta Nita yang telah memegang sebuah terong ungu berukuran besar.
"Oke." Aku tersenyum lalu menungging di lantai.
Nita berlutut di belakangku, kemudian dia memasukkan dua jarinya ke dalam liang senggamaku. Aku mendesah kecil saat dia mengocok vaginaku.
"Hmm ... sepertinya sudah cukup basah," kata Nita seraya mencabut dua jarinya dari vaginaku.
Kemudian, aku merasakan sebuah benda besar menempel di bibir vaginaku. Nita menggesek - gesekkan terong besar tersebut di bibir vaginaku.
"Ahhh ... masukin dong," pintaku.
"Okee Ci," sahut Nita.
Vaginaku terasa sakit ketika terong besar tersebut menyeruak masuk ke dalam liang senggamaku. Vaginaku dipaksa untuk membuka lebih lebar lagi agar bisa menerima terong besar itu.
"Gila! Dalam banget!" seruku.
"Ini baru seperempatnya lhoo," kata Nita.
Aku tersentak ketika mendengarnya. "Serius?" kataku seraya berpaling ke belakang.
"Iyaa," sahut Nita.
Aku mendesah cukup keras ketika Nita mendorong masuk terong tersebut lebih dalam. Nita kemudian menarik terong tersebut, lalu dia dorong lagi. Setelah aku mulai terbiasa dengan ukuran dari terong itu, Nita mulai menyodok - nyodokkan dengan tempo cepat. Aku merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa. Vaginaku benar - benar terasa penuh. Aku lalu iseng melirik yang lain. Amy dan Siska tengah keenakan disodok terong oleh Mita. 5 menit kemudian, aku mendapatkan orgasme dahsyat. Badanku bergetar akibat disetrum oleh kenikmatan. Nita kemudian mencabut terong tersebut dari vaginaku.
"Sekarang giliranku," ujar Nita sembari menungging di sampingku.
Aku lalu berdiri, mengambil terong ungu besar yang belepotan cairan cintaku. Aku buka vaginanya Nita, lalu aku masukkan tiga jariku ke dalamnya.
"Aaahhhhhh ...," Nita mendesah panjang.
Setelah vaginanya cukup basah, aku masukkan terong besar tersebut ke dalam vaginanya Nita. Cukup sulit untuk memasukkannya, karena ukurannya yang besar.
"Pelan - pelan Ci," kata Nita, tubuhnya bergetar.
Aku dorong terong ini secara perlahan. Baru sepertiganya saja yang masuk, Nita sudah orgasme.
"Cepet banget orgasmemu," kataku, tersenyum geli.
Nita melirik ke arahku. "Habisnya enak banget hehe."
Aku diamkan terong tersebut tertancap di vaginanya Nita selama satu menit. Setelah itu, aku tarik perlahan, lalu aku dorong masuk.
"Ahhh ... ahhh ... sodok yang lebih keras Ci," pinta Nita sambil mendesah binal.
Aku mengangguk dan aku sodok - sodokkan terong ini lebih cepat. Hanya dalam waktu 3 menit, Nita kembali orgasme. Badannya langsung ambruk di lantai. Amy kemudian mendatangiku.
"Ci, mau aku sodok pake terong bekas memeknya Siska?" kata Amy.
Aku tersenyum binal. "Boleh aja."
Amy memintaku untuk berbaring telentang di atas lantai. Aku menurut saja dan membaringkan diriku di atas lantai. Amy membuka pahaku lebar - lebar, lalu dia masukkan terong yang sudah basah itu ke dalam vaginaku. Aku mendesah panjang ketika vaginaku kembali dijejali terong yang besar dan panjang. Sembari menyodok vaginaku, Amy juga meremas - remas payudara besarku. Aku mengamati sekitarku, dan kulihat Siska sedang berhubungan seks dengan Nita, sementara Mita asik meremas kedua payudaranya Amy. 2 menit kemudian, aku kembali mendapatkan orgasme. Cairan cintaku membasahi lantai kamar ini.
"Gimana kalau terong - terong ini diganti?" usul Amy.
"Boleh," sahut Mita, "sebentar yaa," sambungnya seraya mengambil terong - terong itu, lalu berjalan ke luar kamar.
Tidak lama kemudian, Mita datang dengan membawa 4 buah lobak panjang dan besar.
"Yuk kita main dengan lobak," kata Mita.
"Wokee!" seru Amy, Nita dan Siska.
Amy, Siska dan Niat segera memposisikan diri mereka menungging.
"Ayo nungging Ci!" kata Mita.
Aku mengangguk dan menungging di sampingnya Siska. Mita memasukkan lobak - lobak itu ke dalam vagina kami berempat. Aku mendesah saat lobak itu menyumpal liang senggamaku. Mita mendiamkan lobak - lobak itu di dalam vagina kami.
"Sekarang, kalian goyangkan pantat!" perintah Mita.
Amy, Nita dan Siska mendesah manja ketika mereka mencoba menggoyangkan pantat mereka. Aku coba goyangkan pantatku dengan perlahan.
"Aaaahhhhhhh ...." Lobak yang tertancap di vaginaku memberikan sengatan kenikmatan ke tubuhku.
Selama 1 menit aku, Amy, Nita dan Siska menggoyangkan pantat sesuai dengan perintahnya Mita. Setelah itu, Mita meminta kita untuk merangkak.
"Siap!" seru kami berempat.
Vaginaku berkedut setiap kali aku mencoba menggerakkan kakiku. Kenikmatan ini membuatku kesulitan untuk merangkak. Aku lihat ke samping, Amy, Nita dan Siska juga kesulitan untuk bergerak.
"Hehehe, pasti kalian keenakan," kata Mita.
"Habis ini giliranmu," kata Siska.
"Nah bener itu- ahhhh," ujar Amy diikuti dengan desahan.
Baru bergerak 5 langkah, aku sudah mengalami orgasme. Tubuhku bergtar dengan hebat, diikuti dengan semburan cairan cinta dari vaginaku. Aku langsung ambruk ke samping kiri karena kaki dan tanganku bergetar tidak kuat menopang tubuhku.
"Yaahh ... Ci Tasya udah ambruk, hihihi," kata Mita.
Beberapa detik kemudian, Nita juga ambruk akibat mendapatkan orgasme dahsyat. Siapa yang menyangka sebuah lobak bisa memberikan kenikmatan yang luar biasa. Tidak lama kemudian, Siska bangkit berdiri, mencabut lobak dari vaginanya, lalu dia mendorong Mita sampai membungkuk dan dia masukkan lobak tersebut ke dalam vaginanya Mita.
"Sekarang giliranmu!" kata Siska.
"Ohh yeah ...," desah Mita.
Siska meminta aku, Nita dan Amy untuk tetap menungging. Siska menarik lobak yang ada di dalam vaginaku, lalu dia mendorongnya masuk lagi. Dia juga melakukan hal itu kepada Nita dan Amy. Suasana di rumah ini dipenuhi dengan desahan binal dari kami berlima. Tepat di samping kananku, Siska sedang menyodokkan lobak di vaginanya Mita dengan kasar.
"Kapan kamu nyodok kita? tanya Amy seraya menggoyangkan pantatnya.
"Sabar, hihihi," jawab Siska, "aku mau ngasih pelajaran Mita dulu."
Aku kemudian bangkit berdiri, aku cabut lobak yang ada di vaginaku.
"Sini, aku aja yang nyodok," ucapku.
Aku sodokkan lobak - lobak yang menancap di vaginanya Nita dan Amy dengan tempo sedang. Mereka berdua mendesah keenakan menikmati sodokanku yang elegan. Sementara itu, Mita mendesah keras dengan tubuh yang mengejang, pertanda dia akan mendapatkan orgasme. Aku lihat Nita dan Amy sepertinya juga akan mencapai orgasme. Aku percepat kocokan lobak di dalam vagina mereka, dan benar saja, Amy dan Nita mendapatkan orgasme dahsyat. Mereka berdua langsung tumbang di atas lantai.
"Habis ini giliranku yaa, hihihi," kataku.
Selama 40 menit lamanya, aku dan keempat anak SMA ini saling memuaskan dengan lobak. Setelahnya, kami kembali berpakaian. Aku lalu berpamitan untuk kembali mengurus rumah.
"Jangan pulang dulu Ci," ucap Mita, "ikut makan siang sama kita yuk."
"Menu makan siangnya pakai lobak dan terong yang tadi," imbuh Siska.
Aku tersenyum seraya menyilangkan kedua tangan di depan dada. "Kayaknya lezat tuh."
"Udah pasti itu, hihihi," kata Nita.
Aku menuju ke ruang makan dan duduk di meja makan, menunggu keempat teman mesumku ini memasak lobak dan terong yang tadi keluar-masuk di vagina kami berlima. 15 menit kemudian, Nita dan Siska menyajikan berbagai macam hidangan yang dibuat dari terong dan lobak. Ada terong balado, sup lobak, tumis terong, dan telur dadar isi lobak.
"Baunya harum," ucapku.
"Mari makan!" kata Amy.
Aku cicipi hidangan yang ada di meja makan, ternyata lezat.
"Enak lho," pujiku. "Apa karena tercampur dengan cairan kelamin kita yaa?"
"Mungkin, hihihi," kata Mita.
Selesai makan, aku pamit pulang kepada keempat temanku ini.
"Nanti malam datang lagi yaa," kata Nita.
"Yaa," sahutku.
POV Hans
"Mama pasti dolan ke tempat cewe - cewe berandalan itu lagi," gerutuku saat tiba di rumah.
Beberapa menit kemudian, aku mendengar suara pintu pagar dibuka. Ketika kulirik, ternyata mama baru saja tiba.
"Pasti dari rumahnya mereka," kataku dengan wajah sebal.
"Iya, hihihi," sahut mama.
Ketika mama melewatiku, aku mencium bau aneh. Sebuah bau yang sangat asing di hidungku.
"Bau apa ini?" pikirku bingung.
Mendekati jam 6 sore, aku sedang asik di depan komputerku.
"Hans! Ayo makan!" panggil mama.
Aku tidurkan komputerku, lalu menuju ke bawah untuk makan malam. Aku dan mama menikmati makan malam tanpa banyak mengobrol. Sekitar jam 8 malam, aku masuk ke dalam kamar untuk lanjut bermain game dengan teman - temanku.
"Hmmm ... harusnya malam ini tidak terjadi apa - apa," pikirku.
POV Tasya
Setelah kupastikan Hans masuk ke kamarnya, aku berjalan tanpa bersuara menuju ke rumah tetangga. Siska telah menungguku di luar rumah dan dia membukakan pintu pagar agar aku bisa masuk.
"Kita sudah nungguin kamu lhoo Ci," kata Siska.
"Pasti ada sesuatu yang seru," ucapku.
"Tentu saja dong," sahut Siska.
Siska mengajakku masuk ke kamar yang paling luas. Di dalam kamar, terlihat Amy, Nita dan Mita sedang memeriksa 2 buah dildo hitam berukuran besar.
"Pasti mau nyobain itu," kataku.
"Betul sekali!" sahut Nita.
"Selain nyobain dildo ini, kita juga ada sedikit variasi," imbuh Amy.
"Wihh ... kayaknya seru deh," ucapku dengan girang.
Siska kemudian datang dengan membawa sebuah panci berisi minyak.
"Ehh!? Itu minyak mau buat apa?" tanyaku dengan ekspresi kaget.
"Buat diolesin ke tubuh dan dildo, hihihi," jawab Siska.
Aku terkejut saat mendengarnya. Ternyata ini variasi yang dimaksud oleh Amy.
"Yuk! Buka baju kalian!" kata Siska dengan penuh semangat.
Amy, Nita, Mita dan Siska melucuti seluruh pakaian mereka hingga telanjang bulat.
"Ayo, buka bajunya Ci," kata Mita.
"Ahh, i-iya," sahutku.
Dengan ragu, aku melepas seluruh pakaianku. Nita mencelupkan tangannya ke dalam minyak yang berwarna kecoklatan itu, lalu tangannya yang berlumuran minyak itu dioleskan ke tubuhnya Amy.
"Uhhh, geli," ucap Amy.
Siska juga melumuri tangannya dengan minyak, dan dia oleskan ke badannya Mita.
"Ayo Ci, oleskan minyak ke tubuh kita," kata Siska.
"Kalian serius main pake minyak?" ucapku, "minyak kan harganya lumayan mahal. Ditambah bikin lantai kotor lhoo."
"Hahahah, santai aja Ci," ucap Amy, "itu minyak bekas kok."
"Kalau masalah lantai kotor, kita pasti bersihkan nanti," imbuh Nita.
Aku menghela nafas sejenak, kemudian aku ikut bergabung bersama dengan mereka berempat. Aku celupkan tanganku ke dalam panci yang berisi minyak itu, lalu aku oleskan ke badannya Siska dan Nita. Badan mereka berdua langsung menjadi sangat licin.
Sini, aku minyakin Ci," ujar Mita seraya mengoleskan minyak ke punggungku.
Mita mengoleskan minyak ke punggungku dengan lembut.
"Terasa licin dan berminyak," kataku.
Kemudian aku mengolesi area payudaranya Siska dengan minyak. Nita meminyaki tangannya dan mengoleskannya ke pantatku. Seluruh badan kami tidak luput dari olesan minyak--termasuk selangkangan dan belahan pantat.
"Baiklah ... berikutnya aku oleskan minyak ke dua dildo ini," ucap Amy.
Amy menancapkan dildo besar itu ke lantai, lalu dia olesi dengan minyak.
"Baiklah, siapa yang mau nyoba pertama?" tanya Amy.
"Aku, aku," ucap Nita, melangkah maju mendekati salah satu dildo itu.
Nita berlutut di atas dildo itu. Dia perlahan menurunkan pantatnya hingga ujung dildo yang berminyak itu menyentuh bibir vaginanya. Nita mendorong pinggulnya secara perlahan, dan kulihat dildo hitam itu mulai masuk ke dalam vaginanya.
"Uhhhh ...," lenguh Nita.
Di sampingnya, kulihat Siska sudah berlutut dan mengarahkan vaginanya ke dildo satunya yang telah berdiri dengan tegak.
"Ahhhhh ... besar dan licin," desah Siska.
"Kayaknya seru deh," ucap Mita yang mendempetkan tubuhnya ke tubuhku.
Kulit kami terasa sangat licin saat bersentuhan. Ini memberikan sensasi aneh bagiku. Siska dan Nita mulai menaik-turunkan pinggul mereka dengan tempo cepat. Tanpa sadar, aku menyodok - nyodok vaginaku dengan jari tengah. Tiba - tiba, Amy meremas - remas kedua payudaraku yang berlumuran minyak.
"Akkhh! Nakal yaa," kataku seraya melirik ke belakang.
"Liat badanmu bikin aku sange, Ci," ucap Amy.
Tangan kanannya Amy kemudian turun ke selangkanganku. Jari - jarinya yang licin mengorek - ngorek bibir vaginaku yang licin karena minyak. Rasa nikmat mulai menjalar di tubuhku. Aku arahkan tangan kiriku ke dadaku, membantu Amy meremas payudaraku yang besar. Aku lalu menurunkan tangan kananku untuk membantu Amy meraba - raba vaginaku. Mita kemudian berjalan mendekati Siska dan Nita yang masih asik menaik-turunkan pinggul mereka. Dia lalu meremas - remas pantatnya Siska dan Nita.
"Ahhh ... nakal yaa," lenguh Siska, melirik ke belakang.
"Habisnya aku sange liat kalian berdua," ucap Mita.
"Kalo gitu, sini cium aku," kata Nita.
Mita dan Nita saling berpagutan lidah dengan begitu mesra. Melihat hal tersebut membuat vaginaku jadi basah.
"Wihhh ... Ci Tasya sange yaa liat mereka berdua saling berciuman?" kata Amy seraya menyodok - nyodok vaginaku dengan jari tengahnya.
"Aaahhhh! I-iya, hehehe," ujarku terengah - engah.
"Kalau gitu, yuk kita ciuman juga," kata Amy.
Aku dan Amy saling berpagutan lidah dengan begitu mesra. Ini pertama kalinya aku berciuman dengan seorang perempuan. Ciuman kami benar - benar hot, sampai membuat vaginaku semakin basah. Mita semakin keras meremas payudaraku dan kocokan jarinya di vaginaku juga semakin cepat.
"Ahhh! Ahhhh! Akkhh! Aku mau keluaar!" seruku tertahan.
"Keluarin aja Ci, hehehe," kata Amy yang kembali mencium bibirku.
Aku semburkan cairan cintaku dari dalam vaginaku. Aku mengalami orgasme yang sangat nikmat. Kedua kakiku seketika jadi melemah, membuatku terduduk di lantai. Aku menatap ke depan, kulihat Siska dan Nita terbaring lemas di lantai, sementara Mita sedang asyik menaik-turunkan pinggulnya di atas dildo hitam itu. Amy mendekati dildo hitam yang sedang menganggur, lalu dia oleskan minyak di permukaannya.
"Sekarang giliranku," ucap Amy.
Amy berlutut di atas dildo hitam besar yang licin itu, lalu dia turunkan vaginanya hingga dildo itu masuk seluruhnya ke dalam liang senggamanya. Tidak jauh dari Amy, Siska mulai menjilati vaginanya Nita.
"Ci, jilatin memekku dong," pinta Siska seraya melebarkan pahanya.
Aku menurut dan kujulurkan lidahku ke vaginanya Siska yang basah kuyup. Ini juga menjadi pengalaman pertamaku menjilat kemaluan wanita.
"Ternyata vaginanya Siska lezat juga," ucapku dalam hati.
Sambil menjilati vaginanya Siska, aku menyodok - nyodok vaginaku dengan dua jariku. Aku lalu melirik ke arahnya Amy, kulihat Mita mulai menaik-turunkan pinggulnya, bersebelahan dengan Amy. Aku jadi semakin tidak sabar untuk mencoba dildo besar itu. Beberapa saat kemudian, Nita mendekatiku.
"Aku jilatin memekmu yaa Ci," ucapnya.
Aku tidak menjawabnya karena lidahku masih sibuk menjilat vaginanya Siska. Tubuhku seketika bergetar ketika lidahnya Nita menyapu bibir vaginaku. Nita juga memainkan klitorisku dengan lidahnya, membuatku badanku semakin merinding keenakan.
"Ahhh!! Aku mau keluaaar!" jerit Siska.
Cairan cintanya menyembur dengan deras ke mukaku.
"Banyak banget, hihihi," kataku.
Siska segera berjalan merangkak menjauhi kami untuk beristirahat sejenak. Nita lalu mengajakku saling jilat vagina dalam posisi 69. Aku berada di atas, Nita berada di bawah. Aku mainkan lidahku di vaginanya Nita sembari memainkan kiltorisnya dengan tangan kananku. Desahan - desahan binal memenuhi ruangan ini.
"Agak cepetan yaa! Ci Tasya belum nyobain lohh," kata Siska kepada Mita dan Amy.
"I-iya," sahut Mita.
"Aku ha-habis ini orgasme," kata Amy.
Mita dan Amy mempercepat genjotan mereka. Dalam waktu satu menit, Amy mendapatkan orgasme. Dia melepas dildo hitam itu dari vaginanya, lalu merebahkan badannya di atas lantai. Nita mengambil dildo itu, kemudian dia mengolesinya dengan minyak.
"Yuk, Ci, silahkan dicoba," kata Nita.
Aku posisikan diriku di atas dildo hitam besar itu. Aku perlahan menurunkan pantatku, hingga ujung dildo besar itu menyentuh bibir vaginaku. Aku dorong pinggulku dan dildo tersebut mulai masuk ke dalam vaginaku.
"Ugghhh," lenguhku.
Dildo besar itu mengisi penuh vaginaku. Terasa sangat nikmat saat benda besar itu masuk makin dalam ke liang senggamaku.
"Aaaahhhhhh ...." Aku mendesah panjang ketika dildo tersebut masuk semua ke dalam vaginaku.
Aku diamkan sejenak dildo besar ini di dalam vaginaku. Kemudian, aku mulai menaik-turunkan pinggulku. Aku mendesah menikmati dildo ini yang mengoyak vaginaku. Beberapa menit kemudian, badanku bergetar hebat. Tidak lama lagi aku akan mencapai orgasme.
"Ahhhh!!!" Aku mendesah keras diikuti dengan semburan cairan cinta dari vaginaku.
Aku cabut dildo besar itu dari vaginaku, lalu aku rebahkan badanku yang licin dan penuh keringat ke lantai. Setelah istirahat selama 2 menit, aku minta ijin kepada mereka untuk bilas sebentar.
"Gak lanjut?" tanya Mita.
"Enggak, hehehe," jawabku, "takut kemalaman."
"Yaahhh, penonton kecewa," kata Nita.
Selesai membilas badanku yang berminyak dan juga berkeringat, aku berpamitan pulang kepada Mita, Nita, Amy dan Siska.
"Besok lagi yaa," kataku.
"Yaa!" sahut mereka.
Aku masuk ke dalam rumahku secara perlahan, agar tidak terdengar oleh anakku. Setelah masuk ke dalam kamar, aku segera mandi. Baru kali ini aku melakukan sebuah permainan yang membuat vaginaku masih berkedut sampai sekarang.
"Kayaknya malam ini aku tidur telanjang aja deh," kataku dengan seynum - senyum.
Bersambung....