Kamis, 21 November 2024

Cerita Seks Remote Pengendali Pikiran part 3

Selama tiga hari ini, aku melihat kalau Joni sering melamun. Biasanya dia selalu mengajakku mengobrolkan hal - hal mesum, tapi belakangan ini dia gak pernah ngajakin aku membuat rencana koplak-nya. Setiap kali aku bertanya dia sedang kepikiran apa, Joni selalu mencoba menghindar dengan mengalihkannya ke topik lain. Aku yakin ada sesuatu yang tidak ingin dia bicarakan, dan itu pasti sesuatu yang memalukan atau sensitif. Aku mencoba berpikir bagaimana caranya buat memaksa Joni untuk menceritakan apa yang sedang dia pikirkan belakangan ini.

"Apa aku siksa dia yaa? Supaya mau ngomong," kataku dalam hati, "atau aku ancam, 'kalau gak ngomong, auto ditusbol'."

Aku bingung gimana caranya membuat si Joni ngomong. Kalo gini terus, bisa - bisa gak ada acara ngentot lagi. Perlu aku pancing sedikit - sedikit supaya aku bisa dapat petunjuk kenapa si Joni banyak melamun belakangan ini. Aku memulainya dengan mencoba mengajaknya nongki di kafe. Ajakanku tidak membuahkan hasil karena Joni langsung menolaknya.

"Kalo gini, gimana coba aku bisa membuat dia mau mencurahkan isi hatinya?" kataku sambil garuk - garuk kepala.

Aku lalu mendapatkan sebuah ide gila, dan aku sangat yakin ideku ini bakal sukses. Aku pergi ke toko boneka untuk mencari boneka beruang. Setelah mendapatkan boneka beruang yang cocok, aku lanjut pergi ke toko alat multimedia untuk mencari mikrofon.

"Nah, persiapan sudah selesai. Saatnya menjalankan rencana," kataku dalam hati.

Aku merencanakan untuk memberikan boneka ini kepada Joni di hari sabtu, lalu aku akan meninggalkannya dengan boneka beruang yang kubeli ini. 2 hari sebelum hari sabtu, aku bertanya kepada Joni apakah aku bisa berkunjung ke rumahnya. Secara mengejutkan, dia memperbolehkan aku untuk datang berkunjung.

"Aku akan membawakan sesuatu yang sangat menarik," kataku.

"Apaan?" tanya Joni.

"Rahasia," jawabku.

"Heleh." Joni menatapku dengan ekspresi kecewa.

Ketika aku sudah berada di rumah, aku segera menyiapkan boneka beruangku dan menyisipkan alat - alat yang diperlukan untuk bisa menangkap segala keluh kesah yang akan diutarakan oleh Joni.

"Baiklah, semua sudah siap," ucapku dalam hati.

Aku jadi tidak sabar menunggu datangnya hari Sabtu. Setelah melewati Jumat yang biasa - biasa saja, akhirnya hari yang kutunggu telah tiba. Aku membawa boneka beruangku buat kuberikan kepada Joni sebagai hadiah. Tiba di rumahnya, aku langsung memberikan boneka beruang yang telah kumodifikasi ini kepada Joni.

"Yang bener aja! Emangnya aku cewe!" seru Joni dengan wajah kesal.

"Jangan salah bro. Ini bukan boneka beruang biasa," kataku, "ini boneka beruang pengakuan."

"Hahh!? Boneka macam apa itu??" ujar Joni bingung.

"kamu bisa mencurhatkan segala isi hatimu kepada si boneka beruang ini," ucapku.

"Serius?" tanya Joni tidak yakin.

"Coba saja," ucapku.

"Kalo gitu, kamu sembunyi sana!" kata Joni.

Aku lalu keluar dari rumahnya Joni, dan duduk di kursi terasnya. Aku lalu membuka tablet-ku untuk memulai menyadap curhatannya, sekaligus mengisi suara dari boneka beruang tersebut. Aku segera memakai headphone-ku untuk mendengar suaranya Joni.

"Ummm ... beruang pengakuan. Aku sebenarnya memiliki sesuatu yang sangat mengganjal," kata Joni.

"Katakan saja," ucapku melalui mikrofon.

"Ummm ... sejujurnya ini agak rumit sih ...," kata Joni, "jadi gini ... tempo hari, aku bertemu dengan seorang tante - tante yang cantik dan seksi."

"Kampret!! Nemu tante - tante cantik gak cerita sama aku!" kataku dalam hati.

"Nahh ... tante - tante itu sebenarnya adalah ... mama dari temanku," lanjut Joni.

"Wahhh ... siapa nih??" kataku dalam hati.

Melalui mikrofon, aku meminta Joni untuk mengatakan siapa tante - tante tersebut, tetapi Joni seperti mencoba mengalihkan pertanyaanku.

"Katakan saja, siapa sosok tante - tante itu?" desakku melalui mikrofon.

"Jangan deh," kata Joni.

"Katakan saja, jangan takut. Terbukalah!" kataku dari balik mikrofon dengan nada tidak sabar.

"Ummm ... aku takut," ucap Joni.

Aku secara spontan menepuk dahiku. Aku jadi gemas banget sama tuh anak. 

"Hahhh ... maafkan aku boneka beruang. Ini benar - benar sesuatu yang agak gimana gitu," ucap Joni, "karena ini melibatkan sahabatku, Will."

Ak tersentak saat mendengarnya. Aku seketika jadi teringat kalau Joni pernah terpana ketika pertama kali bertemu dengan mamaku. Ketika berada di luar, dia seperti salah tingkah saat aku ajak bicara.

"Jangan bilang si kampret ini pengen main sama mamaku," kataku dalam hati.

"Ummm ... beruang pengakuan?" kata Joni dari dalam rumahnya.

Aku segera mengambil mikrofonku dan berkata, "Bisa kamu katakan dengan detil, kenapa bisa agak gimana, dan kenapa itu melibatkan sahabatmu?"

"Ummm ... karena aku tertarik dengan ... mamanya," jawab Joni dengan suara lirih.

"Kampret! Dugaanku bener! Gimana nih??" kataku dalam hati.

Aku kembali terdiam mencoba memikirkan solusi terbaik. Di satu sisi, aku jelas gak mau mamaku dientot sama Joni, meskipun dia ganteng. Tapi di sisi lain, kalo gak diselesaikan, maka situasi akan stagnan terus.

"Oyy? Gimana?" tanya Joni kepada si beruang pengakuan.

"Hmmm ... biar beruang pengakuan berpikir dulu," ucapku dari mikrofon.

"Baiklah," kata Joni dengan suara datar.

"Aduh ... gimana yaa??" kataku dalam hati dengan ekspresi gelisah.

Kalau mau jujur, mamaku memang sangatlah cantik dan seksi, meski umurnya sudah 43 tahun. Aku menyesal mengajak si kampret itu ke rumahku. Tetapi, aku seketika malah membayangkan jika mamaku dientot sama Joni. Aku penasaran seperti apa ekspresi yang akan dihasilkan oleh mama ketika disodok oleh temanku yang kampret itu. Melalui mikrofon yang tersambung ke boneka beruangku, aku memberitahu Joni sebuah rencana, sekaligus aku menyuruh dia untuk memberikan semacam 'pengalihan' bagi temannya, yaitu diriku, agar dia bisa mendapatkan kesempatan ngentot sama mamaku, dan aku bisa memperoleh semacam 'ganti rugi' karena mamaku bakal dientot sama bocah sialan itu. 

"Hmmm ... kira - kira siapa yaa yang bakal aku target?" pikirku.

"Gini aja deh beruang pengakuan, nanti aku aja yang bikin rencana sama Will. Kamu gak perlu terlibat sampe sejauh ini," ujar Joni, "makasih yaa udah bantu aku hehehe."

Setelahnya, aku mendengar si Joni memanggilku. Aku segera memasukkan mikrofonku ke dalam tas, lalu bergegas menuju ke dalam rumahnya Joni.

"Maaf bro membuatmu menunggu lama," kata Joni.

"Gapapa, santai aja," ucapku, "ngomong - ngomong, kamu jadi lebih bergairah. Ada apa nih?"

"Berkat beruang pengakuanmu, aku jadi bisa mencurhatkan semua keluh kesahku," ujar Joni dengan wajah ceria.

"Udah gitu aja?" tanyaku berlagak tidak tau apa - apa.

"Aku sekarang mau kasih hadiah untukmu. Sebagai bentuk terima kasih karena sudah membantu diriku," ucap Joni.

"Hadiah apaan? Celana dalam??" kataku.

"Matamu!" seru Joni, "aku mau kasih kamu alat pengendali pikiranku."

"Serius??" kataku dengan perasaan riang.

"Iyapp. Kamu bisa ngentotin siapa pun sepuasnya," ujar Joni.

"Mantap!" seruku, "btw, kamu ada saran gak? Aku bingung mau cari target."

"Aku harus survey dulu," jawab Joni, "untuk saat ini, aku cuma ada 2 nama aja."

"Sapa aja tuh?" tanyaku penasaran.

"Yang pertama adalah teman dari mamaku. Namanya tante Cynthia. Dia adalah seorang instruktur fitness berumur 39 tahun," jawab Joni, "yang kedua adalah mama dari adik kelas kita. Kalo gak salah namanya tante Irene. Umurnya baru 38 tahun, dan punya body yang sip banget."

"Wahh ... kayaknya menarik semua. Kamu ada fotonya gak?" tanyaku.

"Ada dong," jawab Joni sambil membuka HP-nya.

Aku lalu ditunjukkan foto dari tante Cynthia dan tante Irene. Mereka berdua memiliki kulit yang mulus dengan wajah yang cantik. Tante Cynthia memiliki postur langsing dengan kulit yang kencang dan sedikit berotot. Tante Irene memiliki body yang seksi layaknya seorang model.

"Ini pilihan yang susah," kataku.

"Kamu pertimbangkan dulu aja di rumah," kata Joni, "kalo sudah memilih, beritahu aku, nanti aku atur jadwalnya di hari Sabtu atau Minggu."

"Oke deh," sahutku.

Aku lalu pulang untuk mempersiapkan beberapa hal. Sesampainya di rumah, aku melihat mamaku sedang duduk di sofa menonton TV. Ketika melihatnya, aku jadi membayangkan ketika tubuh seksinya digenjot oleh Joni. 

"Sialan! Kenapa malah jadi begini!" umpatku dalam hati.

"Habis dari mana kamu?" tanya mama yang menoleh ke arahku.

"Habis dari rumahnya temen," jawabku.

Mamaku hanya mengangguk dan lanjut nonton TV. Aku lalu masuk kamar dan langsung berbaring di ranjangku yang empuk, untuk beristirahat sejenak.

"Hmmm ... sepertinya aku harus memikirkan sebuah rencana," gumamku.

Ide pertama yang muncul di dalam kepalaku adalah membeli beberapa buah kamera pengintai, agar aku bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh Joni kepada mamaku. Berikutnya aku harus menentukan siapa wanita yang akan kuentot.

"Siapa yaa ...," kataku sambil melihat - lihat foto yang diberikan oleh Joni.

Sulit sekali untuk menentukan pilihan, karena keduanya sama - sama seksi dan memiliki kelebihannya masing - masing. Aku lalu memutuskan menggunakan undi untuk menentukan siapa yang akan aku entot minggu depan. Dengan cap cip cup, terpilihlah tante Irene.

"Hmmm ... berikutnya tanya alamatnya sama Joni," kataku dalam hati.

Aku lalu meminta alamatnya tante Irene, beserta dengan strategi untuk bisa basa - basi dengan dia. Joni lalu mengirimkan tips dan trik agar aku bisa menggenjot tante Irene tanpa terkena gangguan.

"Hmmm ... ini anak pinter juga kalo bikin rencana," kataku dalam hati.

Hari - hari berikutnya, aku membeli kamera pengintai dan menempatkannya di beberapa sudut ruangan di rumahku. Kemudian aku mulai mengujinya agar tidak ada kesalahan ketika hari H tiba. 

"Bentar ... aku jadi penasaran bagaimana Joni nanti tau kapan mamaku ada di rumah? Setauku kalo Sabtu mamaku selalu pergi jalan - jalan dan fitness sama temen - temennya," kataku dalam hati.

Aku yakin Joni pasti menemukan jam yang tepat untuk bisa bertemu dengan mamaku. Hari demi hari berlalu, dan akhrinya tiba juga hari yang membuatku berdebar - debar. Menurut Joni, tante Irene ada di rumah selama siang hari. Dia memintaku untuk membawanya ke motel terdekat karena rumahnya terdapat cctv. Aku sebenarnya ingin membawa mobil, tapi karena mobilnya sedang dipakai mama, terpaksa aku pakai motor. Sebenarnya sangat riskan kalau pakai motor, karena bisa terlihat oleh tetangga atau orang di sekitar rumahnya. Sekitar jam 11 siang, aku berangkat menuju ke ruamhnya tante Irene yang tidak begitu jauh dari rumahku. Sepanjang perjalanan, aku deg - degan karena untuk pertama kalinya, aku bakal ngentot sendirian. Selain yang tadi, mamaku yang bakal dientot oleh Joni juga berkontribusi membuatku makin berdebar - debar. Tanpa terasa, aku sudah tiba di lingkungan tempat tinggalnya tante Irene.

"Hmmm ... sekarang tinggal cari rumah dengan pagar biru tua," kataku dalam hati.

Aku membawa motorku dengan kecepatan rendah agar tidak kebablasan. Kemudian, aku melihat sebuah rumah yang sesuai dengan ciri - ciri yang dituliskan oleh Joni. Aku lalu berhenti di depan pintu gerbang, dan kutekan bel rumahnya. Di pesan WA, Joni menuliskan aku harus segera menekan tombol biru sambil mengatakan "tante Irene" ketika terdengar suara pintu gerbang dibuka. Setelah menunggu beberapa detik, aku mendengar ada langkah kaki yang mendekat. Aku langsung menyebutkan "tante Irene" diikuti dengan menekan tombol biru, ketika pintu gerbang baru terbuka sedikit. Dari balik pintu gerbang, tampaklah sosok tante - tante cantik yang mengenakan kaos dan hotpants. Dia diam saja menatapku, mungkin karena efek dari alat ini.

"Permisi Tante, aku mau mengajak Tante pergi sebentar. Bisakah Tante ganti pakaian?" kataku dengan ramah.

"Baik," jawab tante Irene dengan senyum manis.

Tante Irene masuk ke dalam rumahnya, sementara aku menunggu di luar sambil melihat - lihat sekitar. Tidak lama kemudian, tante Irene muncul dengan mengenakan kaos berkerah dan celana jeans yang ketat. 

"Maaf, Tante. Apakah Tante punya helm?" tanyaku.

"Punya," jawab tante Irene, "bentar ya."

Tante Irene kembali masuk ke dalam rumahnya, lalu keluar lagi dengan membawa helm. Aku lalu membawa tante Irene menuju ke sebuah motel yang tidak jauh dari rumahnya. Setelah tiba di lokasi tujuan, aku dan tante Irene memesan satu kamar untuk dipakai selama 5 jam, lalu kita segera menuju ke kamar yang dipesan. Aku benar - benar deg - degan berjalan bersama dengan tante Irene. Dia memiliki wajah cantik dengan kulit yang putih, mata sipit, tubuh yang seksi dan masih kencang, serta pantatnya yang montok. Jadi gak sabar pengen segera ngentotin dia. Saat masuk ke dalam kamar, aku langsung meminta tante Irene untuk melepas kaos dan celana jeans-nya. Dia menurut dan langsung melucuti pakaiannya. Aku terpana ketika menyaksikan tubuhnya yang hanya menyisakan BH dan CD merah tua. Badannya mulus, posturnya langsing, kedua payudaranya besar dan masing kencang, perutnya mulus tanpa adanya lipatan lemak, dan pahanya putih mulus. Aku lalu menurunkan celanaku, dan penis besarku mengacung dengan perkasa.

"Tante sekarang berlutut di depanku dan servis kontolku dong," kataku.

Tante Irene berjalan mendekatiku, kemudian dia berlutut dan menggenggam kontolku. Dengan tangannya yang lembut, dia mengocok perlahan kontolku.

"Ohh yeahh ... terusin Tan," lenguhku.

Lidahnya tante Irene menari - nari di kepala kontolku. Tangan kirinya meremas - remas bijiku. Aku berasa seperti terbang ke angkasa yang tinggi. Kemudian, tante Irene memasukkan sepertiga kontolku ke dalam mulutnya yang seksi. Tante Irene memaju-mundurkan mulutnya secara perlahan. Aku dibuat merem-melek dengan oral seks-nya, dan tanpa sadar, aku mencengkeram rambutnya, lalu aku maju-mundurkan kepalanya, membuat kontolku masuk makin dalam ke mulutnya. Setelah aku puas menikmati mulutnya, aku suruh tante Irene berdiri, lalu aku lepaskan BH dan CD-nya. Aku dibuat melongo ketika menatap kedua payudaranya yang indah dengan puting berwarna pink. Aku lalu menurunkan tatapanku ke bawah, dan aku kembali dibuat melongo melihat vaginanya yang bersih dan tidak berjembut sama sekali.

"Nih tante - tante emang perfect," ucapku dalam hati.

Aku lalu menuntunnya menuju ke ranjang, kemudian aku berbaring di atasnya, dan tante Irene aku suruh menungging di atasku, dengan memeknya berada di atas wajahku. Kami melakukan posisi 69, dimana kontolku dijilati oleh tante Irene, sedangkan aku sibuk menjilati memeknya sembari aku mainkan klitorisnya. Hanya dengan lidah dan dua jari, aku berhasil membuat tubuhnya tante Irene bergetar.

"Nih memek cepet banget basahnya," kataku dalam hati.

Setelah puas menjilati memeknya tante Irene, aku memintanya untuk menaiki diriku. Aku ingin ngentotin dia dengan gaya WOT. Tante Irene memposisikan dirinya berlutut di atas kontolku yang mengacuk tegak, kemudian dia menurunkan badannya, tangan kanannya mengarahkan kontolku ke liang senggamanya yang sudah becek. Tante Irene mendesah pelan ketika kepala kontolku masuk ke dalam memeknya. Tante Irene terus mendorong pinggulnya hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam memeknya.

"Gilaa! Sempit banget!" ucapku sambil menahan nikmat.

Tante Irene diam sejenak dengan tubuh bergetar. Sepertinya dia keenakan akibat dimasukin kontol besarku. 

"Ayo digoyang!" perintahku kepada tante Irene sembari menepuk pantatnya yang mulus.

Tante Irene mengangguk dengan senyum. Dia lalu perlahan menggoyang pinggulnya, ke depan dan ke belakang, ke kiri dan ke kanan. Meski pelan, goyangannya terasa begitu nikmat. Aku lalu menggapai kedua payudaranya tante Irene, lalu aku remas - remas dengan kuat. Tante Irene mulai mendesah dengan kuat, diikuti dengan goyangan pinggulnya yang makin cepat.

"Ohh, yeahh ... terusin Tan," lenguhku.

3 menit kemudian, aku meminta tante Irene menghentikan goyangannya karena aku merasa mau keluar, dan aku belum mau keluar.

"Tante sekarang nungging yaa," pintaku.

Tante Irene mengangguk dengan senyum. Dia melepas kontolku dari memeknya, kemudian mengambil posisi menungging di sampingku. Aku lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke belakang pantatnya tante Irene. Aku remas bongkahan pantat montoknya yang putih mulus, sambil aku gesek - gesekkan kontolku di belahan pantatnya. Tante Irene mendesah pelan menikmati gesekan dari kontolku. Kemudian, aku arahkan kontolku ke liang senggamanya, dan dengan sekali dorongan, kontolku masuk semua dengan mudahnya. Tante Irene mendesah panjang saat memeknya terisi penuh oleh kontolku. Aku mulai menyodok memeknya tante Irene dengan kasar plok plok plok plok. Tante Irene mendesah dengan binalnya saat kusodok seperti kuda liar.

"Nih memek sempit banget sumpah," kataku.

Baru sebentar kusodok, tubuhnya tante Irene bergetar dengan kuat, sepertinya dia akan orgasme.

"Akhhh ... ahhhh ...." Kepalanya tante Irene mendongak ke atas, dengan pantatnya yang bergetar dengan kuat.

Cairan kewanitaannya mengucur dengan derasnya dari memeknya. Kontolku terasa hangat akibat semburan cairan orgasmenya. Aku diamkan sejenak agar tante Irene bisa menikmati orgasme dahsyatnya. Setelahnya, aku lanjut menggenjot memeknya yang sempit. 2 menit kemudian, aku balikkan badannya tante Irene, lalu aku lanjut menggenjotnya dalam posisi missionary. Baru sebentar, aku merasa sudah mau keluar. Aku cabut kontolku dari memeknya, lalu aku gesek - gesekkan di belahan payudaranya. Spermaku menyembur dengan deras ke dada dan area dagunya. Aku lalu berbaring sejenak di sampingnya, untuk mengistirahatkan kontolku sejenak. Saat tengah melamun, aku jadi teringat dengan mamaku.

"Ohh iyaa, saat ini pasti mamaku tengah dientotin sama si kampret Joni," gumamku.

Aku seketika jadi penasaran bagaimana Joni menyetubuhi mamaku. Gaya apa saja yang dipakai oleh Joni? Bagaimana Joni memperlakukan mamaku? Dan berapa ronde mereka ngentot? Sial!! Aku malah jadi mikirin yang aneh - aneh. Agar pikiranku yang aneh - aneh hilang, aku segera beranjak untuk lanjut ngentotin tante Irene. Aku memiringkan badannya, lalu kuangkat kaki kanannya, kemudian aku masukkan kontolku ke dalam memeknya yang basah. Tante Irene mendesah panjang ketika menerima seluruh kontolku. Wajahnya terlihat sangat binal saat kusodok dalam posisi miring. Beberapa menit kemudian, aku meminta tante Irene berdiri, lalu aku suruh dia untuk menghadap ke tembok. Tante Irene menurut dan dia berdiri di depan tembok. Dia lalu bertumpu dengan kedua tangannya, kemudian aku tarik sedikit pantatnya agar posisinya pas dengan kontolku. Aku arahkan kontolku ke memeknya, lalu aku sodok dengan keras. Pahaku yang membentur pantatnya menghasilkan suara yang membuatku makin sange. Tante Irene kembali orgasme sekitar 4 menit kemudian. Kedua kakinya bergetar, diikuti dengan erangannya yang erotis. Karena masih belum puas, aku cabut kontolku, lalu aku arahkan ke lubang pantatnya.

"Gilaa! Peret banget!" ucapku.

Tante Irene sedikit menjerit saat anusnya aku tusuk dengan kontolku. Aku dorong perlahan hingga kontolku masuk seluruhnya ke dalam lubang anusnya. Kepalanya tante Irene terdongak diikuti dengan desahannya yang binal. Aku diamkan sejenak kontolku di dalam anusnya, setelah itu aku tarik perlahan, lalu aku masukkan lagi. Anusnya jauh lebih sempit daripada memeknya, dan itu membuat kontolku berkedut - kedut. Baru sebentar kusodok lubang pantatnya, tante Irene kembali mengalami orgasme. Cairan kewanitaannya mengucur keluar bagaikan air mancur. Lantai menjadi basah akibat cairan kelaminnya tante Irene. Aku melihat kakinya tante Irene bergetar seolah tidak mmapu menahan beban tubuhnya. Aku cabut kontolku dan dia langsung terduduk di lantai dengan nafas terengah - engah. Badannya basah akibat keringat, dan itu membuatnya terlihat makin seksi. Aku lalu menggendongnya, dan aku baringkan di atas kasur. Aku membalikkan badannya menjadi tengkurap, kemudian aku naikkan sedikit pantatnya, lalu aku taruh bantal di bawahnya agar pantatnya sedikit nungging. Aku arahkan kontolku ke lubang pantatnya, dan kontolku masuk ke dalam anusnya dengan mudah. Aku menyodok pantatnya dengan tempo sedang, supaya tante Irene juga bisa menikmati anal sex. 5 menit kemudian, aku merasa akan muncrat kembali. Aku cabut kontolku dari lubang pantatnya, kemudian aku semburkan spermaku ke punggungnya yang mulus. Aku ambruk di sampingnya dengan perasaan puas. Aku berbaring selama 3 menit-an untuk memulihkan energiku yang terkuras cukup banyak. Setelah energiku sedikit pulih, aku gotong tante Irene dan kubawa ke dalam kamar mandi. Aku nyalakan shower, lalu aku mandikan tante Irene agar bau lendir hilang dari tubuhnya. Melihat tubuh seksinya malah membuatku sange kembali. Aku posisikan dia membungkuk 90 derajat, lalu aku sodok memeknya dari belakang. Kami hanya melakukan satu ronde saja selama 3 menit, dan berakhir dengan kita berdua orgasme secara bersamaan. Selesai mandi, aku meminta tante Irene untuk berpakaian kembali, lalu kami pergi keluar dari motel untuk memulangkan tante Irene. Di sepanjang perjalanan, aku penasaran kapan bisa ngentotin tante Irene lagi. Mulut, memek dan anusnya benar - benar nikmat banget. Setibanya di rumahnya tante Irene, aku membuatkan sebuah perintah dimana dia habis jalan - jalan menemani temannya ke toko pakaian. Setelah tante Irene menutup gerbang, aku segera memacu motorku karena dia akan tersadar dalam waktu 5 detik. Aku kemudian teringat dengan mamaku, dan itu membuatku memacu motorku kian kencang. Aku tidak sabar menonton rekaman yang didapatkan oleh CCTV-ku. Setibanya di depan rumah, aku mengecek apakah Joni masih ada di rumahku. Setelah kupastikan dia sudah tidak ada, aku masuk ke rumah dengan sikap biasa. Ketika masuk ke dalam rumah, aku mendapati mama tengah duduk di ruang keluarga sedang melihat ke arah layar HP.

"Udah pulang kamu? Udah makan belum?" tanya mama dengan nada biasa.

"Belum makan aku," jawabku dengan nada biasa juga.

"Di meja makan ada makanan. Kamu makan dulu sana," ucap mama.

"Yaa," sahutku.

Mama terlihat biasa saja seolah tidak terjadi apa - apa. Apakah Joni belum ngentotin mamaku? Aku segera ke kamarku untuk ganti baju, lalu aku turun ke lantai 1 untuk makan, sekalian mengisi ulang energiku. Ketika makan, muncul bayang - bayang mamaku yang sedang dientot Joni dalam posisi nungging. Hal tersebut membuatku makin tidak sabar untuk melihat rekaman dari CCTV-ku. Selesai makan, aku letakkan piringku di tempat cucian, lalu aku segera kembali ke kamar. Aku sempatkan untuk melirik mamaku, dan dia terlihat masih asik menatap HP-nya. Aku segera menyalakan komputerku dan membuka aplikasi CCTV-ku. Aku lalu membuka rekaman sekitar 1 jam setelah aku pergi. Aku cek setiap CCTV yang aku pasang di rumah, tidak terlihat adanya tanda - tanda kehadiran dari mamaku. Sepertinya dia belum pulang. Aku majukan lagi ke jam 13.30, masih tidak terlihat kehadiran dari mamaku. Aku lalu majukan 10 menit kemudian, lalu aku berpindah ke rekaman CCTV yang ada di depan gerbang rumah. Terlihat gerbang perlahan terbuka, lalu terlihatlah mamaku yang mengenakan pakaian fitness sedang mendorong gerbang sampai ujung, kemudian kembali ke dalam mobilnya untuk membawanya masuk ke halaman depan rumah. Aku lalu berpindah ke CCTV yang ada di ruang tamu, kulihat mama masuk menuju ke ruang keluarga. Aku segera berpindah ke CCTV di ruang keluarga, dan kulihat mama langsung terduduk di sofa dengan ekspresi lelah. Aku majukan sekitar 5 menit, dan kulihat mama mulai menyalakan TV. 1 menit kemudian, mama menengok ke arah samping. Aku segera berpindah ke CCTV di depan rumah, dan tidak lama kemudian, mama berjalan menuju ke pintu gerbang, sudah pasti ini Joni yang datang. Ternyata dugaanku benar, tamu yang datang adalah Joni, dan yang membuatku panas dingin adalah mama membukakan pintu gerbang dengan masih mengenakan pakaian fitness-nya yang seksi. Dari kamera CCTV, aku bisa melihat ekspresinya Joni yang salah tingkah saat melihat mamaku hanya mengenakan atasan yang mirip seperti bra sport, membuat perut ratanya terekspos, lalu celana panjangnya yang ketat, membuat lekuk kaki jenjangnya terlihat dengan sempurna. Suara mereka terdengar samar - samar, dan yang bisa aku tangkap adalah si Joni berbasa - basi menanyakan keberadaanku, dan mama menjawab kalau aku sedang pergi. Kemudian aku lihat kalau mama memberikan gestur kepada Joni untuk masuk ke dalam. Saat memasuki ruang tamu, Joni mengeluarkan alat saktinya dan dia mulai menekan tombol pengendali pikirannya. Seketika mama berhenti bergerak dan terdiam di tempat. Joni lalu mendekatinya dan dia membisikkan sesuatu ke telinga kanannya mama. Kemudian mereka berdua berjalan menuju ke lantai 2. Aku segera berpindah ke rekaman CCTV di kamarnya mama, dan ternyata dugaanku benar, mama dan Joni masuk ke kamar dengan tangannya si Joni merangkul bahunya mama. 

"Tante seksi banget lhoo. Gak nyangka temenku punya yang mamanya cantik dan seksi kayak Tante," ucap Joni.

Mamaku tidak merespon, hanya diam saja sambil tersenyum. Joni kemudian mendekati mama dan dia mulai melucuti pakaian fitness-nya mama. Bukannya kesal, aku justru sedikit terangsang ketika menonton mamaku ditelanjangi oleh temanku sendiri. Joni melongo dengan tatapan mesum ketika menatap mamaku yang sudah telanjang bulat. Kalo boleh jujur, kontolku juga mulai agak ngaceng saat melihat tubuh telanjang mama kandungku sendiri.

"Wihhh ... Tante seksi banget!!" seru Joni.

Dia lalu membau tubuh mamaku mulai dari leher sampai ke area selangkangannya yang bersih tanpa jembut. 

"Bau keringatnya Tante bikin aku tambah sange deh," ucap Joni dengan senyum tololnya.

Joni kemudian menggenggam kedua toketnya mama, lalu dia meremasnya secara perlahan.

"Gilaa! Empuk banget nih toket," kata Joni.

Tangan kirinya Joni mendarat di memeknya mama, lalu dia mulai memainkannya dengan jari - jarinya. Tanpa kusadari, kontolku semakin tegang, membuatku harus menurunkan celana biar adik kecilku bisa bernafas dengan lega. Baru sebentar nurunin celana, tiba - tiba ada yang mengetuk pintuku.

"Will?? Kamu di dalam?" Terdengar suara mamaku dari luar pintu kamar.

Dengan panik, aku segera membetulkan celanaku, dan tidak ketinggalan, mematikan layar komputer. Bisa kacau kalo sampe dilihat oleh mamaku. Aku lalu beranjak dari kursi dan membuka pintu kamarku. Terlihat mamaku berdiri di depanku dengan mengenakan kaos berkerah dan celana jeans.

"Ada apa Ma?" tanyaku.

"Mama mau pergi ketemuan sama temen bentar. Kamu jaga rumah yaa," kata mama.

"Baik!" sahutku.

Setelah mama pergi, aku lanjut menonton rekaman CCTV-ku. Aku perhatikan kalau jari tengahnya Joni masuk ke dalam memeknya mama. Aku menatap ke sudut lain dan mama kulihat mulai mendesah keenakan.

"Naik ke ranjang yuk," ajak Joni.

Joni mendorong mama menuju ke kasur yang biasa dipakai oleh orang tuaku untuk tidur. Joni berbaring di atas kasur, kemudian mama menungging di atasnya dengan memeknya berada di atas kepalanya Joni. 

"Kampret! Posisi 69," ucapku.

Mama mendekat ke kontolnya Joni, lalu dia menjulurkan lidahnya dan mulai menjilati kontolnya Joni. Dari arah lain, kulihat Joni asik menjilati memeknya mama. Sungguh beruntung temanku ini, bisa mencicipi memek dari mamaku. Joni sangat menikmati saat kontolnya dikulum oleh mamaku. Menonton rekaman mesum ini membuatku mulai mengelus - elus kontolku. Kayaknya aku sudah agak gila, terangsang melihat mamaku mengulum kontol dari temanku. Setelah sekitar 3 menit melakukan posisi 69, Joni mengubah posisi mamaku menjadi telentang di kasur. Joni melebarkan kedua pahanya mama, lalu dia arahkan kontolnya ke memeknya mama. Posisi dari kakinya mama membuatku tidak bisa melihat proses ketika kontolnya Joni menerobos masuk ke dalam liang senggamanya mama. Mama kulihat meringis saat memeknya dimasukin kontolnya Joni. 

"Anjrit!! Sempit banget!" seru Joni.

Aku lihat tubuhnya mama sampai menekuk ke atas akibat dimasukin kontolnya Joni. Joni mendiamkan sejenak kontolnya, lalu dia mulai menggenjot mamaku dengan tempo cepat. Aku tidak percaya menonton mamaku yang disetubuhi oleh temanku sendiri. Beberapa menit kemudian, Joni mengubah posisi mamaku menjadi menungging. Dia lalu lanjut menggenjot mamaku dari belakang.

"Gilaa!! Memeknya makin sempit aja kalo disodok dari belakang," seru Joni.

Aku mulai mengocok kontolku menonton pertunjukan mesum dari Joni dan mamaku. 3 menit berlalu, aku melihat badannya mama bergetar dengan kuat. 

"Wihh! Udah orgasme ternyata," ucap Joni, "anget banget cairan memeknya."

Joni hebat juga membuat mamaku mendapatkan orgasme dalam waktu yang cepat. Joni membiarkan mama menikmati orgasmenya sebentar, kemudian dia lanjut menggenjot mamaku sambil meremas kedua payudara besarnya yang dari tadi gondal-gandul. Tangan kanannya Joni kemudian berpindah ke atas, dan dia menjambak rambut panjangnya mama, membuat kepalanya terdongak ke atas.

"Ahhh, shitt!! Aku mau keluar!" seru Joni.

Joni mencabut kontolnya, lalu dia semburkan spermanya di bongkahan pantatnya mama. Joni terduduk dengan kontolnya yang masih mengacung, sementara mama masih setia menungging.

"Mantap banget bisa ngentotin mamanya Will," ucap Joni seraya menampar pantatnya mama.

Bukannya marah, aku malah makin sange mendengar perkataannya Joni.

"Tapi cuma sekali ini aja deh. Aku gak mau mengkhianati teman dekatku," ucap Joni.

Aku terkesan saat mendengar apa yang diucapkan oleh Joni. Meski mesum, dia ternyata sangat setia dengan temannya. Berselang 2 menit kemudian, Joni berbaring di kasur, dan dia meminta mamaku untuk menduduki kontolnya. Mamaku menurutinya dan dia segera mengambil posisi di atas kontolnya Joni yang mengacung tegak. Dengan sekali dorongan, kontolnya masuk semua ke dalam memeknya mama. Mama kemudian mulai menggoyang pantatnya diiringi dengan desahannya yang binal. Kedua payudaranya yang berguncang langsung digapai oleh Joni dan diremas - remas. Kontolku menegang sangat keras saat menyaksikan pertunjukan mesum ini. Baru 4 menit dalam posisi WOT, mama kembali orgasme. Aku tahunya saat mendengar suara lenguhannya yang panjang. Joni memegangi pinggulnya mama lalu mulai menggoyangnya. Baru sebentar digoyang, Joni menghentikan aksinya dan meminta mama berdiri. Joni lalu meminta mama turun dari kasur, dan meminta dia menungging dengan tangannya bertumpu di pinggir ranjang. Joni kemudian berdiri di belakangnya mama, dan kulihat dia mengarahkan kontolnya ke pantatnya mama. 

"Wahh ... jangan - jangan dia mau menganal mama?" ucapku.

Joni mendorong kontolnya secara perlahan, dan kulihat mama mendongakkan kepalanya. Karena mereka berdua membelakangi kamera CCTV, aku tidak bisa melihat ekspresi saat mama dan Joni melakukan anal sex.

"Njirr!! Boolnya peret banget!" seru Joni.

Kontolku malah tegang maksimal saat melihat Joni tengah asik menyodok anusnya mama. Joni hanya mampu bertahan selama 2 menit, dia lalu semburkan spermanya di atas punggungnya mama. Setelah itu, Joni membawa mamaku menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya mama. Aku lalu majukan ke beberapa menit kemudian. Joni lalu meminta mama untuk mengenakan kembali pakaian fitness-nya, dan Joni juga turut mengenakan pakaiannya. Dia lalu membawa mama menuju ke ruang keluarga. Aku segera berpindah ke rekaman CCTV yang ada di ruang keluarga. Di sana, Joni mengatur alatnya lalu dia menekan tombol agar mamaku tersadar kembali. Mereka berdua lalu ngobrol sebentar, setelah itu Joni berpamitan pulang. Aku lalu menyudahi menonton rekaman CCTV-ku, dan berbaring sejenak di kasurku.

"Setidaknya Joni tidak akan ngentotin mamaku lagi," gumamku.

10 menit kemudian, aku kembali ke meja komputerku, dan aku simpan rekaman CCTV yang merekam persetubuhan antara mama dan Joni, sebagai kenang - kenangan. Besok paginya, Joni menghampiriku saat jam istirahat.

"Kemarin gimana tante Irene?" tanya Joni.

"Mantap bro!" jawabku.

"Sippp!" ujar Joni, "nanti sore mau gak, bertamu ke rumahnya mamanya Budi."

"Kamu mau nganu sama mamanya Budi?" tanyaku.

"Iya hehehe. Aku kangen sama tante Reni," jawab Joni.

Bersambung....

Kamis, 07 November 2024

Cerita Seks Diperkosa Supir

 Namaku Wina, umurku sudah 35 tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak dewasa. Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku dan suami serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang.

Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri. Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap dalam pandangan mataku.

Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam pelajaran.

Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya.

Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.

Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada.

Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku.

Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.

Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup.

“Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian tubuhku yang terbuka.

Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi satu masuk kedalam kamar tidurku.

“Andi.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot.
“silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya dengan matanya menatap tajam padaku.

Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari.

Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku. Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya. Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.

“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar.
“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet.

“Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang telentang.

Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan tubuhnya yang besar dan kekar itu.

Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan pantatku terbuka.

Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya. Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi.

“Andi.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.

Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan apa dia mengikatnya.

Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku. Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.

“Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku.
“Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.
“Tapi saya majikan kamu Di..” kataku mencoba mengingatkan.

“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Tapi malam ini Bu Wina harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.

Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang. Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku.

Tubuhku kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.

Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu.

“Aris.. jangan Di.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba mengingatkan pikirannya.

Namun Andi, supir mesum ku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku.

“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.

Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.

“Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku.

Tangan Mas Andi terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli.

Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk.

Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur yang keluar dari dalam mulut masing-masing.

“Ouh.. Wina.. wajahmu cukup merangsang sekali Wina..!” ucapnya dengan nafasnya yang semakin memburu itu.

Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot, memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik dengan giginya.

Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam keadaan tidak berdaya dan pasrah.

“Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Andi melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku. Tidak berapa lama kemudian kurasakan bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan.

Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang vaginaku yang paling sensitif itu.

“Andi.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aann.. ddiii..” rintihku panjang dengan tubuh yang mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya. Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi dalamnya.

“Ouh.. di..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.
“Sabar Win.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supir mesum ku yang setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai beberapa menit lagi lamanya.

Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok itu si Andi lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan kenyal itu.

“Bu Wina.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas yang sudah mendesah-desah. “Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk belahan bibir vaginaku.

“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..”
“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya.

Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku dan terhimpit oleh bibir vaginaku. Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja, penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong masuk lagi,

Juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu. Makin lama gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan hebatnya sampai, “Ouhh..”

Tiba-tiba suara supir mesum ku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas kesamping tubuhku.

“Sialan kamu Di!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.

Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur kembali.

“Kamu gila Di, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Wina.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Wina.” ucapnya dengan tenang.
“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus.

“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Wina enggak usah khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.

“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Di..” ucapku dengan terkejut, ternyata diam-diam supir mesum ku sudah lama merencanakannya.
“Bagaimana Bu Wina..?”
“Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Di..” kataku masih dengan nada kesal dan gemas.
“Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.

Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku, namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali.

“Kok ngak dijawab sich!” tanya supir mesum ku lagi.
“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Andi!” kataku dengan menggerutu karena tanganku sudah pegal dan kaku.
“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku.

Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah pancuran shower yang tergantung di dinding. Setelah itu supirku menyalakan lampu kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin yang turun dari atas pancuran shower itu.

Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar mandi lalu Andi si supir mesum ku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.

Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang seorang anak kecil.

Lalu diambilnya sabun cair yang ada di dalam botol dan menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak tangannya. Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke buah dadaku yang kanan.

Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits. Sesekali dia meremas dengan lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.

“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak tangannya menutup bibir vaginaku.

Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali menggosok-gosokkannya hingga sabun cair itu menjadi semakin berbusa.

Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan badan, supir mesum ku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.

“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supir mesum ku melilit handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat untuk aku berbicara.

Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Memang dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak kudapatkan lagi.

Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal.

Supir mesum ku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.

“Biar saya yang suapin Bu Wina yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi goreng yang dibuatnya.
“Kamu yang masak Di!” tanyaku ingin tahu.
“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita berdua, si Siti kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supir mesum ku.
“Ayo dicicipi!” katanya lagi.

Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat kuhabisi juga.

“Bolehkan saya memanggil Bu Wina dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil membasuh mulutku dengan tissue.
“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku.
“Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.”

Kalau saya boleh manggil Mbak Wina, berarti Bu Wina eh.. salah maksudnya Mbak Wina, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta.

“Terserah kamu saja ” kataku.
“Sudah nggak capai lagi kan Mbak Wina!” sahut supir mesum ku.
“Memang kenapa!?” tanyaku.
“Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku kembali.

Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat aku pertama kali menikah dengan suamiku.